Chapter 28

118 9 0
                                    

Haii...
Buat yang binggung sama last chapter, kita akan mulai flasback dari versinya Hala, ya...
Biar adil...😊

**********

Gavin memandangi Hala yang masih tertidur dalam pelukannya. Wajah pria itu mengernyit dengan butiran keringat di beberapa bagian. Pelukannya pada Gavin tidak mau terlepas. Pria yang lebih tinggi mengusap kepalanya lembut, berharap bisa menghilangkan mimpi buruk apapun yang dialami pria dalam pelukannya.

"Shouldn't you wake him up? He look- terrified?" Saran Miranda yang sedari tadi memperhatikan keduanya.

Wanita itu secara sukarela menemani dokter yang menjaga Hala, menjalankan tugasnya. Awalnya Gavin malu saat ketahuan tertidur di atas ranjang Hala. Namun Miranda hanya memberi tatapan menggoda dan memintanya untuk tidak menghiraukan wanita itu.

"Tidak masalah, selama itu tidak mengganggu vitalnya," celetuk seorang dokter yang baru memasuki ruangan.

"Bukankan seharusnya anda kembali ke ruangan, Dokter Mir?" Tegur dokter tampan itu pada Miranda.

"Aku udah baik, loh, mau bantuin kamu ngecek pasien. Malah diusir. Lagian shift aku masih 15 menit lagi, Jeno," jawab Miranda.

"Dokter Jeno," ralat dokter sebelumnya. Ia adalah Dokter Jeno, yang bertugas untuk merawat Hala dari semalam pria itu masuk di UGD.

"Enggak perlu terlalu formal, deh. Kita kan temen. Mereka juga temen aku, makanya aku suka rela datang ke sini," ucap Miranda beralasan.

"Gue bukan temen lo, bitch!" Desis Hala tiba-tiba. Suaranya masih sama serak seperti semalam.

Gavin tidak sadar jika Hala telah bangun karena terlalu memperhatikan perdebatan dua dokter yang ada dalam ruangan ini.

"Astaga, mulutnya enggak seindah wajahnya," komentar Miranda. Cukup keras untuk didengar semua orang dalam kamar itu. Hala meliriknya untuk kemudian memutar matanya.

"Selamat pagi. Dari laporan perawat yang melakukan check up berkala, kondisi anda sudah cukup stabil. Apa ada keluhan yang anda ingin sampaikan?" Tanya Dokter Jeno.

"Tenggorokan. It's burning. And the rashes, they're itchy," jawab Hala sekenanya.

Gavin turun dari tempat tidur Hala ketika Dokter Jeno akan memeriksa pria itu. Ia cukup malu tadi ketahuan tidur berpelukan saat kedua dokter itu masuk. Ditambah Hala yang tidak melepasnya karena mimpi buruk. Jadi sekarang ia tidak ingin tambah malu lagi.

"Tolong buka mulutnya, aaa," pinta Dokter Jeno.

Hala menurut dan membuka lebar mulutnya. Membiarkan dokter itu menerangi dan memeriksa tenggorokan atau kerongkongannya.

"Oke. Sekarang tolong buka bajunya," pintanya lagi. Hala menurutinya lagi. Membuka kancing depan piyama rumah sakitnya.

Dokter Jeno menyingkap perlahan piyama itu hingga memperlihatkan tubuh atas polos milik Hala. Gavin sedikit tidak suka melihatnya. Dia saja belum melihat tubuh polos pria itu sejak bertemu lagi dan berbaikan semalam. Atas dasar apa Dokter Jeno membuka dan melihat mendahului Gavin? Sudah begitu tangannya juga mulai menyentuh beberapa bagian tubuh-

WHAT?!

Tangan Gavin dengan sigap menjauhkan tangan Dokter Jeno dari tubuh Hala. Membuat ketiga pasang mata menatap ke arahnya.

Dokter Jeno menatapnya malas, "dude, I just checkin' my patient, not harrasing him!"

Miranda menatap dengan terkejut namun juga menggoda, "kamu bucin banget, anjir!"

Sementara Hala menatap dengan seringai nakalnya, "that's my man."

Gavin yang ditatap hanya berpura-pura tidak melihat. Menurunkan tangan Dokter Jeno dan bergerak cepat untuk menutup tubuh polos Hala. Wajahnya agak bersemu saat melakukannya. Membuat Hala semakin menyeringai dan memikirkan banyak rencana kotor dalam kepalanya.

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang