mencoba memulai kembali

27 4 0
                                    

Seorang pria paruhbaya berjalan menghampiri Dinda dan Rendy. Pria dengan wajah teduh penuh penyesalan. Dinda yang mendengar namanya dipanggil dengan sebutan khas Ayahnya tersebut, merasa perasaannya tak karuan kala itu. Kesal sedih ikhlas menjadi satu.
"Dinda. Tolong, terima kembali kehadirannya" ucap Rendy menenangkan.
"Ayahmu mungkin tidak pantas dimaafkan olehmu nak" ujar Ayah.

Dinda masih terdiam menatap kosong ke arah meja lain.
Seketika lamunannya buyar ketika sebuah tangan mengusap kepalanya.
"Ayah... (Dinda menghela nafas sejenak) aku mungkin tidak akan pernah lupa bagaimana rasa sakitnya ketika aku ditinggalkan Ayah... bagaimana sakitnya ketika aku harus mengubur mimpiku, bagaimana suasana rumah berubah sangat sepi dan aku selalu ngerasa sendiri. Bagaimana sakitnya melihat ibu berjuang keras menghidupi kami. Tanpa kehadiran dan kabar ayah. Kami seperti terbuang.
Tapi, aku mencoba untuk ikhlas. Meskipun rasa sakitnya masih membekas. Aku maafkan, karna aku ingin memiliki keluarga utuh seperti dulu"

"Ayah sangat menyesal... 10 tahun ayah menahan rindu pada keluarga Ayah. Ayah sadar sangat tidak berusaha keras untuk memperbaiki semuanya. Semakin lama,ayah malu untuk pulang. Semakin lama, ayah semakin bingung harus mengatakan apa ketika bertemu kalian.. terima kasih ya nak... Hatimu begitu besar nak. Ayah bangga pada kamu dan juga ibumu yang sudah membentuk kamu seperti ini... Maafkan Ayah nak"

***

Hari berlalu semenjak malam itu, hubungan Dinda dan Ayahnya membaik. Sesekali Ayah mengajak Dinda untuk keliling kota, makan di restoran dan bermain ke tempat wisata. Tidak lupa Ayah mengenalkan Vino kepada Dinda. Mereka tidak butuh waktu lama untuk dekat. Vino menerima kehadiran Dinda sebagai kaka baginya. Namun, Dinda masih belum memiliki komunikasi apapun dengan Rere. Rere masih banyak menutup diri.

Hari Minggu pagi, Diana mengajak Dinda untuk lari pagi ke taman kota.
Dinda sangat bersemangat. Mereka hanya pergi berdua tanpa Rendy, Rendy masih tertidur pulas.
Mereka berlari mengelilingi area stadion sepak bola yang cukup besar. Saat itu suasana cukup ramai orang berolah raga.

BRUKK...
Tiba-tiba seseorang menabrak Dinda dari arah berlawanan sampai terjatuh. Dinda meringis kesakitan karna tangannya terluka.
"Din, tangan kamu berdarah... Mba gima.. "
"Ma... Maaf...."
"Ka Rere..."
"Diana, aduh aku ga sengaja,maafin ya.. mba aku minta maaf ya" ujar Rere yang juga ternyata lari pagi pada waktu yang sama. Rere menundukan badan untuk membantu Dinda terbangun.
"Sini aku bantu"
"Makasi" Dinda menerima uluran tangan Rere.
"Aku minta maaf ya,aku terlalu fokus sampe ga liat sekitar.. "
"Gapapa ko, santai aja" jawab Dinda
"Rere..." Dia mengulurkan tangan Untuk berkenalan
"Adinda" jawab Dinda sambil tersenyum
"Aku tau kamu ko, dari pertama kamu ke datang ke kota..."

"Ehem gimana kalo kita makan di food court? Laper ni abis lari. Sekalian bersihin luka tanganmu Din"
Ucap Diana.

Mereka bertiga menduduki bangku yang dekat dengan pohon setelah mereka memesan menu sarapan.

"Aku pikir kamu bakal marah pas jatuh" ucap Rere
"Guee yang marah kaa, kesel gue kebiasaan kamu tuh musik dikencengin Mulu tiap lari" ujar Diana
"Hehe iyaa maaf, tapi lukanya lumayan juga ya"
"Gapapa ko, ini sih pake plester juga udah aman,tenang aja" jawab Dinda
"Pantes aja Rendy nyaman sama kamu, kamu ga ribet orangnya" ucap Rere
"Ka, kamu jangan salah paham ya. Aku minta maaf kalau misalnya aku bikin kaka overthinking soal Rendy"
"Ck apa sih ga usah panggil aku Kaka, geli aku. Nih buat Diana doang nih yang khusus manggil aku Kaka.. hehe... Emmmh jujur sih awalnya aku cemburu buta. Bayangin aja pacar sendiri bawa2 cewe lain bukannya ngabarin malah sembunyi-sembunyi.. hemmh"
"Kamu juga baik banget Re. Orang lain kalo jadi kamu, pasti ngetawain liat aku jatoh. Tapi kamu engga.
Rendy sayang banget sama kamu. Kamu yang udah nemenin dia selama ini, kamu yang selalu bikin happy"

Belum mulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang