Buat teman-teman yang bilang kalo chapter "Perempuan Gila"nya kependekan. Nih, sudah dicoba untuk di panjangin yaaaa... Semoga sukaaa!~ :p
===================================================================================
"Qira nanti mau dijemput nggak ke ulang tahun Maria?" tanyaku di pesan singkat pada perempuan tercintaku. Maria adalah teman kampus Aqira dan kini telah menjadi teman baruku. Aqira yang memperkenalkan Maria padaku dahulu. Maria tidak tahu tentang kedekatan kami. Ia hanya tahu bahwa kami berteman cukup baik.
Aku dan Maria tidak terlalu akrab. Namun, bisa dibilang setiap kami bicara, aku dan Maria memiliki topik pembicaraan yang sama-sama membuat kami tertarik, sepakati dan mengerti.
Aku sangat bahagia setelah beberapa hari lalu banyak menghabiskan waktu bersama Aqira. Aku merasa memiliki perempuanku seutuhnya. Setiap detik, aku merasakan cinta yang luar biasa hadir diantara kami. Setiap hela napas, aku semakin jatuh hati padanya.
"Nggak usah Bila. Nanti pulang dari rumah temen di jemput Adi kok. Dia lagi balik ke Indonesia dulu beberapa hari. Ada urusan keluarga katanya. Bila juga dateng ke ulang tahun Maria kan?" balasnya. Mudah bicara ya Aqira? Mudah, tanpa memikirkan perasaanku yang kembali merasa menjadi pelipur lara ketika kekasihmu tak ada disampingmu.
"Sampe jam berapa disana?" aku berusaha menguatkan diriku. Aku tak tahu bagaimana aku harus menanggapinya. Tak tahu apa yang harus aku lakukan.
Nabila bodoh! Aku terbiasa patah hati, apalagi dengan perempuan. Memang hanya dengan perempuan aku bisa merasa patah hati. Karena hanya dengan perempuan aku mampu jatuh hati. Dan aku sadar telah dipatahkan hatinya berkali-kali oleh perempuan yang sama, Aqiraku.
"Belum tau Bil. Nanti Qira kabarin ya. Bila udah makan?".
"Ya. Udah. Migraine. Muntah" balasku. Apa kamu tak juga bisa membaca sikapku ini Aqira? Benar-benar tak peka atau tak peduli?
"Bila harus makan terus minum obat. Istirahat nggak teratur sama makan sering telat ya kalo nggak ada Qira. Ngeselin banget sih! Jaga kesehatan aja susah banget! Bila bukan anak bayi yang harus kemana-mana Qira jagain. Yang harus selalu Qira ingetin! Itu kan badan Bila sendiri". Dengan apa aku harus membalas pesan yang terlihat begitu perhatian namun menyakitkan dari Aqira? Itu semakin menusukku!
"Nanti Bila nggak tau dateng apa enggak. Males" jawabku. Aku tak menjawab pesan perhatiannya.
"Loh? Bila kok gitu? Dateng dong. Qira kangen Bila tau, mau ketemu Bila juga disana" jawabnya tanpa rasa bersalah. Perempuan gila! Gila! Gila!!!Benar-benar Gila!
"Kenapa sih susah amat jaga perasaan orang Qir? Masa Bila harus ngeliat Qira sama Adi?" tanyaku kesal. Berani sekali aku mengatakannya. Aku hanya tak ingin turut serta dalam sandiwara gila Aqira.
"Kan Qira sama Adipati nggak ngapa-ngapain juga disana Bil. Lagian, Adipati kan emang pacar Qira. Terus kenapa?" mati aku! Jawaban Aqira membuatku mati kutu. Aku... Dia... Emm, memang. Aku dan Qira memang. Ah, semua orang tahu kita pacaran! Walaupun aku dan Aqira belum pernah ada ikatan, belum pernah berucap komitmen apapun. Belum ada kata 'jadian'. Tapi semua tahu sikap kami sudah seperti sepasang kekasih. Siapa yang salah sih sebenarnya? Ah!!! Sialan!
"Qira, kalo Qira nanti dateng ke sana sama Adi, Bila cium bibir Qira lagi depan Adi ya! Liatin aja" ancamku tanpa peduli pikiran Aqira mengenai aku. Sayang, kamu bodoh atau apa sih? Masa tak juga tahu maksud kecemburuanku? Kamu anggap aku apa?
"Hahahaha, ngaco ih! Udah ah, Bila makan sana. Qira lagi sama temen-temen nih. Udah dulu ya. Nanti Qira hubungin lagi. Muach!" akhir Aqira.
"Bila nggak becanda ya. Terserah!" akhirku dengan seribu rasa kesal dihati dan kepala. Dengan mudah, Aqira tak membalas pesanku. Tak berusaha mencegah, memberi penjelasan, atau apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)
RomanceIni adalah kisah seorang perempuan, Nabila Kusuma Wardani. Bagaimana Bila dan lingkungannya menjalankan kehidupan "pelangi"nya berkat website buatan dia sendiri, ParaPerempuanPelangi.com