Si Pecandu Rindu

3.9K 131 22
                                    

Malam ini, Aqiraku bermalam dirumaku. Aku yang memintanya. Entah, aku merasa begitu merindukannya. Aqira yang sempat menghilang saat kedatangan kekasihnya.

Aku dapat merasakan halus lembut tubuhnya. Aroma parfum yang setiap hari bertengger diatas tubuhnya yang membuatku begitu iri.

Tubuh ini berada dalam dekapku sepanjang malam. Aku tepat berada di belakang tubuhnya, melingkarkan tangan kiriku di atas perutnya dan tangan kananku sebagai alas kepalanya. Sengaja, aku menghirup oksigen diantara rambut panjang terurai perempuanku ini.

Mendengarnya mendengkur merupakan nada yang begitu indah bagiku. Apapun yang keluar dari bibir manisnya,  aku pasti suka. Tak ada alasan aku tak menyukainya, kecuali kenyataan bahwa ia milik kekasihnya itu.

Aqira menggerakkan tubuhnya sesaat, membuat tubuh kami bergesekan satu sama lain. Ahh, kamu membuatku…

Perempuan ini memutar tubuhnya 90˚ kearah langit-langit kamarku. Aku membiarkannya. Dengan begini, aku dapat menatap wajahnya begitu lama dan dekat, tidak dibelakanginya lagi.

Aku menggerakkan ibu jariku di lengannya.

“Tidurlah, tidurlah yang nyenyak. Bila disini. Nggak akan ada yang berani ganggu Qira, hantu atau nyamuk sekalipun” bisikku. Sebelum tidur dalam dekapku, Aqira sudah terlelap sebelumnya. Namun ia mimpi buruk. Sebagai kekasih yang baik, aku berusaha menenangkannya hingga ia terlelap kembali dalam posisi seperti ini.

Aku mendekatkan wajahku ke pipinya dan menempatkan bibirku beberapa detik disana.

Aku begitu memujamu sayang… Apa suatu saat kau akan pergi meninggalkanku seperti Sofia?

Entahlah… Aku hanya takut memejam. Aku hanya takut memejam dan menemukan kenyataan bahwa aku tak yakin sepenuhnya padamu lagi. Aku hanya takut terbangun dengan kenyataan bahwa aku sudah tak kau inginkan lagi. Aku benar-benar takut, terbangun dari tidur panjangku dengan kenyataan bahwa kamu tidak mencintaiku lagi.

Perempuanku, aku ingin berdua denganmu di suatu tempat yang tak dapat diungkapkan keindahannya. Berdua, tak ka nada orang lain yang mengetahui tempat itu.

Aku ingin mendekapmu disana dari belakang, membuatmu merasa dilindung, membuatmu merasa aman dan nyaman bersamaku. Kita saling merekatkan tubuh untuk saling menghangatkan. Malam dengan bintang bertaburan dan pancaran Sang Rembulan menjadi satu-satunya sumber cahaya yang menerangi kita.

Aku ingin menempatkan wajahku di bahu kirimu lalu kau mengecup lembut pipi kananku. Kita saling menatap dari dekat dalam dekap, saling menarik sudut bibir kita masing-masing. Merasakan kebahagiaan, kedamaian, cinta, rindu yang menggebu, serta kasih sayang dari seorang makhluk ciptaan Tuhan yang begitu indah.

Kamu memintaku merekatkan dekap tanganku di tubuhmu.

Pernah aku mendapat bunga tidur bersamamu. Dibawah senja, berdua, menatap hamparan ombak yang begitu luas. Ombak yang menghapus jejak di pasir yang kita pijak. Seolah ia mewajarkan apa yang tengah kita jalani ini.

Aku dan Aqira saling menertawakan kehidupan kami satu sama lain. Aku merangkul tubuhnya, mendekapnya begitu erat. Dunia harus tahu, betapa bangga dan beruntungnya aku berada di tempat ini, berdua, dengan Aqira, dan menikmati semua ini.

Semua tentang dekap. Isi kepalaku berisi tentang bagaimana cara merekatkan tubuhku begitu lama pada Aqira. Hanya itu. Bukan tentang hubungan dengannya atau bagaimana cara menyetubuhinya. Ini hanya tentang dekap.

Tapi, aku tak kan menolaknya jika Aqira memintaku.

Tangan kiriku berpindah, aku menggesernya naik dan terus naik hingga bertemu bibirnya. Bibir ini, bibir yang selalu rindu untuk ku kecup. Boleh sekarang? Tidak Bila! Ini hanya soal dekap kan?

Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang