Chapter 05

205 15 0
                                    

Tepat pukul sembilan, Celine datang dengan kedua anaknya ke apartemen Gavin. Wanita itu juga membawa beberapa makanan dan mainan mereka. Supaya tidak bosan katanya. Juga selimut dan bantal kesayangan mereka. "They need'em for sleep," ucap Celine. Gavin mengangguk paham, karena waktu pertama mereka main di apartemen Gavin, Ruta tantrum menjelang tidur siang karena tidak ada Chuchu, bantal keropi kesayangannya. Alhasil Gavin harus menggendong bocah itu sampai tertidur. Ini kedua kalinya Shima dan Ruta bermain ke apartemennya. Karena biasanya Gavin yang berkunjung ke rumah Celine, atau sekedar menjemput dua bocah itu dan bermain di kediaman Diratja bersama para sepupunya.

Setelah mengobrol sebentar, Celine memberi kecupan pada kedua anaknya dan pergi dari apartemen Gavin. Wanita itu terlihat seperti seorang ibu muda jika seperti itu. Tanpa setelan kerja mahal, hanya dress rumahan. Bukan sepatu hak tinggi melainkan selop ringan. Tanpa riasan tebal dan sikap dominan. Hanya Celine si ibu rumah tangga. Jika Gavin bisa menyukai wanita mungkin dia akan memilih yang seperti Celine.

"So, what are we gonna do now?" Tanya Gavin pada Shima dan Ruta. Keduanya saling menatap lalu kemudian bersorak bersamaan, "Kejaarr Halaaaaa." Haah~ Gavin seharusnya tidak bertanya. Kasian kucing itu.

***


Setelah bermain dengan Hala sampai kucing itu lelah dan trauma, Shima mengajak Ruta untuk menonton kartun sambil makan cemilan yang dibawakan ibu mereka tadi. Gavin menemani kedua anak itu menonton sambil sesekali menyuapi Ruta camilannya.

"Uncle tinggal ke dapur, ya?" pamit Gavin. Ini sudah hampir jam makan siang. Tidak ada apapun di apartemennya untuk di makan karena Bu Sarah libur hari ini. Wanita itu hanya menyiapkan berbagai bahan makanan saja di lemari pendinginnya. Sementara Celine tadi hanya membawakan keik dan buah untuk camilan. Jadi Gavin harus memasak.

"Ngapain uncle?" Tanya Shima.

"Bikin makan siang. Kalian mau uncle bikinin apa?"

Ruta mengangkat tangannya dan bertanya, "Mau McGoogle boleh?"

Bocah itu menatapnya penuh harap, ditambah Shima yang juga ikut menatapnya. Gavin sebenarnya diberi pesan oleh Celine untuk tidak membelikan makanan cepat saji pada Shima dan Ruta. Tapi apa boleh buat, dia juga malas masak sebenarnya.

"Boleh."

"Mau makan di sana, boleh?" Tanya Ruta lagi.

"Boleh."

"Yeeeaaahhh," sorak kedua bocah di sofa.

"Tunggu, ya. Uncle siap-siap dulu," kata Gavin. Kemudian pria itu pergi ke kamarnya untuk memakai jaket, mengambil dompet, ponsel dan kunci mobil.

Setelah itu mereka pergi ke restoran cepat saji McGoogle terdekat dari apartemennya yang berjarak sekitar 15 menit dengan mobil. Jika tidak macet tentu saja. Jalanan Ibukota siang ini lebih padat dari biasanya. Mungkin karena ada beberapa ruas jalan yang sedang diperbaiki saperti yang disampaikan berita tadi pagi. Gavin tidak begitu suka memgemudi di jalanan padat seperti ini, membuatnya tidak sabar. Shima dan Ruta tidak begitu memperhatikan karena sedang sibuk bermain dengan replika dinosaurusnya.

Sudah dua tahun, tapi rasanya Gavin masih tidak terbiasa dengan kemacetan di jalanan Ibukota seperti ini. Padahal dulu sekali dirinya juga seperti sekarang, berkutat dengan kemacetan.

***


"Waduuh, ini kayaknya macet parah, Mas Gav," kata Pak Mus, supir pribadi keluarga Diratja. Gavin melihat jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Pukul 06.50 waktu setempat. Masih ada satu jam lebih sebelum bel masuk berbunyi. Perjalanan ke sekolah biasanya memakan waktu tiga puluh menit dengan mobil. Tapi jika macet seperti ini bisa lebih, dan jika melihat kemacetan yang sepertinya tidak berjalan sama sekali ini, Gavin bisa memastikan bahwa dirinya akan terlambat.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang