Sore itu di bukit Pulau Gala yang memiliki pemandangan indah, semilir angin yang selalu membuat orang rindu...
Sekelompok anak muda telah berkumpul di salah satu sudut bukit yang sangat berbanding terbalik dengan pemandangan indah di depannya. Sudut tersebut terlihat sangat kotor, kumuh, banyak rerumputan liar, ada pagar yang mulai rusak berkarat...
Muda mudi yang tidak lain adalah Dinda dan teman-temannya tersebut berdiri mengahadap bangunan tersebut, memandang terpaku dari atas sampai bawah... tidak ada yang membuka suara karena mereka tau apa yang ada dipikiran masing-masing, dahi mereka mengkerut-kerut, wajah mereka bingung...
Akhirnya mereka menghela nafas bersama-samaHuuhh...
"Ini... kita harus apa ya..." tanya nabil
"Yakin ni kita bisa?" Ragu Novi...Rendy terlihat tidak yakin...
"Hem temen-temen, kayanya ini terlalu berat... apa saya ganti judul aja ya"
"Ck... apa si Ren, bisa ko ini kita selesain, iya ga temen-temen?" Yakin Dinda.
"I-iya mungkin..." jawab Yoga dengan ragu.
"Bro, lu tuh kebiasaan udah nyerah duluan lalo apa-apa... ini akan berat kalo lo sendiri yang ngerjain. Kita kan banyakan ini" timpal Putra meyakinkan Rendy dan teman-temannya.
"Bener, setuju...temen-temen, kita ada di sini bukan untuk skripsinya Rendy, tapi ini untuk Pulau Gala, tempat hidup kita. Gue yakin kita bisa kembaliin ini kaya semula... langkah pertama, kita ga perlu mikirin jaringannya dulu, lebih baik kita bersih-bersih area sini dulu gimana?" Ungkap Dimas menyemangati teman-temannya. Dimas adalah salah satu kawan Dinda yang lebih dewasa dari yang lainnya.
Semua menyetujui pernyataan Dimas, dan mulai memiliki semangat...
"Makasi ya semuanya..." ucap Rendy haru...
"Santai,,, Yaudah yuk gerak" ucap Dado.Akhirnya mereka bergerak membersihkan area bangunan tersebut, masing-masing membagi tugas. Sambil bercanda mereka membersihkan dengan sangat kompak. Memotong rumput, membakar sampah, dan lain-lain...
Putra sedari tadi sibuk sendiri mengecek kerusakan mesin, terlihat kebingungan.
"Ada yg bisa gue bantu ga?" Ucap Yoga.
"Nah, boleh... boleh... tolong pegangin kabel ini ya, gue mau tarik sedikit ke atas" jawab Putra sambil menaiki tower.
"Hati-hati Put." Teriak Nabil yang melihat putra menaiki tower. Ia begitu khawatir melihatnya.
"Siap..." jawab putra sambil mengacungkan jempol.
Tak lama Putra pun turun dengan sedikit menghela nafas dan membersihkan tangannya.
"Gimana?" Tanya Rendy
"Ada alat yg harus di beli di kota, soalnya kerusakannya lumayan sih, udah kelamaan ini didiemin" jawab Putra sambil melihat ke arah mesin.
"Hemmm yaudah, nanti lu catat aja apa yang mesti dibeli, nanti gue yg beli ke kota" ucap Rendy
"Ga usah, gue aja, mending lo fokus deh ausun skripsinya, gue yakin ini berhasil ko... paling gue minta anter Yoga besok" Jawab Putra
"Yoga, lu bisa anter gue ke kota ga besok? Beli alat" lanjutnya"Bisa bisa... kita berangkat jam 6 ya, sekalian antar penumpang" jawab Yoga semangat.
"Oke... "
***Tower tersebut sudah lebih bersih daripada sebelumnya, hanya tinggal memberikan cat dan memperbaiki gerbang.
"Temen-temen, makasi banyak ya udah mau bantu" ucap Rendy. Mereka istirahat dan duduk menghadap ke arah pantai.
"Apa sih Ren, harusnya sih kita yang makasi, kita jadi punya kegiatan baru... seneng deh" ucap novi sambil melirik ke arah Rendy.
"Iyaa. Jadi ga bosen nih... kayanya kita emang butuh buat melakukan hal-hal baru" jawab Dado."Bersyukur banget kenal sama kalian..." ucap Rendy.
"Iya... Bersyukur...." Jawab Dinda singkat sambil tersenyum tipis...Rendy menatap Dinda sangat dalam. Beberapa detik mereka saling bertatapan, tapi langsung membuang muka ketika sadar.***
Malam tiba... mereka sudah berada di rumah masing-masing.
Rendy mulai fokus menyusun skripsi, menatap layar yang sudah menunggu untuk dipenuhi kata-kata... buku referensi sudah siap untuk disentuh oleh tangannya, sangat siap untuk ditatap tajam oleh matanya... ruang tamu menjadi tempat ternyaman untuknya fokus... Putra awalnya membantu Rendy, namun, Ia harus beristirahat karena besok akan melakukan perjalanan jauh ke kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum mulai
General Fictionsesuatu seringkali usai lebih cepat, padahal kisah dan perjuangannya belum mulai.