Chapter 30

121 8 0
                                    

Kesibukan dan jadwal yang sangat padat membuat waktu berlalu begitu cepat. Dua minggu setelah Gavin dan Hala menemukan titik terang, hari-hari keduanya berjalan seperti biasa. Tidak ada hal luar biasa yang terjadi di antara keduanya. Ah, sebenarnya dengan mereka saling menerima satu sama lain saja, itu sudah sangat luar biasa, bukan?

"You haven't even kissed yet? This whole two fucking weeks?" Tanya Celine tidak percaya.

"Kok kamu bisa tahan, sih?" Sambung Miranda.

"Kalo gue jadi lo, udah gue bang! bang! bang! papapa! Enggak akan gue kasih ampun," ucap Celin lebih menggebu-gebu.

Uhuk! Miranda tersedak americano dinginnya, "Itu terlalu bar-bar, kak."

"Enggak gitu. Maksud gue, kalian itu kan udah 35, udah gede, njir!"

"Ya, mungkin mereka nunggu nikah dulu, kak. Kan, enggak semua pasangan baru jadian bisa langsung skidipappap bang bang bang gitu." Ujar Miranda berpendapat. Tak lupa wanita itu menyantap roti lapis dagingnya.

"Why not?!"

"Kak Celine, please. You and your raging hormones needs to calm down. Mungkin Gavin belum siap melepas keperjakaannya buat Hala."

"Tinggal masukin aja," sahut Celine gampang.

"Bukan tentang itu, kak. Kalau asal masuk tapi mentalnya enggak siap, nanti dia bisa nyesel juga," jelas Miranda tak mau kalah.

"Enggak akan nyesel. Enak soalnya."

"Tapi tetap aja, enggak mudah buat melepas keperjakaan, kak!"

"Duh! Lo itu tinggal di planet mana, sih, Mir?!"

"Bumi, lah! Ini bukan tentang aku, ya, kak!"

"Ya, memang bukan! Kita lagi bicarain Gavin yang masih perjaka setelah dua minggu jadian."

"Nah, itu! Ini masih dua minggu, loh!"

"Gue sehari abis jadian langsung masuk kamar."

"Ya Tuhan! Itu kamunya aja yang mesum, kak."

"Lah iya! Gue aja enggak bisa tahan, gimana si pemain solo selama 15 tahun macam Gavin bisa?!"

"Gavin masih polos! Enggak kayak kak Celine yang otaknya bang bang bang aja!"

"What?!"

BRAAKK

Celine dan Miranda terkejut dan menoleh ke asal suara gebrakan. Itu Gavin, dengan wajahnya yang lelah dan sedikit terganggu.

"Kalian berdua ngomong apa, sih? Ini masih jam kerja Celine!" Kata pria itu menunjuk Celine.

"Kamu juga, Mir. Ngapain ke sini? Enggak jaga emang?" Lanjutnya beralih ke arah Miranda.

"Shift malam," cicit Miranda.

Gavin tidak bisa berkonsentrasi lagi dengan pekerjaan di atas meja, jika kedua wanita berisik ini masih ada di ruangannya. Melihat waktu di jam tangannya, Gavin menghela napas. Sebentar lagi jam makan siang. Jadi ia memutuskan untuk bergabung dengan dua wanita yang telah duduk manis di sofa ruang kerjanya.

"Shouldn't you guys talked on my back instead right in front of me?" Tanya Gavin sarkas.

"Itu enggak menantang," jawab Celine. Miranda juga mengangguk, mulutnya penuh dengan kentang goreng sekarang.

"Pertama, gue sama Hala cuma baikan. Belum jadian atau apapun yang kalian pikir," ucap Gavin sambil menyeruput americano dingin jatahnya.

"Wha-,"

"Kedua! Siapa yang bilang gue masih perjaka?"

"WHAAATT?!" Kaget Celine.

"Gimana? Gimana?" tanya Miranda skeptik.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang