Chapter 08

170 12 0
                                    

Warning!
Mature content level 1
Read at your own risk

-------------------------------------

"Mmhh..."

"Diem bentar."

"Sa-sakit."

"Tahan."

"Pe-pela-n, AAGGHHH!"

"Apaan, sih?! Kaget gue!"

"Da-darah, gue be-ber-dara-hHh"

Hala menghela napas untuk yang kesekian kalinya sore ini. Manusia berkacamata tebal di hadapannya ini lah penyebabnya.

"There you go. Udah jangan nangis! Lo cowok, njir!" Ucap Hala berniat menenangkan, namun jatuhnya malah menyebalkan.

"Lagian lo, sih! Udah gue bilangin itu kucing kesurupan, masih aja dipegang!" Lanjut Hala ngomel.

Jadi ceritanya, sepulang sekolah Gavin mendapat pesan dari Hala untuk menemuinya di gedung kosong dua blok dari halte. Gedung itu menjadi tempat pertemuan rahasia mereka di luar sekolah semenjak awal semester genap, dua bulan yang lalu. Selain gudang penyimpanan belakang gedung olahraga dan rumah Hala tentu saja.

Selama dua bulan ini Hala benar-benar mengikuti 'permainan' Gavin untuk tidak saling bersinggungan satu sama lain. Gavin lega, tapi terkadang ia merasa kehilangan juga. Apalagi Vincent sudah mulai terang-terangan menunjukkan jika Hala akan menjadi miliknya.

Karenanya, ketika Hala datang dengan penawaran -coret- perintah untuk tidak mengabaikan pesannya, Gavin tidak bisa menolak. Tidak, dia tidak mau menolak. Dengan begitu ia tetap bisa berinteraksi dengan Hala sepulang sekolah, di tempat yang pemuda bernetra coklat itu tentukan.

Selama sesi pertemuan singkat sepulang sekolah, mereka tidak banyak melakukan kegiatan. Paling hanya makan makanan cepat saji dan camilan, tidur-tiduran sambil mendengar musik, mengerjakan soal latihan, menggambar sketsa atau hanya sekedar menikmati waktu dalam diam.

Oh, untuk tiga hal terakhir ditujukan untuk Gavin. Pemuda itu mendapatkan privillage untuk menatap dan menggambar Hala secara langsung. Benar-benar menyenangkan. Meskipun pertemuan ini tidak terjadi setiap hari, tapi itu yang membuatnya lebih berarti.

Kemudian, pagi tadi Gavin mendapat pesan yang sama setelah lima hari mereka tidak bertemu. Pemuda itu sangat senang. Sepulang sekolah ia segera merapihkan buku-bukunya, memasukkan ke dalam tas dan segera pergi untuk membeli beberapa camilan dan susu strawberry untuk Hala. Sampai di depan gedung, Gavin melihat Hala tengah berdiri memandangi seekor kucing putih yang cukup besar, dengan tatapan nyalang.

"Naik," katanya. Gavin bingung. Kenapa Hala memintanya naik padahal tanpa diminta juga dia akan naik sendiri. Tanpa melepas tatapan dari si kucing, Hala membawa Gavin untuk segera masuk dan naik ke lantai dua. Namun baru beberapa langkah, kucing putih itu berlari dan berhenti di hadapan mereka. Matanya juga menatap nyalang. Hala dengan refleks membawa Gavin ke belakang tubuhnya.

"Ada apa ini?" Pikir Gavin.

Karena Gavin penyuka kucing dan telah banyak berurusan dengan hewan lucu itu di rumahnya, ia memberanikan diri untuk maju dan menengahi apapun yang terjadi antara mereka.

"Jangan dipegang! Itu kucing gila kerasukan! Kalau lo kena gigit bisa rabies tau!" Ucap Hala menahan Gavin. Gavin hanya memberi tatapan, "tidak apa-apa," dan mendekati kucing itu. Pemuda itu berjongkok di hadapan si kucing dan mecoba untuk mengelusnya. Untuk sesaat kucing putih itu luluh dan balas menjilat tangan Gavin.

Namun saat pertahanan pemuda itu lengah si kucing segera mencakar wajah Gavin dan berlari kencang, melompat dan menerjang tubuh Hala. Gavin melihat Hala terjatuh dengan keras dan kucing putih itu berada di atasnya. Menjilati wajah tampannya dengan suara mengeong yang manja. Apa-apaan?

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang