Chapter 16

129 8 0
                                    

Hala demam dan asam lambungnya naik. Pemicunya adalah kelelahan, stress dan mabuk kendaraan. Begitu kata Pak Arman ketika memberitahu seluruh anggota Tim Gabungan Ibukota.

"Tapi, kok sampai mimisan, pak?" Tanya Pandu sambil mengangkat tangannya.

"Ya, soalnya demamnya terlalu tinggi."

"Itu beneran bukan penyakit parah, pak?" Tanya Karina.

"Ya ampun, Karina. Lo kok, nanyanya begitu sih?!" Sentak Naura.

"Ya kan, di drama-drama biasanya gitu," balas Karina.

"Anak-anak, tenang! Dokternya sendiri yang bilang begitu, Karina, Pandu, semuanya. Jadi sekarang kalian santap aja makanan kalian, terus istirahat," kata Pak Arman.

Gavin hanya mendengarkan tanpa bertanya atau berkomentar. Ia sangat mengkhawatirkan Hala. Rasanya saat ini juga ia ingin pergi dari asrama dan menyusul Hala ke rumah sakit. Tapi sayangnya Gavin tidak bisa pergi begitu saja. Peraturan dari panitia olimpiade, peserta dilarang meninggalkan area yang telah ditentukan kecuali dalam keadaan mendesak. Dirinya yang ingin menjenguk Hala karena khawatir sepertinya bukan 'keadaan mendesak', jadi pasti tidak diizinkan.

Jadilah Gavin hanya bisa menunggu kabar dari salah satu guru pendamping yang menjaga Hala. Karena ponselnya juga baru akan dikembalikan lusa, setelah debat final selesai. Saat ini seluruh Tim Gabungan Ibukota berada di kamar salah satu guru pendamping, menyaksikan latihan dari tim debat Ibukota untuk perempat final besok.

Tapi Gavin izin untuk istirahat di kamar dengan alasan tidak enak badan. Guru pendamping langsung mengizinkan karena tidak mau nasibnya seperti Hala.

Paginya semua anggota Tim Ibukota berkumpul di depan asrama, dan bersama-sama mereka menuju Dome untuk menyaksikan babak perempat final debat Bahasa Inggris. Gavin melirik sekitar. Masih tidak ada Hala. Bahkan sampai debat selesai. Sampai makan siang dan makan malam. Sampai Gavin tertidur dan bangun kembali keesokan harinya, tetap tidak ada Hala.

Kabar terbaru yang Gavin dapat dari percakapan anggota timnya, Hala tidak akan mengikuti sisa acara olimpiade. Pemuda itu dijemput kakaknya kembali ke Ibukota kemarin malam, setelah mendapat izin panitia tentunya.

Malam ini puncak acara dari Olimpiade Sains Nasional. Pemenang dari setiap cabang olimpiade akan diumumkan. Gavin tidak berharap banyak. Dia sudah berusaha dan yakin hasinya baik. Tapi bagaimanapun, ini adalah olimpiade. Tempat berkumpul dan bersaingnya siswa terbaik dari yang terbaik.

Ponselnya sudah dikembalikan tadi pagi. Dan Gavin langsung mengirim pesan pada Hala. Tapi tidak ada balasan dari pemuda itu. Pesannya bahkan masih centang satu, yang artinya belum masuk di aplikasi perpesanan Hala. Mungkin pemuda itu mematikan ponselnya.

Tidak masalah. Besok Tim Ibukota akan kembali. Dan dua hari setelahnya ia bisa bertemu Hala di sekolah.

Hasil akhir yang melebihi ekspektasi Gavin. Ia mendapat medali perunggu, sementara Hala mendapat medali emas. Selain mereka berdua, ada Rasha yang juga mendapat medali emas. Anggota lainnya tidak mendapat medali, tapi peringkat mereka masih di kisaran lima besar. Sangat memuaskan.

Jika dipikir lagi, Gavin pernah mengalami hal serupa beberapa tahun yang lalu. Saat dirinya mengikuti olimpiade tingkat provinsi. Ada satu pemegang medali yang tidak pernah hadir saat acara pemberian penghargaan. Tapi Gavin tidak ingat namanya karena dulu ia tidak begitu peduli.

Namun bila dikaitkan, siswa itu bisa jadi adalah Hala. Teorinya, Hala lebih pintar dari Gavin, beberapa kali juga mengikuti olimpiade. Jika Gavin saja dulu berada di kisaran lima besar, bagaimana dengan Hala. Tapi itu hanya teori Gavin. Akan ia tanyakan pemuda itu jika bertemu.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang