"Qira mau Bila jemput nggak nanti ke ulang tahun Maria?" tanyaku di pesan singkat pada perempuan tercintaku. Maria adalah teman kampus Aqira dan kini telah menjadi teman baruku. Aqira yang memperkenalkan Maria padaku.
Maria tidak tahu tentang kedekatan kami. Ia hanya tahu bahwa kami berteman cukup baik. Aku dan Maria tidak terlalu akrab. Namun, bisa dibilang setiap kami bicara, aku dan Maria memiliki topik pembicaraan yang sama-sama kami sepakati dan mengerti.
Aku sangat bahagia setelah beberapa hari kemarin aku banyak menghabiskan waktu bersama Aqira. Aku merasa memilikinya seutuhnya. Setiap detik, aku merasakan cinta yang luar biasa untuknya. Setiap hela napas, aku semakin jatuh hati padanya.
"Nggak usah Bila. Nanti Qira pulang dari rumah temen di jemput Adipati kok. Dia lagi balik ke Indonesia dulu beberapa hari. Ada urusan keluarga katanya. Bila juga kesana kan?" balasnya...
"Sampe jam berapa?" aku berusaha menguatkan diriku. Aku tak tahu bagaimana aku harus menanggapinya. Tak tahu apa yang harus aku lakukan. Nabila bodoh!
Aku terbiasa patah hati, apalagi dengan perempuan. Memang hanya dengan perempuan aku bisa merasa patah hati. Karena hanya dengan perempuan aku mampu jatuh hati. Dan aku sering dipatahkan hatinya berkali-kali oleh perempuan yang sama, Aqiraku.
"Belum tau Bila. Nanti Qira kabarin ya. Bila udah makan?".
"Ya. Udah, migraine, muntah". Apa kamu tak bisa membaca sikapku Aqira?
"Bila makan lagi gih terus minum obat. Kecapean pasti itu. Telat-telat mulu deh makannya kalo nggak ada Qira. Ngeselin banget sih, jaga kesehatan aja susah banget!". Dasar! Jangan sok perhatian lah!
Dengan apa aku harus membalas pesan perhatian yang menyakitkan dari Aqira? Itu semakin menusukku!
"Hmm. Ya. Nanti Bila nggak tau dateng apa enggak. Males" jawabku.
"Loh? Bila kok gitu? Dateng dong. Qira kangen Bila, mau ketemu Bila juga" jawabnya tanpa rasa bersalah. Perempuan gila! Gila!
"Kenapa sih susah amat jaga perasaan orang Qir? Masa Bila harus ngeliat Qira sama Adi?" tanyaku kesal. Mau sandiwara gila lagi Qir?
"Kan Qira sama Adipati nggak ngapa-ngapain juga disana Bil. Lagian, Adipati kan emang pacar Qira. Terus kenapa?" mati aku! Jawaban Aqira membuatku mati kutu. Aku... Dia... Emm, memang. Aku dan Qira memang. Ah, semua orang tahu kita pacaran! Walaupun aku dan Aqira belum pernah ada ikatan, belum pernah berucap komitmen apapun. Belum ada kata jadian. Tapi semua tahu sikap kami seperti sepasang kekasih kan?
Ini salah siapa sih sebenarnya? Ah!!! Sialan!
"Qira, kalo Qira nanti dateng ke sana sama Adi, Bila cium bibir Qira lagi depan Adi ya" ancamku. Sayang, kamu bodoh atau apa sih? Masa tak juga tahu maksud kecemburuanku?
"Hahahaha, ngaco ih! Udah ah, Bila makan sana. Qira lagi sama temen-temen nih. Udah dulu ya".
"Bila nggak becanda ya Qir. Terserah!" akhirku dan dia tak lagi membalasnya.
Tuhan, mengapa orang tulus seperti aku masih saja bertemu dengan perempuan-perempuan tidak tahu diri seperti ini? Apa ini balasan untuk orang-orang tulus seperti aku?
Aku yang dungu atau Aqira yang Pemberi Harapan Palsu? Jika aku yang Dungu, maka aku adalah orang paling dungu di dunia. Karena tak juga dapat membaca huruf-huruf yang Aqira berikan dan lebih mempercayai huruf yang ku ketahui sendiri.
Baiklah, ini adalah jawaban dari semuanya. Menurutku, ini adalah caraku mengetahui perasaan Aqira tanpa bertanya. Jika ia benar mencintaiku, ia pasti akan menghargaiku dengan tidak membawa Adipati ke acara nanti.
***
2 jam sudah aku memilih untuk tetap berputar di komplek perumahan Maria. Acara yang dimulai pada pukul 7 itu pasti sudah berlangsung. Sejak pukul 6, aku memilih untuk tidak datang ke tempat ini. Aku tidak sanggup menerima kenyataan dari jawaban atas perasaan Aqira padaku. Namun hatiku berkata lain. Tubuhku memaksaku untuk tetap berada di sana walaupun tidak masuk ke dalam rumah. Aku hanya berputar-putar di salah satu perumahan di daerah Bekasi ini.
"Udah rame yang dateng?" kirimku pada Maria.
"Udah nih. Lo dimana? Dateng kan?" balasnya.
"Di jalan. Aqira udah dateng?".
"Udah. Sama Adi tuh. Buruan kesini ya. Ditunggu".
Ini sudah jawaban Bila! Untuk apa datang kesana? Kamu mau jadi orang paling gila sedunia? Mempermalukan dirimu sendiri? Menghancurkan acara orang demi egomu sendiri? Memberitahu pada semua teman Aqira bahwa kamu seorang Lesbian, membuat Aqira menjadi lesbian? Perusak anak orang? Perebut kekasih orang? Itu maumu?
Aku menarik gas sekencang mungkin ke depan rumah Maria dan memarkirkannya disana. Mataku panas menahan air mata dunguku.
Meriahnya acara ulang tahun ini tidak membuatku tertarik sama sekali. Aku lebih tertarik untuk melihat batang hidung perempuanku dan kekasihnya.
Ya, kini aku benar-benar menangis tanpa suara sejadi-jadinya.
Aku tengah melihat perempuanku di cumbu bibirnya di depan teman-temannya oleh Adi. Ia duduk di atas meja, tepat di depan Adi. Teman-temannya memberi tepuk tangan dan tertawa melihatnya.
Seperti itukah perempuan polosku? Seperti itu perempuan yang ku banggakan dan ku kasihi sepenuh hati? Atau mungkin Aqira dikerjai? Sebuah hukuman dari permainan? Atau teman-temannya bahkan Adipati menjebaknya dengan minuman keras? Astaga! Aku harus menyelamatkannya!
Aku segera berlari dan menghajar Adi dengan kepalanku tepat di hidungnya. Aku menarik tangan Aqira untuk turun dari meja.
"Ehh, sayang" ucap Aqira dengan mulut bau alcohol. Benar! Ia pasti dijebak.
"Ayo pulang" kataku.
Aqira menatap mataku begitu dalam. Ia menarik kepalaku ke kepalanya. Ia melumat bibirku...
Tuhan, aku menikmatinya. Ia kian ahli dari hari pertama aku mencium bibir itu. Sungguh!
Aqira menghentikan bibirnya.
"Itu kan yang mau Bila lakuin kalo Qira bawa Adi?" matanya meledekku. Maksudnya? Apa maksud dia berkata seperti itu?
Adi datang menghampiriku dan bersiap membalas pukulanku. Aqira memeluknya.
"PERGIIIII!!!!" teriak Aqira kearahku serta menunjuk pintu keluar.
Aku tak tahu dimana wajah, hati, perasaan, dan jiwaku saat ini.
Aku hanya ingin, mati...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)
RomansaIni adalah kisah seorang perempuan, Nabila Kusuma Wardani. Bagaimana Bila dan lingkungannya menjalankan kehidupan "pelangi"nya berkat website buatan dia sendiri, ParaPerempuanPelangi.com