Chapter 14

184 11 0
                                    

Gavin terbangun dari tidurnya tepat pukul lima waktu setempat. Entah kenapa suasana hatinya sangat baik pagi ini. Oh, iya, tentu saja. Melihat pemandangan pemuda dengan surai kecoklatan dan wajah rupawan, tepat saat dirinya membuka mata adalah alasannya.

Cahaya yang perlahan mulai nampak dari balik jendela, menambah keindahannya. Gavin merasa sepertinya Tuhan akan mencabut nyawanya hari ini, karena itu Dia memberi Gavin hadiah terakhir.

Wajah Gavin bersemu merah ketika mengingat kembali kegiatan intim mereka semalam. Dia benar-benar tidak menahan diri. Hala memasukinya satu kali, namun dia memasuki pemuda itu berkali-kali hingga hilang kesadaran. Insting hewan buasnya memang sangat berbahaya. Sepertinya Gavin harus mulai berlatih untuk menahan diri saat berhubungan intim dengan Hala. Agar lain kali ia tidak menyakiti pemuda itu.

Oh, lain kali?

Apakah akan ada lain kali bagi mereka?

Mengenyahkan pikiran yang merusak kebahagian singkatnya, Gavin melihat sekitar, kemudian pada dirinya sendiri. Sejak kapan Gavin memakai baju? Pemuda itu mengendus aroma tubuhnya. Tidak bau. Padahal ia ingat setelah menggendong Hala yang hilang kesadaran ke tempat tidur, ia juga ikut tertidur tanpa membersihkan diri.

Apa Hala yang melakukannya?

Kapan?

Kenapa ia tidak merasakannya?

"Lo tidur kayak kebo, sampai gue lap pakai air dingin aja enggak berasa," ucap Hala masih dengan mata tertutup.

"Th-thanks," kata Gavin.

Hala menjawab, "Hm," sebelum dirinya membuka mata dan bersiap untuk bangun.

Gavin merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia tidur dan tidak sadar jika Hala membersihkan dirinya. Padahal Gavin yakin pemuda itu sangat kelelahan setelah meladeninya semalam.

THUDD

"Aakkh!!"

Gavin menoleh saat melihat Hala terjatuh dari tempat tidur. Pemuda itu meringis sambil memegang pinggang dan bokongnya. Gavin segera turun dari tempat tidur dan menghampiri pemuda di bawah.

"Lo enggak apa-apa?" Tanya Gavin khawatir.

Hala mengibas tangannya, "I'm good. Just a little sore," jawabnya.

Tapi Gavin tetap membantu pemuda itu untuk berdiri dan berjalan menuju meja nakas. Gavin melihat Hala membuka laci nakas paling bawah dan mengambil sebuah botol putih kecil yang ia tahu isinya adalah obat. Namun obat untuk apa, Gavin tidak tahu.

"It's a painkiller," kata Hala memberitahu.

Gavin mengangguk paham. Hala menyodorkan dua butir obat di tangannya itu pada Gavin, "mau?"

Menggeleng, Gavin menolak, "enggak, makasih."

Gavin merasa dia memang sedikit sakit di bagian bawahnya, tapi tidak sesakit itu juga, sampai ia harus meminum obat penghilang rasa sakit. Ia pikir hanya dengan sedikit berendam di air hangat dan istirahat beberapa jam saja sudah cukup.

"If you say so."

Gavin memperhatikan Hala yang memakan obatnya tanpa air. Kemudian pemuda itu meletakkan kembali benda itu dalam laci nakas yang berisi banyak botol sejenis. Mungkin ada sekitar lima atau enam botol, dengan warna logo yang berbeda-beda. Hala memperhatikan apa yang pemuda itu lihat.

"Itu vitamin," ucap Hala.

Gavin memandangnya sekilas, tidak percaya, "sebanyak i-itu?"

Hala kemudian mengeluarkan semua botol putih dari dalam nakas. Menunjukkannya pada Gavin, "Ini vitamin buat otak. Ini juga. Yang ini buat mata. Buat asam lambung gue kalo stress. Ini juga buat mata, beda merek. Ini painkiller yang tadi gue makan. Terkahir, ini buat imun."

Eyes that Only Looking at You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang