Extra 02. Losing

54 8 3
                                    

Setelah terakhir kali Gavin kembali bermimpi tentang Hala, tercatat sudah hampir satu bulan lamanya pria tampan itu tidak lagi bermimpi. Pun juga ia tidak terlalu memikirkannya lagi. Ada Hala di sampingnya yang selalu menenangkan hati dan pikiran Gavin. Apa lagi yang pria itu butuhkan?

"Kamu hati-hati di sana. Kabari kalau udah sampai," pesan Gavin pada suaminya, Hala.

"It's not like you're not gonna see me again, babe."

"Hala!"

"I know, I know. Maaf, hmm? Bukan itu maksud aku. Kita cuma akan pisah sehari sampai kamu nyusul aku ke sana, kan?"

"Hmm. Aku nyusul langsung setelah rapat sama Tuan Aaron selesai."

"Kalau gitu we'll see each other in no time."

Hala membawa dirinya untuk mengecup singkat punggung tangan Gavin yang bertaut dengan miliknya. Memastikan pada pria itu jika mereka akan segera bertemu tidak lama. Gavin sedikit tidak rela, tapi mau bagaimana? Sama seperti dirinya, Hala juga memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Yang mengharuskan pemilik surai panjang itu bepergian ke bagian lain dunia.

Jika Gavin tidak salah ingat, itu mungkin sekitar satu minggu yang lalu, ketika Hala mengatakan akan melakukan perjalanan bisnis ke Korea Selatan bersama beberapa atasan. Sebenarnya pria itu tidak perlu ikut, namun karena Bara yang merupakan petinggi di kantor memberi perintah untuknya, jadi Hala tidak punya kuasa untuk menolak.

Hala sempat merengek pada Bara karena pria itu begitu tidak ingin pergi. Tapi kepala keluarga Arden itu mengancam tidak akan memproses surat pengunduran diri Hala sampai lima tahun ke depan. Tentu saja Hala tantrum dan mengumpat dengan segala macam bahasa.

Dua tahun hiatus dari pekerjaan yang membuat hatinya tenang sudah cukup membuat Hala stress dan beberapa kali mengganggu kesehatannya. Apalagi, jika ditambah lima tahun ke depan. Hala tidak mampu, bahkan untuk sekedar memikirkannya.

Mau tidak mau, Hala akhirnya bersedia berangkat juga. Pria bernetra coklat itu beruntung memiliki suami seperti Gavin Chandra Diratja. Yang demi menyenangkan hatinya, rela ikut serta menemani Hala.

"Kita bisa sekalian bulan madu," kata pria itu beberapa hari yang lalu.

Ya, meski pernikahan mereka telah berjalan lebih dari lima bulan, dua sejoli itu belum melakukan tradisi bulan madu. Keduanya terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak sekalipun berencana untuk bepergian. Lagi pula, untuk apa jauh-jauh bepergian jika mereka bisa bercinta di setiap sisi dan sudut apartemen kecil mereka?

Jadi, karena kali ini kesempatan datang tanpa diduga, alangkah baiknya untuk tetap memanfaatkannya. Sayangnya, sehari sebelum keberangkatan, sekretaris Gavin memberi kabar, jika salah satu investor terbesar perusahaan merubah agenda rapat. Memajukannya tepat pada hari yang sama dengan keberangkatan ke Korea.

Sebagai pihak yang memiliki kebutuhan, Gavin yang mengalah untuk menyesuaikan dengan agenda investornya, Tuan Aaron. Membuatnya menunda keberangkatan ke Korea. Hala sendiri ingin berangkat bersama sang suami, namun apa daya ia tertekan agenda kantornya. Seharusnya Hala telah berangkat dengan tim lainnya kemarin malam. Namun karena berencana berangkat berdua dengan sang suami, ia menunda berangkat pagi. Sial sekali memang.

"Masih ada waktu empat puluh menit sebelum kamu rapat, dan sekitar tiga puluh lima menit sebelum take off. Temani aku ke toilet," pinta Hala menarik tangan Gavin.

Hala membawa Gavin ke toilet umum di bandara. Memasuki salah satu bilik paling ujung dan menguncinya. Tangan pria itu meraih tengkuk Gavin kemudian mencium bibirnya dengan tergesa. Gavin sedikit membungkuk untuk mengimbangi ciuman suaminya. Menyesap bibir ranum favoritnya dengan rakus. Seakan mereka tidak akan bertemu untuk waktu yang lama.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang