Lumba-Lumba

3.5K 136 27
                                    

"Kak Bila, aku kesel deh! susah banget nyari Sanubari Jakarta sama Selamat Pagi Malam. Kakak kenapa sih nggak mau jual itu? Bagus tau kak serius". Seorang anak Perempuan Pelangi menghubungiku. Ini bukan pertama kalinya ada yang kesal karena aku tidak menjual film lesbian Indonesia. Aku sudah jelaskan pada mereka, tapi mereka tidak menerimanya dengan baik.

Banyak pelangganku yang memesan kedua film tersebut. Sama cintanya, aku juga mencintai film itu. Jarang film bertema demikian di terima dan diperbolehkan tayang di negara yang masih mengambil adat timur ini. 

Setelah menyaksikan film Sanubari Jakarta, aku jadi tahu bahwa Lumba – Lumba adalah symbol penyuka sesama jenis. Dinda Kanyadewi memerankannya dengan sangat manis. Aku jatuh cinta padanya sejak menyaksikan film ini.

Sanubari Jakarta berisi 10 film omnibus dari 10 sutradara Indonesia tentang Lesbian, Gay, Bisex, Transgender, dan Interseks.

"Lumba-Lumba" karya Lola Amaria mengangkat kisah lesbian, biseksual, dan perselingkuhan dalam rumah tangga dalam satu film.

Adinda, seorang guru Taman Kanak-Kanak yang selalu mengajarkan anak muridnya tentang lumba-lumba. Guru cantik itu terlibat cinta dengan salah satu orangtua muridnya yang menangkap radar tersebut, Anggya.

 Adinda dan Anggya bertemu saat Anggya menjemput anaknya di sekolah. Anggya memutuskan untuk menjemput anak perempuannya karena penasaran dengan guru yang selalu disebut – sebut anaknya. Guru yang mengajarkan tentang Lumba-lumba. Anggya menangkap radar itu.

Dan ketika bertemu di sekolah, mereka saling menangkap radar. Keduanya semakin dekat dan saling menyukai.

Anggya sudah memiliki seorang suami bernama Aga. Tanpa diketahui olehnya, Aga memiliki hubungan dengan seorang laki-laki.

Aga dan Anggya tak saling tahu bahwa mereka memilki hubungan masing-masing dengan sesama jenis.

Aku membeli buku Sanubari Jakarta saking mencintai film tersebut. Sofia pun pernah membacanya. Bahkan belum ia kembalikan hingga saat ini.

Lumba–Lumba merah jambu, hewan yang paling Sofia suka. Dan aku ikut menyukainya berkat itu.

Lumba–Lumba merah jambu memang benar keberadaannya. Setahu ku, warna merah jambu berasal dari sel - sel kulitnya yang terpengaruh dengan suhu lingkungan disekitar tempat tinggalnya. Usia pun mempengaruhi warna kulit mamalia air ini. Semakin tua, semakin memerah katanya.

Lumba-Lumba dengan jenis ini dikenal memiliki kecerdasan lebih tinggi dibanding spesiesnya yang lain. Bahkan, hewan ramah ini memiliki kapasitas otak 40 %  lebih besar dari manusia.

Beberapa Lumba-Lumba meniup jaring gelembung di sekitar kumpulan ikan untuk memaksa mereka berkumpul. Sonar mereka tidak akan bekerja jika mereka tidak bisa membedakan ikan dari gelembung-gelembung yang mereka buat.

Beruntungnya, aku dapat menemukan radar Sofia Putri Tjahaya.

***

Hari ini, aku harus menemani mama berbelanja di hypermarket. Tak seperti biasanya, mama mengambil alih tugas mbok Mar untuk berbelanja.

Kami melangkahkan kaki menuju hypermarket dekat rumah. Kami masih tinggal di rumah lama kami, daerah Bekasi. Hypermarket disini tempat biasa mbok Mar membeli kebutuhan rumah tangga.

3 bulan lalu, ketika aku menemani mbok Mar berbelanja, ditanggal yang sama dan ditempat yang sama, aku melihat seorang perempuan manis yang merampok perhatianku.

Semoga hari ini jodoh untuk kami. Aku ingin melihatnya kembali.

Selama 2 bulan terakhir aku menantinya disini. Ditanggal dan ditempat ini. Dan ia tak kunjung muncul juga.

Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang