Angin sejuk di siang hari menyapu hamparan rumput hijau yang luas dan membuat rerumputan itu bergerak kesana kemari seperti menanggapi perkataan dari gadis Hyuuga ke pemuda yang berdiri sedikit jauh darinya. Pemuda itu membalikkan badannya dan menatap lekat gadis yang duduk di bawah pohon lebat itu.
"Ulangi" Pria itu, Uchiha Sasuke membuka suaranya dan berucap dengan sangat datar.
"Eh?"
"Ulangi, kata-katamu tadi" Ia terlihat menuntut gadis itu untuk mengulangi kata-kata yang tadi di lontarkan kepadanya.
"T-tidak mau" Hinata membuang pandangannya ke arah lain.
Sasuke menghela napas dan tangannya bergerak mengisyaratkan Hinata untuk mendekat kepadanya.
Hinata yang melihat isyarat itu pun langsung berdiri lalu berlari kecil kearah Sasuke.
Tak!
"Ukh!" Hinata reflek menyentuh dahinya yang mulai terlihat memerah. Apa Sasuke baru saja menyentil dahinya?
"Kenapa kau menyentil dahiku?" Hinata mendongak melihat Sasuke dengan tatapan bingung.
Yang ditatap hanya menatapnya datar membuat Hinata mengerutkan alisnya sedikit kesal.
"Tatapan itu, aku suka"
"Eh?"
" 'Sasuke-kun', apa kita sudah sedekat itu?"
"U-um.. Maaf tadi aku mengatakannya tanpa sadar" Hinata menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya lalu melihat ke arah lain.
Kenapa malah bertanya sih? Padahalkan ia sudah menurunkan egonya untuk mengutarakan sedikit perasaannya.
"Yah, aku tidak mempermasalahkan itu" Sasuke maju selangkah mendekati gadis itu hingga jarak mereka bisa terbilang cukup dekat.
"Aku penasaran apa yang akan kau pilih di akhir nanti" Entah kenapa kalimat itu tiba-tiba saja terlontarkan dari mulutnya.
"Apa maksudmu Sasuke-san?"
"Kun."
"Ah, apa maksudmu S-Sasuke-kun?"
"Uzumaki Naruto, pernahkah dia melihat ke arahmu?"
Yang ditanya hanya diam tak menjawab.
"Aku tahu jawabannya. Maka harusnya kau tak perlu kembali membuka hatimu dan berharap kepada seseorang yang tak akan pernah melirikmu kan?"
Hinata diam untuk beberapa detik lalu kembali bersuara
"Kau tidak pernah merasakannya Sasuke-kun"
"Tidak pernah merasakan bukannya tidak tahu"
Hinata menggigit bibir bawah dengan cukup keras lalu kembali berkata
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity In Another Life
Fiksi Penggemar[Semi-Canon] Aku melangkah diatas penderitaanku sendiri. Tersesat, aku selalu saja kehilangan arah. Aku tidak pernah mengenali diriku sendiri. Aku kehilangan inangku untuk yang kesekian kalinya, maaf aku hanyalah parasit bagimu. Makhluk menjijikkan...