Tangan lancang

3.9K 128 19
                                    

Maafkan baru bisa update dan sepertinya agak mengecewakan. Sedang sibuk karena kerjaan, sibuk pacaran, baru masuk kuliah, dan sepertinya MataDewa sedang sibuk. Atau agak capek nanggepin aku yang lemot kalo lagi sharing? Ahahaha.
Jangan kapok Kak Dewa :(

------------------------------------------------------------

Bila dimana?" Aqira mengirim pesan di Whatsappku.  Aku melihatnya, namun tak  membuka aplikasi tersebut. Aku tak ingin Aqira tahu kapan aku terakhir membuka Whatsapp. Nanti dia marah karena aku tak membalasnya. Sedangkan aku, sedang butuh waktu sendiri menenangkan pikiran.

Asap dari kopi hitam dan Dunhill mentholku mengebul menjadi satu. Tak seperti aku dan Aqira. Kami sedang tak menyatu. Aku patah, hatinya...

Aku masih duduk di bangku warung kopi depan Universitas Mercu Buana setelah berjam - jam berkendara dengan motor tua kesayangan tanpa tujuan.  Kini, hampir 2 jam aku duduk, menyeruput kopi hitam, menghisap Dunhill Menthol dan berfikir keras. Entah berapa gelas dan berapa batang ku telan semua.

Bukan hanya aku perempuan yang mengisi hati Aqira. Perempuan - perempuan yang berlaku mesra di foto dengan Aqira. Mereka perempuan cantik yang tak lebih cantik dariku. Satu, dua, tiga, belasan, puluhan foto Aqira dengan perempuan cantik.

Apa mereka sama sepertiku? Perempuan penyuka perempuan. Apa mereka menyukai Aqira? Mendekati Aqira?

Tuhan! Buanglah pikiran burukku tentang Aqira. Dia perempuanku yang manis. Perempuan baik - baik. Perempuan lain tak ada yang memiliki nilai lebih seperti aku. Aku yakin, mereka hanya teman. Tak akan seperti aku. Aku tahu sekali Perempuanku.

"Bila tidur ya? Kok nggak bales?" Aqira mengirim pesan di Whatsapp ku lagi. Sungguh sayang, aku butuh waktu sendiri.

Apalagi? Pikiran positifmu sudah mengalahkan urat cemburumu kan Nabila? Berarti masalah sudah terjawab bukan? Sudahlah, hubungi kekasihmu. Ia mencarimu, mungkin merindukanmu.

Aku mengambil handphone hendak menekan tombol panggil di nama Aqira.

Tunggu! Siapa yang mengambil keputusan bahwa masalah telah selesai? Coba jawab!

"Siapa pria difoto yang mengecup pipi kekasihku dengan postingan 'Abang jarang pulang. Kado perpisahannya cuma beginian. Huft' di pathnya? Saudara? Sahabat? Teman? Mantan? Bisa jawab? Bisa? Bisa tidak! Hah!!! Sialan.

Andai aku tak ingin tahu isi postingan path Aqira sebelum bertemu aku. Niat hati hanya ingin menguploud foto bersamanya, tangan lancang ini terus menggeser kebawah di profile Aqira. Sampai aku menemukan foto - foto biadab itu.

Siapa sih dia?! Seberapa penting dia untuk Aqira? Apa dia lebih penting daripada aku? Bullshit!!! Cuma aku yang ada dihati Aqira! Punya berapa nyawa pria itu merebut Aqira? Ha!

"Nabila... Lagi dimana?" kembali ku lihat Aqira mengirim pesan di Whatsapp. Aku rindu suara manjanya.

Mungkinkah aku harus bertanya pada Aqira? Ataukah aku ambil kesimpulan sendiri? Ahh, itu salah. Dalam sebuah hubungan harus ada keterbukaan. Memang, aku memang cemburu. Aku memang pacar pencemburu. Tapi...

Sebuah panggilan masuk, Aqiraku. Aku takut makin sakit bahkan menangis jika aku mendengar perempuanku. Aku cengeng dan aku belum siap sayang. Maaf.

"Ibu, ada indomie? Kari ayam ya, pake cabe sama es milo" kataku pada ibu penjaga. Aku harus makan. Perutku kosong. Cukup hatiku saja yang sakit, jangan tubuhku.

Aku menyeruput kopi dan kembali menghisap rokokku.

"Sayang, dimana? Qira dikampus sendirian. Mau pulang. Bisa jemput sekarang? Qira takut pulang sendiri" Aqira mengirim pesan singkat padaku. Ohh God, dia butuh aku. Daritadi ia menghubungiku karena ia butuh aku? Kasihan kesayanganku.

"Hallo... Iya Bila kesana jemput Qira sekarang. Tunggu ditempat biasa aja ya" aku menerima panggilan Aqira, akhirnya. Suara itu. Suara menyebalkan yang kurindukan.

Aku membayar 4 gelas kopi, 1 gelas es milo, dan 1 mangkuk indomie serta sebungkus rokok. Mie yang belum ku makan. Tak apa. Aku akan makan dirumah, mungkin bersama Aqira. Ia yang akan mengantarkannya hingga ke mulutku. Manis? Bullshit lah! Aku akan bahas masalah ini setelah sampai dirumah.

Tapi aku mulai migraine... Hmm, hanya migraine kan? Bukankah sudah biasa kepala bajingan ini begini? Segeralah Nabila, Aqira membutuhkanmu disana.

Aku sedang membawa motor, Aqira mungkin akan menolak jika kuberi tahu. Mengambil mobil dirumah akan memperlambat perjalanan. Sudahlah! Segera Nabila!

Aku memacu motorku sekencang mungkin. Motor tua yang dipaksakan. Motor dan yang punya sama sensitifnya. Tak bisa diperlakukan dengan kasar, selalu minta diperhatikan, dan harus selalu disayang. Jika tidak? Hancurlah ia!

"Bila masih lama? Qira naik taksi aja deh kalo masih lama" Aqira menghubungiku lagi.

"Sudah dijalan sayang. Sabar ya. Qira harus pulang sama Bila. Nanti kenapa - napa dijalan" kataku lalu suara Aqira menghilang. Shit! Habis baterai. Aku melanjutkan perjalanan.

Kepalaku makin sakit. Aku memukul - mukul helm ku. Aaarrgghh! Menyebalkan! Mengapa daya tahan kepalaku lemah sekali? Banyak pikiran lalu migraine...

*Blank!!!*

***

"Hallo cantik!". Suara siapa? Suara yang terdengar gembira. Bukan! Bukan aku yang berkata. Aku menoleh mencari sumber suara.

"Ini aku!" perempuan yang berada didalam cermin tersenyum. Wajahnya, nyaris menyerupai aku. Aku memandanginya dengan saksama.

"Gimana hubunganmu dengan Aqira yang cantik itu?". Aku mendekatkan diri pada cermin. Perempuan ini kenal Aqira? Dimana?

"Emm. Baik. Sangat baik!" jawabku dengan bangga. Haha, dia belum tahu Si Penakluk Wanita ini!

"Yakin?". Perempuan itu tersenyum licik. Wah! Menyebalkan sekali! Ia tahu apa tentang hubungan kami?

"Dengar! Dia pacarku! Kami sudah berhubungan intim. Dia memperlakukan aku seperti aku memperlakukan dia. Aku pacarnya. Dia bergantung padaku. Ia tidak bisa hidup tanpaku. Ia sangat mencintaiku" kataku tegas. Mataku mulai muncul lebih jauh dari sarangnya. Aku benci di remehkan seperti ini. Ia tak tahu bagaimana perjuanganku.

"Apa dia pernah bilang? Kalian udah jadian?" perempuan di cermin tertawa. Aku mengepalkan tangan. Akan ku hajar jika ia melanjutkan ocehannya.

"Lalu bagaimana dengan foto mesra dia dan cowok di Path itu? Mereka mesra dan cocok. Mungkin jodoh!" tanya perempuan dibalik cermin.

"Anjing!!! Diam!!!" aku berteriak melampiaskan kekesalanku. Aku melempar gelas untuk berkumur ke depan cermin. Bayangan itu perlahan memudar. Sialan! Setelah ia membuatku marah, ia bisa pergi seenaknya?

"Nabila... Bangun Bil. Bilaaa..." aku mendengar suara sayup - sayup. Perlahan, aku membuka mata. Mimpi? Syukurlah. Mimpi yang mustahil terjadi kan?

Aqira... Perempuanku...

------------------------------------------------------------

Yang kecewa, marahi saja aku.

Yang punya kritik dan saran (karena mulai nggak nemuin mood dan putus asa sama karya sendiri) boleh mention di twitter kok @Hai_Dhika atau ke email Ramandikadps@gmail.com

Butuh sekali suntikan apapun.

Ehh, dapet salam dari Nabila. Katanya mau beli CD nggak? Wahahahahha~

Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang