Extra 01. Dreaming [21+]

74 11 0
                                    

Gavin merasa kehidupannya dan Hala setelah pernikahan berjalan seperti roller coster. Terkadang sangat lambat, membuat mereka dapat menikmati setiap detik waktu kebersamaan. Kemudian semakin cepat, hingga rasanya momen-momen itu berlalu begitu saja dalam sekali kedipan mata. Ada kalanya menanjak pelan dan menukik tajam, seperti saat mereka bercinta, bertengkar, untuk kemudian berbaikan dan kembali saling sayang.

Semua itu telah Gavin rasakan selama lima bulan mereka menikah. Tidak dapat dipungkiri, jika status pernikahan memang membawa pengaruh besar dalam hubungan mereka.

Selama lima bulan ini, kegiatan sepasang suami itu tidak banyak berubah. Gavin masih dengan pekerjaannya sebagai CEO di anak perusahaan Diratja Grup, dan Hala sebagai manager perencanaan di DeArds Corp. Yang membuatnya berbeda adalah, keintiman keduanya yang hampir tidak bisa dipisahkan setelah menikah.

Misalnya saat Gavin tengah mendapat tugas melakukan pekerjaan di luar kota. Meski hanya dua hari, Hala akan membuat pria itu tidak tahan dan mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke pelukannya. Terdengar 'bucin' memang. Tapi begitulah keadaannya. Itu tidak seperti Gavin keberatan dengan semuanya.

Nyatanya, keputusan untuk kembali cepat adalah milik Gavin. Siapa yang tega melihat suaminya di apartemen sendirian dengan pakaian minim saat sedang melakukan panggilan video? Bukan Gavin tentunnya.

"You ask for this, aren't you? So bear with it until I finish you up!" Ucap Gavin sembari menghujam keras lubang suaminya dengan miliknya.

Hala merapatkan pegangannya pada tepian jacuzi tempat mereka bercinta. Takut jika tanpa sengaja terjatuh karena salah langkah, meski Gavin di belakang memegang erat pinggulnya. "I said nothing be sides 'I love you' and- ahh- 'I miss you'," ucap Hala mencoba berkilah.

Memang benar dalam panggilan videonya beberapa waktu lalu, Hala tidak mengatakan menginginkan Gavin. Ia hanya mengatakan apa yang dikatakannya tadi. Namun, tingkahnya yang dengan sembrono memamerkan bahu dan tulang selangka serta puting yang mengintip dari balik kaos longgar tanpa lengan itu, membuat Gavin menagkap arti yang berbeda. Apalagi dengan keadaan rambut setengah basah dengan butiran air yang metes menuruni leher jenjangnya.

Apa salah jika Gavin mengartikan panggilan video itu sebagai panggilan untuk bercinta? Tidak bukan? Karenanya, meski lelah seharian melakukan perjalanan dan menghadiri beberapa pertemuan, Gavin rela mengganti waktu istirahatnya di hotel untuk pulang dan menjamah suaminya yang begitu nakal.

"Your lips never ask but your body did. And I'm being a lovely husband of yours will granted all your wish even the unspoken one," ucap Gavin kembali.

Tumbukannya pada Hala semakin keras dan cepat, membuat pria satunya kesulitan untuk sekedar menopang diri. Kedua lengannya terasa agak kebas pun buku jarinya telah lama memucat. Tubuhnya basah oleh air bercampur keringat, membuatnya tampak berkilau. Gavin tidak tahan untuk tidak memberi tanda pada punggung putih di hadapannya.

"Akkhh" Hala kembali mengerang, "jangan gigit lagi! Itu perih!" Keluhnya sedikit berteriak.

Tapi Gavin jelas tidak mengindahkannya. Pria itu tetap pada pekerjaannya membuat tanda gigitan pada punggung Hala. Sementara kejantanannya bergerak cepat dalam lubang milik pria yang sama.

Gavin mengerang hebat kala puncak kenikmatannya tiba. Itu datang bersamaan dengan milik Hala. Menciptakan perasaan melihat bintang tiada duanya. Tubuh Hala merosot setelah pelepasan mereka, namun Gavin dengan segera menangkapnya. Memeluknya dari belakang tanpa melepaskan penyatuan.

Kemudian pria yang lebih tinggi itu membalik tubuh dalam dekapannya. Membuat mereka saling berhadapan dengan Hala berada di pangkuan. Pemilik surai sepanjang punggung itu menelusupkan kepalanya pada perputongan leher suaminya. Menyesap aroma maskulin dari sabun bercampur keringat yang begitu memanjakan indera pemciumannya.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang