Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Pagi yang suntuk! Hari ke 8 tanpa Aqira disisiku. Biasanya, sehari saja tak bertemu Aqira, aku 'belingsatan'. Menyedihkan, aku sangat rindu Aqira.
Andai Aqira tak dipaksa ikut kakaknya menemui orang tuanya di Semarang, mungkin kami sudah bertemu menghabiskan waktu bersama. Mungkin aku bisa menggodanya, melihatnya, menyentuhnya lalu kita...
Di telfon, Aqira selalu berkata rindu padaku. Ia masih sama manja, hanya tak bisa berbuat apa - apa. Pukul 10 malam hingga 4 pagi adalah waktu aku dan Aqira bersenda gurau di telfon. Si Bawel ini antusias menceritakan kegiatannya seharian. Dan aku suka berisik kicauannya.
Aqira sama perhatiannya denganku seperti saat bertemu. Semua kegiatan yang aku lakukan harus ku foto dan kirimkan padanya.
Celakanya, ssshhh! Jangan bilang Aqira ya. Selama ia tak disisiku, aku menemui pelanggan filmku seperti biasa.
Sumpah, tak ada maksud mendua atau menggoda. Ini rutinitasku sebelum bertemu Aqira. Para pelangganku pun butuh aku. Butuh bertemu. Butuh film yang ku jual juga.
Aku harus pintar mengatur kondisi. Aku tak mau kehilangan Aqira. Tetapi aku tak mau kehilangan pelanggan dan temanku pula. Tidak egois kan?
"Morning Qira ku, miss you :3" aku menekan tombol enter di aplikasi Whatsapp. Saat ini aku ingin sekali mendekapnya dan tak kan ku biarkan ia pergi lagi se-lama ini.
Aku menunduk dan membasuh wajah dengan air yang cukup dingin. Tak seperti biasanya. Mungkin ia turut berduka karena kami.
"Selamat pagi cantiknya Aqira". Aku melakukan ritual pengatur mood di pagi hari. Walaupun terbiasa karena Sofia, tapi mulai hari ini aku melakukannya atas nama Aqira.
Aku berjalan kembali ke dalam kamar. Mbok Mar yang sudah berada di dalam kamar meletakan segelas kopi hitam di meja.
Mbok Mar merapihkan tempat tidurku. Aku melihat gorden yang telah terbuka. Pendingin ruangan sengaja kumatikan, aku lebih suka membuka jendela untuk mendapat udara segar di pagi hari. Walau tak sesegar aroma mulut Aqira ketika baru bangun tidur.
"Sarapan apa Non? Nanti biar Si Mbok bawain kesini".
"Lagi males sarapan Mbok. Mama udah berangkat?" aku duduk didepan meja belajar, membuka lemari kecil di bawahnya.
"Ibu nggak kerja katanya. Tadi Si Mbok bangunin tapi dia masih ngantuk. Yaudah kalo gitu, Mbok lanjut beberes ya" Mbok Mar keluar kamar.
Aku membuka kotak merah maroon yang kusimpan dalam lemari kecil dibawah meja. Kotak itu berisi barang - barang Sofia.
Foto - foto kami, tiket nonton dari awal kenal hingga akhirya berpisah, kpingingan cd film dan lagu yang menjadi favorite kami, hadiah ku darinya, beberapa barang couple kami, bahkan bra dan celana dalam milik Sofia yang sengaja ku sembunyikan.
Makanya! Jangan mencintai orang lain berlebihan Bila!
Kita tidak boleh merasa memiliki dan berusaha menjaga pohon yang kita cintai berlebihan. Menggantungkan hati pada ranting sekuat - kuatnya. Karena ketika pada masanya, ranting yang tak mampu menopang bobot tubuhmu bisa patah dan menjatuhkanmu sejatuh - jatuhnya.
Apa kabar ya Sofia? Bagaimana kuliah dan pekerjaannya? Apa dadanya semakin besar? Kulitnya makin mulus? Rambutnya semakin panjang? Tubuhnya semakin harum? Bibirnya semakin ranum? Atau...
Ah! Dia saja belum tentu peduli keadaanku! Lebih baik memikirkan orang yang pasti memikirkan kita. Aqiraku...
Aku menutup kotak petaka itu dan memasukkannya kembali ke lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan - Perempuan Pelangi (GxG) (END)
RomantizmIni adalah kisah seorang perempuan, Nabila Kusuma Wardani. Bagaimana Bila dan lingkungannya menjalankan kehidupan "pelangi"nya berkat website buatan dia sendiri, ParaPerempuanPelangi.com