Kesempatan Platinum

6K 183 21
                                    

Nggak ngerti bilang apa. Cuma mau bilang terima kasih Kak MataDewa untuk semuanya. I love you so much lah! Hahaha. Tiada kesan tanpa bantuanmu.

==============================

"Bila... Qira ketiduran lagi. Tadi udah bangun jam 8 tapi masih ngantuk, tidur lagi. Nggak berasa udah jam 11" Aqira memanggil handphoneku. Suara manja ini!

"Kalo Qira ngantuk, tidur lagi aja. Begadang terus sih. Nginep dirumah Bila bisa kapan - kapan kok" aku memperlakukannya selembut mungkin.

"Heh! Aku begadang juga karena kamu telfonin aku terus ya! Huuuu. Sekarang dirumah Qira nggak ada orang. Qira takut sendirian Bil. Please... Aku siap - siap sekarang deh. Abis itu langsung kesana" ohh ya, aku lupa. Alasan Aqira minta bermalam dirumahku karena kakak - kakaknya sedang menyusul orang tua mereka ke Semarang. Dan pengurus rumah Aqira tak pernah menginap dirumah. Ia tinggal bersama 2 kakak laki - lakinya. Aqira menolak ikut karena ia ada ujian di kampusnya.

Aqira sangat takut kesepian dan kegelapan. Persis Sofia.

"Yaudah gini. Qira makan dulu terus mandi. Sejam lagi Bila sampe rumah Qira, jemput Qira. Bila nggak mau Qira kesini sendirian panas - panasan. Tungguin ya. Langsung jalan nih" tak kan ku biarkan perempuan ini pergi seorang diri. Aku tak rela sesuatu hal buruk terjadi padanya.

"Oke sayang. Qira makan terus mandi. Dandan yang cantik buat Bila hehehe. Hati - hati ya. Jangan ngebut. Muach!!!" putus Aqira. Terkadang aku ingin katakan. Beranikah kau mengecupku secara langsung?

Ini kali ke 5 aku dan Aqira menghabiskan waktu bersama sejak pertemuan pertama kami di Citos 2 minggu lalu. Malam ini aku akan terlelap satu ranjang dengannya. Mungkin bisa aku "bermain - main" dengannya. Tapi, tidak! Pikiran kotor ku tak boleh muncul. Aku memang ingin melakukannya seperti dulu dengan Sofia. Tapi pakai hati, bukan hanya nafsu.

Aqira menjadi sering menghubungiku untuk sekedar menyanyakan film sejak pertemuan pertama di Citos itu. Lama kelamaan, ia rajin memperhatikanku. Menanyakan keadaan dan kegiatan. Ia juga meminta izin jika ingin berkegiatan, ia laporkan semua. Dengan siapa dan kemana pasti diberitahu tanpa kucari tahu. Ia tanya, apa aku mengizinkannya? Sempat ku coba melarangnya pergi dan ia menepatinya. Duh! Teman tak seperti ini!

Aku sering dipaksa menuruti keinginannya. Jangan tanya apa yang ada di fikiranku. Kau jelas tahu. Ini proses pendakatan yang ku mulai dengannya.

Dan kami semakin akrab. Tak ada sebutan saya dalam bicara. Hanya Bila dan Qira. Kurasa lebih mesra dibanding aku dan kamu. Ya, aku menikmati waktu - waktu dengan Aqira.

Pernah, aku dan Aqira pergi hanya untuk sekedar ngopi di daerah Kemang. Ia sedang butuh teman bercerita tentang keluarganya. Aku pendengar yang baik. Setidaknya jika telinga, mulut, dan otakku tak memuaskan hatinya, aku masih memiliki bahu, lengan, dan dada untuk memeluknya. Hanya untuk menenangkannya.

Aku merasa nyaman berada dekat Aqira. Aku merasa, kami tak hanya sekedar teman walaupun jangka waktu kamu rapat sekali. Ini tak sekedar suka. Dan bagaimana denganmu Aqira? Jangan, jangan jawab tanyaku. Karena aku tak kan berani mendengarnya.

Hubunganku dan Aqira makin rekat.

Aqira menemaniku mengantar pesanan. Kebeberapa tempat kami pergi. Perempuan manja ini menolak ketika ku katakan bahwa aku dan dia akan pergi dengan motor honda 70 ku. Ia tak seperti Sofia yang ketagihan menungganginya. Bahkan Sofia ikut merawat dan memodifikasinya.

2 hari lalu aku dan Aqira bertemu di Blok M. Aqira memintaku menemaninya membeli film - film original di toko CD. Ia sedang ingin membeli film - film baru, bukan film lesbian. Jelas bukan aku tempat ia mendapatkannya.

Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang