"Kalau kau punya otak harusnya kau tau batasanmu"
"Oh? Sepertinya aku sudah membuang otakku"
Tatapan keduanya terlihat sangat sengit. Ayolah Sasuke, aslinya kau itu sudah berumur 20 tahun! mengapa malah mencari perkara dengan anak umur 17 tahun?
Sasuke membuang nafasnya dengan kasar ingin kembali bersuara tapi lawan bicara menyalip
"Aku tahu kau bukan Sasuke"
Sial, cepat atau lambat rivalnya pasti akan mempertanyakan hal ini, apa jawaban yang harus ia katakan?
"Berapa banyak nyawa yang sudah kau ambil? Chakramu sangat gelap dan pekat, sungguh" Naruto menutup matanya berusaha memadamkan emosinya.
Skakmat. Ia tidak akan menyangkal hal itu, dosanya belum sepenuhnya ditebus, kegelapan di dirinya pun tidak mudah hilang.
Tak ada cara lain, ia kan memang harus menjadi antagonis disini. Nama apa yang cocok kira-kira? Pecaisor? Perebut calon istri orang, terdengar agak elite sepertinya.
"Naruto, selama kau tidak menyerangku atau melukai Hinata, aku tidak akan bertindak" Tiga tomoe Sharingan-nya memutar tanda baru saja diaktifkan.
"Jika kau melakukan sebaliknya, aku tidak akan segan untuk menghancurkan Konoha. Kyuubi yang ada di dalam dirimu aku bisa mengendalikannya dengan mudah" Telunjuknya mengarah ke segel yang ada di perut Naruto.
"Kau! Bagaimana pemikiran seperti itu bisa muncul?!" Naruto menarik kerah baju Sasuke.
'Tenanglah Naruto! Kau ingat kan kalau dia bukan Sasuke?'
'Tapi entah kenapa aku merasa dia tetap Sasuke bedanya chakranya lebih gelap'
'Kita bisa diskusikan itu nanti bersama a-'
"Satu lagi, kau tidak boleh membocorkan rahasiaku, mataku tidak akan lepas dari gerak gerikmu" Seakan membaca pikiran kedua mahluk yang sedang bertelepati, Sasuke kembali mengancamnya.
Naruto menggertakan giginya lalu mendorong Sasuke dengan kasar "Apa tujuanmu, sialan?"
Sasuke me-nonaktifkan Sharingan-nya "Naruto, aku tidak berasal dari sini. Tujuanku hanya untuk pulang, tidak usah khawatir, aku tetaplah Sasuke"
"Terus Sasuke yang asli kemana?!"
. . .
"Entahlah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity In Another Life
Fanfiction[Semi-Canon] Aku melangkah diatas penderitaanku sendiri. Tersesat, aku selalu saja kehilangan arah. Aku tidak pernah mengenali diriku sendiri. Aku kehilangan inangku untuk yang kesekian kalinya, maaf aku hanyalah parasit bagimu. Makhluk menjijikkan...