Bermain Musik

38 6 0
                                    

Satu minggu berlalu...

Sore hari cuaca dipantai begitu menggoda siapapun untuk bermain bersama ombak.
Begitupun Dinda dan teman-temannya...
Bermain dipantai untuk sekedar membasahi kaki, berlari-lari melepas kejenuhan sehari-hari. Karena mereka benar-benar seperti terkurung dalam surga yang indah. Untuk pergi keluar pulau, mereka harus menabung terlebih dahulu karna pusat kota cukup jauh dari sini.
Setelah lelah berlari-lari... seperti biasa mereka berkumpul dengan teman-teman di Warung lesehan Bu Siti.
"Temen-temen gue pulang dulu ya, laper nih, sekalian mau ganti baju... nanti malem gue balik lagi" ucap Dinda meninggalkan teman-temannya, yang masih berkumpul sambil bermain gitar.
"Iyaa, jangan sampe ga balik lagi loh" jawab Novi.

***

Pukul 7 malam.

"Haaaii,. Tuan putri balik lagi nih" Sapa Dinda dengan ceria, namun matanya melihat ada tambahan orang di tempat tersebut.
Ya itu adalah Nabil dan Rendy...
Nabil adalah anak dari Bu Dewi, Ia memang anak rumahan yang jarang keluar rumah karena ayahnya cukup keras mendidiknya.

"Loh Nabil, kamu kemana ajaaa?" sapa Dinda.
"Haiii... Dinda... aku kangen" jawab nabil sambil memeluk Dinda.
"Sini duduk samping aku, Aku baru balik dari kota, abis daftar kuliah"
"Waha hebat, selamat yaa... terus ko tumben malem boleh keluar?"
"Ini semua berkat sepupu aku yang paling ganteng nih, kenalin, Rendy"
"Oh iya udah kenal... b-bukan kenal sih, tau aja" jawab Dinda ketus.
"Biasa aja bisa kan" ucap Rendy.
"Eh Rendy ternyata jago juga ya main gitarnya" ucap Novi memecah kecanggungan.
"Iya lah orang dia suka nge-band di kota" jawab Nabil.
"Keren banget bro..." sahut Dado.
"Eh Ren, lagu favorite kamu judulnya Dinda kan? Yang suka kamu nyanyiin dirumah Ibu."
"Bukan Nab, lagu favorit aku bukan itu, tau sendiri aku suka ngerock" jawab Rendy
"Ngerok apaan, masuk angin lu ngerok?" Sahut salma ketus.
"Apaa sih" jawab Rendy
"Lagu dewa aja yang Risalah hati, hafal semua kan? Gas Ren" jawab Yoga.
Mereka semua akhirnya bernyanyi dari satu lagu ke lagu lainnya. Terlihat sisi lain Dinda yang berbeda ketika bernyanyi. Ia begitu menguasai setiap lagu dan irama yang dimainkan. Selera musiknya juga tinggi.
"Hemm ga nyangka ya ternyata selera musik lu bagus juga walaupun tinggal di tempat terpencil ini" ucap Rendy pada Dinda yang duduk dipinggir tempat lesehan. Seketika kata-kata tersebut membuat Dinda merasa tersinggung, namun Ia berusaha menahan rasa marahnya karena masih menghargai suasana yang hangat tersebut.
Tidak ada yang menimpali ucapan Rendy tersebut, semua sibuk memakan cemilan sambil mengobrol. Tiba-tiba Dinda berdiri dengan wajah menahan amarah.

"Temen-temen gue duluan lagi ya, sakit perut mau balik. Bye" ucap Dinda.
Teman-temannya hanya menimpal kecil
"Kenapa si dia?" Tanya Yoga
"Tau, PMS kali!" Jawab Novi.

Diam-diam Rendy memperhatikan Dinda yang perlahan menghilang, namun Dinda berjalan ke arah yang berlawanan dengan rumahnya. Merasa ada yang salah, Rendy pun mengikutinya.

"Semuanya maaf saya duluan ya, ada perlu. Nabil kamu nanti pulang dianter Yoga ya. Abang pergi dulu." Ucap Rendy sambil menyimpan gitar yang dipegangnya dan bergegas pergi ke arah Dinda.

"Loh kamu ko gitu" jawab Nabil

————
Di tepi Pantai, Dinda memeluk kedua lututnya dengan tatapan kosong ke arah laut. Terlihat beberapa perahu nelayan ditengah laut sana, sepertinya mereka baru berlayar. Ada pula perahu nelayan tidak jauh dari posisi Ia duduk baru akan siap-siap berlayar. Dinda yang selalu  saja punya ide aneh, terlintas dalam benaknya untuk ikut berlayar malam itu, kebetulan nelayannya adalah teman baik ibunya.

"Pak, aku ikut ya..." dengan wajah memohon.
"Loh, nanti ibuk nyari ndok, pulanglah"
"Emm... ARYO!!! bilangin sama ibu, aku ikut Bapakmu berlayar ya" teriak Dinda pada Aryo  anak nelayan tersebut yang berdiri tidak jauh dari perahu. Dinda pun langsung menaiki perahu dibantu dengan wajah pasrah dari nelayan tersebut.

"Dinda Salma Aliyah"
Suara yang Ia kenal tersebut terdengar dari dekat perahu.
"Rendy"
"Turun, saya mau ngomong"
"Ga perlu, saya gamau ngomong sama orang yang ga pernah ngehargain orang lain...

Jalan Pak!"

"Tunggu, kalau gitu saya ikut..." Rendy pun menaiki perahu dengan sangat mudahnya. Dinda dan Rendy pun akhirnya berdiri berhadapan diatas perahu yang tidak stabil itu.
"Maksud lo apa sih? Mau ngomong apa? Mau ngehina lagi? Saya tekankan ya.. jangan pernah sekali-kali menghina tanah kelahiran saya. Lo ga pernah tau gimana rasanya jadi kita disini!!! Lo cuma orang kota yang sombong yang sedari awal ga pernah ngehargain saya, sekarang berani-beraninya merendahkan bahwa ORANG TERPENCIL seolah-olah ga pantas untuk punya hal yang sama kaya orang-orang bebas diluar sana!!" Ucap Dinda dengan penuh emosi...

"Saya ga maksud seperti itu, Salma" ...

Dinda terpaku mendengar Rendy memanggilnya dengan sebutan itu.
Lalu secara tiba-tiba perahu melaju membuat keseimbangan mereka buyar.

Aaaawwwhhh

Mereka berdua terjatuh diperahu seiring dengan nelayan yang fokus didepan kemudi untuk menuju ke tempat yang Ia tuju. Karna nelayan tersebut merasa takut jika tak tepat waktu.

*****

Belum mulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang