Masih terpaku diposisi yang sama seperti sebelumnya.
Terbaring menyamping diatas perahu, kepala mereka terbentur sudut perahu yang biasa dipakai duduk. Nelayan yang biasa disebut Pak Min itu menengok sebentar ke arah belakang namun Ia hanya tertawa kecil dan melanjutkan perjalanannya.
"Duh..." Dinda melihat Rendy sambil berusaha untuk duduk. Bukannya meringis kesakitan, sambil memegang kepalanya, Ia malah tertawa kecil yang membuat Rendy juga ikut tertawa.
"Kamu gapapa?" Tanya Rendy
"Gapapa, it's okey... haha" jawab Dinda
"Haha... lucu juga ya" ucap Rendy
"Apa?"
"Kamu..."
Seketika Dinda terdiam... mereka merubah posisi duduk agar lebih nyaman. Duduk berhadapan disamping perahu. Dinda disisi kiri dan Rendy disisi kanan perahu. Ada tiang kecil penutup perahu yang menjadi tumpuan untuk berpegang. Mereka melihat sekeliling dengan pemandangan air laut yang seperti tidak berujung.
"Saya mau minta maaf sama kamu Dinda..."
Ucap Rendy sambil menatap tajam Dinda.
"Hmm lupain aja"
"Gabisa... saya baru denger kamu semarah itu tadi... tapi ternyata mood kamu gampang sekali berubah ya..."
"Ga juga"
"Dari awal pertemuan kita memang sepertinya tidak baik, lebih tepatnya sikap saya yang tidak baik. Saya tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik kepada orang lain terlebih orang baru. Saya bingung bagaimana harus bersikap, terlebih ketika saya jatuh suka, saya jadi berubah menyebalkan. Makanya saya dikirim kesini oleh Ayah saya. Supaya saya belajar banyak hal.. Sekali lagi saya minta maaf" ucap Rendy sambil bangun dari duduknya, berdiri menghampiri Dinda yang menatap bingung.
"Rendy Pramudya Arend"
"Iya udah kenal..."
"Belum..." jawab Rendy masih mengulurkan tangan.
"Adinda Salma Aliya" menerima uluran tangan Rendy. Rendy menggenggam tangan Dinda erat.
"Maaf..." ucapnya.
Dinda hanya menganggukan kepala tanda menerima maaf tersebut.
Rendy memilih duduk disamping Dinda, sehingga mereka melihat bintang yang sama.
"Salma..."
"Hemm?"
"Boleh tanya?"
"Iya kenapa"
"Kenapa kamu selalu pergi sendirian ke bukit, tapi selalu beramai-ramai dipantai?"
"Kamu tau kenapa saya marah ketika kamu bilang kita orang terpencil?"
"Yamungkin kata-katanya tidak pantas?"
"Bukan... kamu tau pulau ini benar-benar kecil... benar terpencil... tidak ada gedung besar, jaringan internet sangat buruk diera modern ini... transportasi sangat mahal... kami, merasa terpenjara di tempat yang banyak wisatawan bilang ini adalah surga"
"Penjara?"
"Ya... mimpi-mimpi kami tertanam dipulau ini... kami tidak mampu keluar pulau karena mahalnya biaya transportasi, perputaran ekonomi di Pulau ini masih belum maju...beruntung nabil akan melanjutkan pendidikannya. Pada akhirnya kami selalu mencari cara menghibur hari-hari kita, menghabiskan waktu sampai tua, bernyanyi, berlari-lari dipantai, bertukar cerita, dan lain-lain... bahagia kami sederhana walaupun mimpi kami tak sesederhana itu"
"Lalu dibukit sendirian dibawah pohon?"
"Itu... saya ingin punya ruang sendiri, menenangkan diri... banyak hal yang harus saya ceritakan pada dunia, tanpa teman-teman saya tau... mereka cukup tau bahagiaku...bukit itu sangat sunyi, tanpa wisatawan, hanya ada beberapa anak kecil yang bermain layangan... karna angin disana cukup menyenangkan""Dua sisi berbeda antara Dinda si anak pantai, dan sosok Salma yang suka kesendirian... makasi sudah menjelaskan, salma..."
"Jangan panggil saya dengan sebutan itu ya..."
"Itukan nama kamu... kenapa?"
"Nanti kalau ada waktu saya ceritakan.."
"Sekarang kan ada waktu..."
Dinda hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum sedih. Rendy yang melihatnya mengangguk paham atas cerita yang tidak ingin diceritakan.
"Kamu? Ngapain kepulau ini? Diusir?" Tanya Dinda sambil bercanda.
"Betul... saya diusir"
Dinda kaget mendengar jawaban Rendy.
"M-maaf... saya ga maksud untuk..."
"Gapapa, emang kenyataan ko, santai hehe.. it's okey" mereka tertawa kecil.
"Jadi, saya ini mahasiswa tapi saya lebih sering menghabiskan waktu dengan bernyanyi dari panggung ke panggung, susah sekali mengatur waktu sampai akhirnya saya sudah diujung tanduk masa perkuliahan. Skripsiku stuck gara-gara saya tidak punya ide apapun tentang itu. Jurusan ini dipilihkan oleh Ayah... makanya saya selalu bingung karena ini bukan passion saya. Lalu akhirnya Ayah minta saya kesini supaya fokus skripsi, berhenti manggung dan ga kabur-kaburan""Dan bener aja, kamu gabisa kabur disini.."
mereka tertawa bersama. Perahu tiba-tiba berhenti."Pak kenapa berhenti?..." Tanya Rendy
"Yo kan saya mau ngambil ikan bukan mau tamasya... bantuin yo. Saya ndak bawa orang"
"Loh kita hantu ya pak? Bukan orang?"
"Ah ndok, kamu tuh ya dari dulu bisaa aja.. hehe... nih nih kalian umpan ini... "
Pak Min memberikan semacam umpan agar ikan berkumpul sebelum ditarik jala.
Mereka terlihat sangat menikmati peran mereka dalam membantu Pak Min. Sesekali mereka tertawa bersama, terlihat sangat menyenangkan terlebih ini adalah kali pertama untuk Rendy. Terlihat ikan memenuhi perahu. Sangat melimpah dan beragam jenisnya.Tiba saatnya mereka harus pulang...
Pak Min kembali mengatur kemudi perahu. Rendy dan Dinda kembali duduk di bagian belakang. Sesekali Dinda mengusap tangannya tanda Ia merasa kedinginan, karna memang waktu sudah mendekati subuh."Kenapa? Dingin ya?" Tanya Rendy
"Engga, panas banget disini. Huh" jawab Dinda
"Hemhh... (tersenyum)... maaf ya adegannya ga kaya di film-film yang harusnya aku ngasih jaket dibahu"
"Hahaha duh drama banget sih... santai aja kali" jawab Dinda. Namun, Ia tetap tidak dapat menyembunyikan rasa dinginnya. Sampai akhirnya Ia tertidur disandaran perahu. Rendy perlahan mengubah posisi tidur Dinda agar tidak terjatuh. Ia bingung karna tidak ada bantal, terpaksa Ia menidurkan kepala Dinda diatas pahanya.
"Duh maaf ya Din, ngeri jatuh"
Tak lama Rendy pun ikut terlelap sambil bersandar.***
![](https://img.wattpad.com/cover/372816837-288-k655893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum mulai
General Fictionsesuatu seringkali usai lebih cepat, padahal kisah dan perjuangannya belum mulai.