Dua hari telah berlalu sejak kejadian itu.
Suasana rumah Rendy masih canggung. Rendy masih belum berani membicarakan banyak hal kepada Dinda meskipun Ia sudah mendengar cerita dari pacarnya, Rere.
Sikap Dinda yang dingin membuatnya takut untuk memulai pembicaraan.
Pagi itu, diruang makan hanya terdengar suara dentingan alat makan tanpa ada satu pun yang membuka suara.
"Din, hari ini kita ke mall yuk" ucap Diana memecah keheningan.
"Emm boleh" jawab Dinda dengan senyum tipis.
"Bang, anterin kita ya"
"Sama Pak Jaka aja deh"jawab Rendy yang enggan mengantar mereka.
"Abang lupa? Pak Jaka kan cuti istrinya ngelahirin kemaren"
"Oh, iya yaudah jam berapa?"
"Jam makan siang deh. Gimana?"Rendy hanya menganggukan kepala. Sebenarnya Ia masih canggung, tapi mungkin dengan cara ini keceriaan Dinda akan kembali.
***
"Kamu mau pesen apa? Nih tinggal pilih, disini makanannya enak-enak. Aku suka Ramen disini..." ucap Diana kepada Dinda.
Mereka sudah sampai di sebuah resto jepang di mall tersebut. Rendy duduk berhadapan dengan Dinda, Diana duduk disamping Dinda.
"Aku pesen apa aja deh" jawab Dinda
"Abang, kamu mau apa?"
"Ramen aja"
"Yaudah kita samain semua ya menunya"
Diana pun memesan menu yang sama kepada pelayan.
Perlahan suasana diantara mereka mulai mencair. Diana sangat pandai membuat suasana menjadi hangat dan tidak kaku.
Diana memiliki rencana untuk menonton bioskop, karena Ia tau Dinda belum pernah merasakan suasana bioskop.
"Aku pesen tiket nonton nih, kita nonton ya" Ajaknya.
"Abang ga ikut ya, nanti kalau udah selesai abang jemput aja"
"Ih ga asik. Ini kan pertama kalinya Dinda nonton bioskop. Masa ga ditemenin sama kita"
"Gapapa ko, kalau Abangnya mau pulang... kita berdua aja. Takutnya dia bosen juga kan"ucap Dinda
"E-engga bukan gitu. Yaudah ayo Abang ikut"
"Yeaay gitu dong kan seru" ujar Diana.***
Film yang mereka pilih bergenre action romance, film tersebut menjadi yang terlaris saat ini. Dinda sangat menikmati suasana di bioskop. Ia duduk ditengah-tengah antara Rendy dan Diana. Ia merasa sangat disayangi oleh dua makhluk ini, yang Ia rasa seperti saudara sendiri. 20 menit sebelum film selesai, Diana memberikan isyarat pamit untuk ke toilet. Kini tinggal mereka berdua disana.
Suasana canggung mulai menyelimuti. Tanpa obrolan apapun, mata mereka fokus pada layar besar, namun pikirannya tidak pada film itu.
Akhirnya film selesai. Namun, Diana tak juga kembali.
"Diana mana sih? Ke toilet lama banget" ucap Rendy
"Coba kamu telpon"
Rendy menelpon Diana dengan sedikit gelisah.
"Hallo De kamu dimana sih?..... ini udah selesai filmnya......
maksudnya?....
Ko gitu sih.... Engga.... Kita pergi bertiga masa kamu..... ya tapi kan...... ah yaudah deh.... Jangan pulang larut malam...... ck... iya... hati-hati"
Dinda yang sedari tadi hanya memperhatikan temannya yang berdiri di sebelahnya, masih di depan kursi bioskop yang sama.
Rendy terlihat menghela nafas.
"Kenapa?" Tanya Dinda
"Sambil jalan yuk...." Mereka pun keluar bioskop beriringan.
"Diana ketemu temen lamanya yang dari luar negri tadi di toilet. Jadi dia pergi duluan" Rendy menjelaskan sambil memainkan ponsel agar tidak terlihat canggung.
"Oh yaudah, gapapa"
"Laper lagi ga? Mau makan?" Tanya Rendy
"Emh engga deh masih kenyang. Kita pulang aja kali ya"
"Jangan dulu pulang, dirumah gada siapa-siapa, sepi... takut"
"Takut hantu?"
"Polos banget sih kamu... (ucap Rendy sambil tersenyum) kita ngopi di rooftop mall sini aja yuk. Mau ga?"
"Boleh..."
Mereka pun sampai di coffee shop yang sangat nyaman untuk mencari angin sore hari. Cafe tersebut memiliki mini garden dan juga live music. Kebetulan saat itu band yang biasa mengisi live music sedang tidak manggung.
Suasana cafe sedikit sepi tanpa hiburan.
"Mau nyanyi ga?" Tanya Rendy
"Engga, malu kali diliatin orang kota" Jawab Dinda
"Gapapa, biar kamu ga stress. Aku yang main gitar... gimana?"
"Serius?"
"Iyaa ayo. Biar pengunjung cafenya juga seneng"
Dinda malu-malu menuju panggung kecil di sudut cafe. Ia merasa sangat gugup karena biasanya Ia hanya bernyanyi di Pantai dengan teman-temannya.
Mereka berdua mulai memilih lagu yang pas.
Akhirnya mereka memilih lagu berjudul Lucky dari Jason Mraz.
Para pengunjung cafe terpukau dengan suara duet mereka sore itu. Mereka pun tampak menikmati lagu demi lagu yang mereka nyanyikan.
Hari sudah mulai gelap, mereka sudah kembali ke tempat semula.
Bercengkrama membicarakan hal-hal kecil.
Rendy tiba-tiba teringat akan obrolannya dengan Rere.
"Dinda..."
"Iya?"
"Kamu udah siap belum denger ceritaku? Tentang kejadian waktu itu?"
Raut wajah Dinda langsung berubah. Iya menggelengkan kepala
"Kita pulang aja yu" Ajak Dinda
Rendy menggenggam tangan Dinda erat untuk sedikit menahan dan menenangkannya.
Ia menghela nafas sejenak.
Dinda mau tidak mau harus siap mendengar semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum mulai
Ficção Geralsesuatu seringkali usai lebih cepat, padahal kisah dan perjuangannya belum mulai.