Memulai tugas

28 3 0
                                    

Pagi itu sepulang dari laut, mereka tampak lusuh, pucat dan mengantuk. Berjalan bersama menuju rumah setelah sebelumnya pamit kepada Pak Min. Masing-masing mereka membawa satu ikat ikan yang diberikan oleh Pak Min. Berbincang-bincang kecil dijalan, sampai akhirnya tiba di rumah Dinda yang jaraknya lebih dekat dari pantai.

"Udah sampe, saya ga mampir dulu ya, badan saya lengket dan bau, harus mandi" ucap Rendy di teras rumah Dinda.
"Iya, rumah BuDewi lumayan jauh, kamu bawa sepeda saya aja, besok baru balikin lagi"
"Emmm boleh juga"
"Yaudah silahkan"

Akhirnya Rendy pulang menggunakan sepeda Dinda...

***

"Rendyyy, kamu darimana aja sih? Sampe lusuh begini? Kalo Bapakmu tau kamu ga pulang, bisa abis kamu" tanya Bu Dewi yang membukakan pintu untuk Rendy.
"Maaf ya tante, aku malem kebawa sama perahu nelayan, nih aku dapet ikan banyak. Tolong masakin ya, aku mau mandi dulu... hehe"
"Hemmh kamu nih bisa aja nyogoknya biar tante ga marah... masuk, bersih2 sana"
Rendy pun masuk dan sebelum menutup pintu, Bu Dewi melihat ada sepeda Dinda di teras rumah. Ia hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.

*Di ruang makan*

"Abang, semalem berlayar?" Tanya Nabil
"Iya, seru deh... kamu pernah?"
"Ya pernah lah, Bapak kan suka mancing juga"
"Mancing ikan?"
"Mancing buaya bang!! tau ga buaya?" Jawab nabil gemas.
"Tau, istrinya Pak Aya kan?"ucap rony sambil menyuapkan nasi ke mulutnya sendiri. Jawaban itu membuat semuanya tertawa kecil.
" Ndy, skripsi kamu sudah dilanjutkan  belum? Waktu kamu kan ga banyak" tanya Pa Bayu, Ayah Nabil.
"Belum om, belum ada Ide sama sekali,ditambah sinyal internet disini sangat buruk, susah cari bahan teori"
"coba kamu pergi ke rumah Pak Tio di dekat bukit sana, beliau itu ilmuan. Punya banyak buku, buku-bukunya sebagian sumbangan dari mahasiswa yang KKN disini..."
"Abang mau aku antar? Hari ini aku free"
"Emm Abang coba sendiri aja bil... mungkin besok. Makasi ya dek"
"Oke deh, Kebetulan besok juga aku gabisa, ada kawanku mau berkunjung kemari, kemarin aku bertemu dikampus"
"Oh iya baik"

***
Keesokan harinya,
Rendy hendak menuju bukit, sudah bersiap-siap untuk pergi, dan Ia lupa kemarin meminjam sepeda Dinda. Ia janji untuk mengembalikannya hari ini. Perasaan galau menghampirinya, pergi ke rumah Pak Tio dulu atau mengembalikan sepeda. Akhirnya Ia pergi ke rumah Dinda.

"Permisi, Dinda..."
"Oh ada siapa ini? Nak Rendy, ada apa?"
Sahut Ibu Dinda
"Ini bu, saya mau kembaliin sepeda. Dindanya ada?"
"Oh Dindanya belum bangun, kemarin dia demam seharian"

Mendengar kabar tersebut Rendy merasa khawatir. Ingin rasanya menjenguk tapi takut menganggu.

"Yaampun, saya minta maaf ya bu, gara-gara kemarin malam dia jadi demam"
"Ah gapapa nak, dia emang suka bandel gitu tiba-tiba pergi nekat banget... dari kecil begitu"
"Oh iya bu, saya mau jenguk tapi takut malah ganggu dia tidur... makasi ya bu. kalau gitu saya pamit.... mau ke rumah Pak Tio.."
"Baik, baik nak makasi yo, hati-hati"

Diperjalanan menuju rumah Pak Tio, Rendy berpikir bahwa ternyata memang selambat itu ya penyampaian informasi di sini, coba kalau jaringan internet di sini lancar dan bagus, mungkin Ia akan intens untuk memberikan mendapatkan pesan elektronik kepada Dinda. Ia pasti akan mengetahui keadaan orang lain hanya dalam hitungan detik.

Sesampainya di rumah Pak Tio, Rendy merasa takjub. Rumah tersebut terlihat unik dengan bentuk panggung dan berdinding kayu jati. Seperti rumah tradisional tapi cukup megah walaupun tidak terlalu besar.

"Selamat pagi,..."
Tok tok tok
Suara pintu terbuka. Terlihat seorang pria yang terlihat seperti usia 70an dengan kacamata dan pakaian seperti 80-an, simple dan maskulin terlihat cocok dengan wajahnya yang terlihat cerdas.
"Selamat pagi, siapa dan ada apa?"
"Hallo Pak, Saya Rendy keponakannya Pak Bayu, beliau merekomendasikan saya untuk datang kesini atas keperluan skripsi"
"Oooh baik baik baik.... Masuk nak..."
Pak Tio begitu ramah dan hangat, mempersilahkan Rendy duduk dan memberikan teh hangat racikannya.
"Nak Rendy datang darimana?" Berbincang sejenak di ruang tamu
"Oh Saya dari kota pak... Ayah meminta saya menyelesaikan skripsi di tempat ini, agar saya lebih fokus"
"Ooh saya pikir memang keinginan kamu, memangnya kamu masuk jurusan apa?"
"Saya Manajemen Bisnis pak"
"Hoo bagus jurusannya, tau tidak? Semua orang di dunia ini adalah partner bisnis kita. Sekalipun dia belum kenal, suatu saat nanti mereka pasti akan berbisnis atau minimal bertransaksi dengan kita".
"Jujur pak saya tidak suka jurusan ini."
"Tidak apa-apa, tapi terlanjur toh? Jalani saja sampai selesai, kamu nanti akan menemukan jawabannya.... Ngomong-ngomong skripsi kamu tentang apa?"
"Judulnya saja belum ketemu pak, saya tidak ada ide"
"Coba kamu renungi, dan cari tau terlebih dahulu, latar belakang masalah yang ingin kamu teliti, tidak perlu jauh, lihat saja di pulau ini banyak masalah kan? Hehehe" ucap pak Tio sambil tertawa.

"Benar juga ya pak, kalau begitu nanti saya kembali lagi ya setelah menemukan jawabannya"
"Silahkan, rumah bapak terbuka untuk siapapun... Dinda anaknya Bu Yati sering kesini, dia itu cerdas, punya mimpi yang tinggi, tapi sayang, semua itu harus terkubur, kasian dia"

"Kalau boleh tau, kenapa pak?"
"Kau tanyakan padanya, tidak enak saya menceritakannya"
"Baik pak, saya pamit ya, terima kasih banyakya pak"
"Ya ya ya, silahkan... hati hati nak"
***

*Dirumah Bu Dewi*

"Tante, Nabil kemana?"
"Oh dia jemput temannya di pantai, sebentar lagi juga datang"

Tak lama, suara pintu diketuk.
"Bu... ini Nabil"
Rendy pun membukakan pintu, betapa terkejutnya Ia ketika didepan matanya ada kawan dekat yang datang.

"PUTRAAAA" teriak Rendy sambil memeluk dan loncat karena kegirangan.
"Broo Rendy lu ngapain di sini???"
"Hahhaa bokap bokap, biasa lah"
Mereka terlihat sangat dekat, dengan kata kode saja Putra paham apa yang dimaksud oleh temannya.
"Rendy, bukannya suruh masuk temannya"
Teriak Bu Dewi dari dalam ruangan.

Akhirnya mereka berbincang-bincang diruang tamu yang tidak ada kursinya tersebut, sehingga lebih santai.
Putra adalah kawan satu kost dengan Rendy, Ia sudah selesai skripsi namun Ia menunda jadwal wisuda karena ingin bersama dengan temannya. Putra adalah keturunan swedia, tentu sangat pandai berbahasa Inggris, dia merupakan salah satu mahasiswa yang cerdas aehingga Ia mendapat beasiswa di kampus, meskipun secara finansial Ia sangat mampu membayar biaya sendiri.

"Kamu ko bisa kenal Putra si bil"
"Jadi ka Putra ini alumni penerima beasiswa, nah kan akupun menerima beasiswa yang sama, jadi ka Putra diminta oleh kampus untuk membimbing mahasiswa baru sampai selesai segala administrasinya. Terus pas bilang aku dari pulau, ka Putra tertarik untuk datang"
"Hemm modus lu put" ucap Rendy
"Eeh bukan gitu, gabut kan gue, gada kegiatan, lu ga ada, gue sendiri, mending gue liburan kan... anyway skripsi lu apa kabar?"

Rendy hanya tersenyum.
"Kan lu ada disini, gue butuh bantuan lo,sampe gue nemu judul yang tepat"

Putra menatap Rendy sinis namun dibalas senyuman iseng oleh Rendy.

Belum mulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang