Chapter 12

151 15 0
                                    


Dua hari ini rutinitas malam Gavin selalu terganggu oleh gadis pengantar makanan dari restoran ayam di seberang jalan. Bukan gadis itu yang menganggunya, tapi pemesan yang terus saja salah memasukkan nomor unitnya. Dan itu selalu terjadi di atas jam sepuluh malam.

Manusia macam apa yang makan makanan berminyak seperti itu di malam hari? Apa mereka tidak merasa takut akan serangan kolesterol tinggi?

Tunggu!

Bukan itu masalahnya. Tapi apa mereka tidak sungkan merepotkan tetangga karena kelalaian yang sama? Benar-benar. Lupakan saja. Ia akan mengurus masalah ini nanti. Ada hal yang lebih mendesak untuk ia urus.

"Apa yang akan lo lakuin sekarang? Kita bener-bener kecolongan sama curut-curut brengsek itu?!" Kesal Celine.

Wanita itu menggigiti kukunya saking marah. Gavin menggenggam tangan Celine. Menghentikan wanita itu agar tidak sampai melukai jarinya.

"I already have plans. Don't worry too much," ucap Gavin menenangkan.

"If you have plans, terus kenapa lo diem aja, Vin?! Lo tau kan, nilai saham per hari ini turun berapa persen? Rapat nanti siang gue bakal dihabisin sama dewan. Lo juga, anjing!"

"Gue nunggu waktu yang tepat, Cel. Lo enggak bisa nangkap tikus tanah pakai jebakan tikus rumah. Yo need to trust me on this," katanya lagi. Gavin memang selalu tenang, sampai terkadang ketenangannya terasa menakutkan.

"You better be. Gue percaya sama lo karena kita soulmate. Tapi kalau sampai gagal, gue bakal botakin kepala lo terus bakal gue pajang fotonya depan pintu rumah gue selamanya," ancam Celine. Kemudian wanita itu keluar dari ruangan Gavin, membawa serta berkas-berkas yang Gavin beri sebagai bahan untuk rapat dewan nanti.

"Ancaman macam apa itu?"

Beberapa hari ini keadaan anak perusahaan yang dipimpin Gavin memang sedang tidak baik-baik saja. Beberapa perusahaan yang mengajukan proyek kerja sama tiba-tiba berubah pikiran dan berpaling ke perusahaan saingannya. Proyek yang tengah berjalan juga tiba-tiba menemui kendala secara bersamaan, seperti sengaja disabotase.

Parahnya lagi ada beberapa informasi rahasia perusahaan terkait proyek kerjasama yang bocor. Mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.

Para petinggi perusahaan dan investor mulai ketar-ketir tentang hal ini, dan Gavin menjadi sasaran empuk bagi mereka. Mengatakan jika hal ini adalah karena strategi bisnisnya yang terlalu berani tanpa memperhitungkan bahaya kedepannya. Gavin tidak menyangkal pernyataan pertama. Tapi untuk yang kedua jelas ia tidak setuju.

Setiap strategi yang ia pikirkan dan kebijakan yang ia keluarkan sudah melalui banyak tahapan perencanaan. Bahkan setiap strategi yang dipikirkannya memiliki paling tidak lima atau lebih strategi cadangan dengan memperhitungkan banyak kemungkinan dan faktor x.

Jadi mengatakan jika dirinya tidak kompeten setelah selama ini adalah hal yang bodoh. Bodoh karena dengan begitu Gavin tahu siapa yang bepihak padanya dan siapa yang menusuknya dari belakang. Gavin memang tidak suka beramah-tamah atau basa-basi dengan petinggi perusahaan, tapi bukan berati ia tidak mengawasi setiap dari mereka.

Setelah rapat dewan direksi diadakan, Gavin memberi beberapa instruksi untuk Celine dan beberapa manager di bawahnya. Dengan berbekal informasi dari sumber terpercaya yang Gavin yakin keakuratannya mencapai 99%, pria itu memulai rencananya.

***

"How's work?" Tanya Miranda di sela-sela makan malam mereka.

Gavin mengedikkan bahu, "just so so," jawabnya santai.

Saat ini keduanya tengah makan malam bersama di minimarket dekat rumah sakit tempat Miranda bekerja. Gavin awalnya mengajak wanita itu untuk makan di tempat sebelumnya, agar Miranda lebih santai. Namun ternyata wanita dengan rambut ekor kuda itu tengah mengidam mi gelas instan dan sosis jumbo di minimarket terdekat.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang