Chapter 04

265 15 0
                                    

Warning!
Typo yang tidak disengaja
Alur maju mundur
Bahasa campuran
Read at your own risk

Happy reading my dears

-------------------------------------

Rutinitas pagi Gavin selalu sama setiap harinya. Bangun, olahraga, mandi, sarapan. Yang membedakan hanya tempatnya saja. Misalnya saat akhir pekan seperti sekarang, pria itu tengah berolahraga lari pagi di area taman kota. Ia memakai kaos olahraga lengan pendek yang melekat ditubuhnya seperti lapisan kulit kedua. Earpod yang terhubung dengan ponsel dalam sakunya memperdengarkan saluran berita pagi.

Di sela-sela berita, terdapat serangkaian ramalan cuaca untuk hari ini. Menurut pembawa berita ramalan cuaca, hari ini cerah cenderung panas. Kemungkinan tengah hari nanti suhu bisa naik mencapai 38° Celsius. "Itu sangat panas," komentar Gavin.

Tidak heran, sih. Iklim di Ibukota beberapa tahun terakhir memang sedikit bergeser dan tidak bisa ditebak. Pagi ini saja panasnya serasa di atas kepala, padahal ini masih pukul 06.00 waktu setempat. Mungkin seharusnya Gavin olahraga di apartemen saja.

***


Panas.

Pagi yang panas diawal semester baru SMA Internasional Dharma Wangsa. Kalender menunjukkan minggu pertama di bulan Juli, jadi tentu masih pertengahan musim kemarau. Tapi bukan Kepala Sekolah Soedarma namanya jika menghapus upacara Senin pagi hanya karena cuaca panas.

Saat ini rangkaian upacara ada pada amanat pembina, yang artinya sambutan dan petuah dari kepala sekolah. Gavin berdiri di barisan pertama dalam kelompoknya karena pemuda itu cukup tinggi. Awalnya ia ada di barisan kedua. Namun saat pengibaran bendera, siswa di depannya nyaris pingsan dan segera dipapah ke UKS oleh petugas PMR yang berjaga. Sehingga Gavin harus maju untuk mengisi kekosongan di depannya. Tidak heran jika siswa tadi pingsan, karena saat ini Gavin juga merasa bisa pingsan kapan saja karena kepanasan. Tapi dia bertahan.

"Harusnya gue ikut aja tadi tidur di UKS," bisik siswa di belakang Gavin.

"Kayak berani aja, lo. Yang jaga UKS kan Bulldog. Gue mending di sini aja dengerin kepsek," sahut siswa lain di belakangnya.

"Tapi tuh anak kok berani, sih?"

"Dikasih tulang paling,"

"Anjir bener lagi,"

"Khkhkhkh..."

"Sst, entar kedengeran,"

'Berisik' pikir Gavin.

Tak lama upacara berakhir setelah aba-aba 'pasukan dibubarkan' oleh pembawa acara. Semua siswa berhamburan menuju kelas masing-masing, kecuali kelas X alias siswa baru. Gavin tentu tidak termasuk karena dirinya sudah kelas XI. Pemuda itu menuju kelas baru yang sebelumnya telah diinformasikan melalui website sekolah juga melalui selebaran yang ditempal pada papan pengumuman.

Kelas XI IPA 1.

Gavin tidak terkejut pun tidak tertarik. Ia merasa itu sudah wajar mengingat nilai-nilainya selama kelas X tidak pernah turun. Jadi untuk masuk di kelas IPA 1 bukan lagi hal yang mengejutkan. Gavin tidak mau sombong, tapi memang dia tidak merasa sesenang itu masuk IPA 1 karena baginya orang yang tepat berada di tempat yang tepat. Sudah hukum alam begitu.

Seperti sebuah tradisi yang entah dari mana asalnya dan apa kepentingannya, perkenalan dihari pertama tahun ajaran baru itu wajib. Pak Gunawan adalah wali kelas XI IPA 1 yang akan membimbing dan mengayomi mereka selama satu tahun ke depan. Beliau juga mengajar mata pelajaran Biologi dan merupakan pembina Gerakan Pramuka SMA Internasional Dharma Wangsa. Setelah memperkenalkan dirinya, Pak Gun (begitu beliau dipanggil), mempersilahkan setiap murid untuk memperkelakan diri.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang