Hari ini, Perempuan-Perempuan Pelangi mengadakan pertemuan keakraban di Pizza E Birra Gandaria City. Pertemuan rutin yang biasa kami adakan setiap 6 bulan sekali secara besar-besaran.
Di beberapa pertemuan sebelumnya, biasanya selain temu kangen dan berkenalan, kami mengadakan nonton bareng film-film Lesbian. Tentu tidak di tempat terbuka. Siapa kita yang berharap di terima siapapun yang tidak merasakan menjadi kita?
Kali ini dresscodenya biru muda. Aku mengenakan blazer casual biru muda, kaos hitam ketat, jegging biru tua, dan Vans U Sk-8 HI Sneaker Shoes biru tua. Semua anak Perempuan Pelangi ingin tampil cantik dan berbeda di setiap pertemuan rutin kami ini.
“Aku cantik nggak pake dress ini?” perempuan cantik ini berlenggak di depan kaca, berputar mengibaskan dress anggun nya. Rambutnya terurai indah, dengan riasan sederhana namun pas ia tersenyum menatapku dari cermin.
“Kamu pake apa aja cantik kok” pujiku.
“Make up aku ketebelan? Rambutnya diginiin aja? Heels nya cocok nggak? Aku pake tas apa ya?” racaunya. Dia lucu sekali dengan kepanikan dan kerisauannya.
“Make up nya udah bagus, cuma warna lipsticknya kurang cocok. Kamu keliatan pucet. Agak lebih cerah coba. Rambutnya udah bagus juga, tinggal di blow aja bawahnya. Heelsnya jangan terlalu tinggi, biar kamu nggak capek. Tasnya, pake yang kemaren bagus kok” sebisa mungkin, aku selalu memberi masukan padanya. Tidak hanya berkata pantas, cantik, bagus, keren. Perempuan tak terlalu suka pasangan yang datar-datar saja.
Aku duduk di atas meja, memperhatikan persenti bagian tubuhnya. Apa alasan yang tepat untuk tidak mencintai perempuan ini ya?
“Kamu sambil pake sepatu gih, biar cepet. Perjalanan panjang kan, takutnya macet dijalan. Acaranya jam berapa?” tanyanya.
“Iya, ini aku pake. Acaranya jam 4 kok. Sekarang baru jam 2” ujarku santai.
Ia meneruskan pekerjaannya, merapihkan dirinya sedangkan aku terus memperhatikannya. Aku menyeruput kopi hitam di sebelahku.
Aku mengambil handphone dari saku celana, melihat persiapan anak-anak Perempuan Pelangi yang heboh itu. Betapa antusiasnya mereka mempersiapkan hari ini. Aku tidak pernah berfikir sejauh ini tentang websiteku. Seperti awal tujuanku membuatnya, hanya menjual film. Tidak terfikir akan menjadi komunitas seperti ini.
Aku berjalan perlahan masih sambil memperhatikan perempuan ini, berakhir tepat di belakangnya. Kulingkarkan tanganku di pinggangnya, ikut menatap cermin di hadapan kami. Menempatkan wajahku diatas bahunya.
“Udah siap princess? Jangan cantik-cantik, nanti banyak yang naksir. Aku sama siapa?” godaku. Ia menekan hidungku.
“Yaudah, ayo jalan” kataku. Kami berdiam diri walaupun bibirku berucap berbeda. Aku masih ingin menikmati posisi ini. Masih ingin menghirup aroma tubuhnya. Masih ingin mendekapnya seperti ini. Masih ingin…
“Kalo mau jalan, coba tangannya dilepas. Biar aku bisa gerak” ledeknya. Aku melepaskannya seiringan dengan tawa kecilku.
Aku mengambil tasku dan tas miliknya dari atas tempat tidur. Ia menarik tanganku keluar dari kamarnya.
***
Benar apa kata perempuan ini, kami terlambat 1 jam. Ibukota tak pernah bersahabat soal ketepatan waktu.
Kami memasuki mall yang terletak di Kebayoran Baru Jakarta Selatan ini. Ia melingkarkan tangannya di lenganku. Aku merasa bangga, mata lelaki mana yang tak putus pandangan menatapnya?
“Ahh, ini dia tamu kehormatan yang sering nggak tepat waktu” cibir Tania, salah satu anak Perempuan Pelangi.
“Macet hehehe sorry ya. Selamat sore semuanya” sapaku.
Sekitar 25 perempuan datang dan duduk mengambil posisi berkumpul walaupun berbeda meja. Mereka mengenakan pakaian serba biru muda. Mereka cantik-cantik, tapi lebih cantik perempuan yang sedari tadi tak berhenti menempel padaku ini.
Kami membahas beberapa hal. Soal film tentunya. Kehebohan perempuan-perempuan ini. Ada juga yang memanfaatkan moment ini untuk menebar radar. Perempuan dengan dress menandakan bahwa dia seorang femme, perempuan dengan kemeja atau kaos menandakan ia seorang buthci jika berambut pendek dan andro jika berambut lebih dari sebahu.
Beberapa pizza, minuman, dan makanan lainnya terdampar di meja kami.
“Kamu mau?” tanyaku pada perempuanku setelah mendengar dentuman dari perutnya.
“Emm… Pengen sih, tapi nanti pasti berantakan makannya”.
“Aku potongin biar nggak berantakan. Ambil tengahnya aja, jangan pinggirnya” aku memotongkan sebagian kecil dan memasukkannya kedalam mulutnya.
“Idihhhhh sweet amat sih kak. Udah jadian emang?” tanya anak Perempuan Pelangi. Apa wajahku memerah dibuatya?
“Belom jadian tau” jawab perempuanku.
“Wah parah. Perempuan tuh nggak suka di gantungin kak” balas yang lain. Saatnya aku diserang sepertinya.
“Iya, parah ya. Nih, udah 3 bulan bareng-bareng, ngintilin dia mulu kemana-mana. Masih aja nggak dikasih kepastian. Kalo nggak sayang, mana mungkin mau ngintilin dia kayak gini kan?” tambah perempuan yang kini menatapku tajam.
“Ah, parah. Kok aku di bom gini deh?” jawabku.
“Bukan di bom kak. Nih, cewek secantik dia siapa yang nggak mau coba? Kalo nggak mau buat aku aja deh” Rio alias Ria mengulurkan tangannya pada perempuanku dan di raih. Aku menepisnya.
“Punya aku!” kataku. Yang lain tertawa melihat kebodohanku.
Aku hanya menunggu waktu yang tepat, bukan sembarang asal tembak. Itu bukan perkara mudah, menyatakan isi hati dan mencari jawaban yang sama. Walaupun aku tahu, itu kode untuk aku segera meminangnya. Aku jelas tahu, ia tak kan menolak. Hanya, aku butuh waktu.
“Rio, Ferry, Diana, Ade, Lanny temenin aku bentar yuk” aku bangkit dari dudukku.
“Kamu mau kemana?” tanya perempuanku.
“Sebentar, ada urusan kecil” kataku kemudian pergi dan diikuti oleh mereka.
Kami pergi ke luar, daerah kosong yang memiliki panggung cukup besar di depannya. Sepertinya, baru saja ada acara disini.
Aku memberitahu mereka bahwa malam nanti, tepat pergantian umurku, aku ingin menyatakan isi hatiku pada perempuan yang sempat memberi kode padaku.
Mereka dengan senang hati ingin membantunya. Kami bersekongkol mengatur rencana untuk moment besar ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)
RomanceIni adalah kisah seorang perempuan, Nabila Kusuma Wardani. Bagaimana Bila dan lingkungannya menjalankan kehidupan "pelangi"nya berkat website buatan dia sendiri, ParaPerempuanPelangi.com