Pantai malam itu cukup ramai oleh beberapa wisatawan, dan juga tentunya Dinda dan kawan-kawannya yang seperti biasa menghidupkan suasana di pantai.
Ada yang berbeda pada sikap Dinda malam itu, Ia sibuk sekali melihat ke berbagai arah seperti mencari seseorang."Din lo kenapa si?" Tanya yoga
"E-engga, ini pantai rame ya malem ini... hehe"
"Hemm lu nyari siapa?" Tanya Novi.
Belum menjawab, dari arah berlawanan terlihat ada 3 orang berjalan dengan santai...
Dinda menyapa dengan penuh semangat
"HEEEII, akhirnya dateng jugaaa" teriak Dinda.
"Huuuu jadi ini nih yg bikin temen gue celingak celinguk mulu dari tadi" ucap Dado sambil meledek Dinda..
"Do... apaa si, diem" bisik Dinda
"Dari tadi ya? Temen-temen kenalin ini kawanku dari kota, namanya Putra" ucap Nabil.
Lalu teman-teman Dinda menyambut Putra dengan hangat. Berbincang-bincang dan tidak lupa mereka selalu bermain musik.
Ketika sudah bernyanyi, mereka akan selalu merasa sedang di studio rekaman.
"Ren, coba kamu duet sama Dinda... kayanya suara kalian cocok deh" ucap Novi...
"Boleh, yuk kita coba... " Rendy menyetujui.
Mereka mengambil posisi duduk yang nyaman menghadap pantai... Rendy bermain gitar sambil bernyanyi, Dinda juga mengimbangi dengan suara 2nya. Mereka menyanyikan lagu shallow sebagai pembuka. Tiba-tiba wisatawan yang hadir berkumpul di depan mereka. Mengagumi chemistry yang dimiliki oleh mereka berdua. Satu sama lain saling berbisik kagum.
Teman-teman yang lain pun menjadi support system malam itu.Setelah selesai bernyanyi, para wisatawan bertepuk tangan terlihat bangga. Rendy dan Dinda saling menatap.
"Ini kenapa jadi ramai ya?"Bisik Dinda
"Haha Iya, duh jadi malu... bilang makasi yu" dinda pun mengangguk."Baik, terima kasih banyak semua atas apresiasinya" ucap mereka haru dan pamit undur diri dari hadapan penonton.
Mereka kembali berkumpul dengan teman-teman di sampingnya.
"Wah wah wah chrmistry lo kuat bro..." ucap Putra sambil menepuk bahu Rendy
"Iya, aku sampe terpesona liat kalian" tambah nabil.
"Duh malu ah.... Jadi diliatin gitu sama turis..."
"Keren itu namanya" ucap novi.
"Makasi banyak supportnya uya temen-temen... kalian luar biasa" ucap Rendy.Mereka kembali bercengkrama, menikmati cemilan di hadapan mereka.
"Nab, Abang udah nemu bahan penelitian skrispsi nih..." ucap Rendy semangat
"Wah apa tuh bang?" Jawab nabil antusias
"Tentang Pulau ini"
"Iya? Wah seru tuh" ucap nabil
"Put, lu kan lulusan IT, gua minta tolong banget bantuan lu ya... please" pinta Rendy.
"Yaelah slow... sebisa mungkin gue bantu. Pengen cepet pake toga nih, keburu jamuran nungguin lu!" Jawab Putra.
"Aheey makasi bro, gue targetin 3 bulan kelar deh" Jawab Rendy.
"Semangat ya Ren, kamu beruntung bisa ngerasain pusingnya bikin skripsi." Ucap Dado.
"Iya, kita disini tuh gatau dunia kampus kaya apa, kota aja kita gatau haha" timpal Novi sambil tertawa palsu."Emm duh maaf ya temen-temen saya ga maksud untuk menyinggung perasaan kalian.."
Jawab Rendy
"Gapapa Ren, justru adanya kamu tuh bikin kita jadi lebih berwarna, tongkrongan malam kita jadi lebih seru" Ucap Yoga"Bener, aku setuju banget... kaya ada sesuatu yang beda ya..." ucap Dinda sambil menatap Rendy, namun segera membuang muka ketika sadar Rendy melihat matanya juga.
"Kalian mau ga bantu aku untuk jadi bagian dari Skripsiku?"
"Wah ya ga akan nolak dong, tapi caranya gimana?" Tanya Dado.
"Besok sore, kita ke Bukit Gala ya. Saya tunggu di dekat tower internet" ucap Rendy.Dan teman-teman pun semua antusias untuk membantu Rendy besok sore.
****Di rumah Bu Dewi malam harinya sepulang dari pantai, Rendy terlihat duduk di teras sambil meneguk kopi. Ia terlihat menatap kosong sambil meraba-raba isi pikirannya sendiri.
"Bingung amat bro" ucap putra yang tiba-tiba datang membawa cangkir kopi yang sama persis, lalu ikut duduk di kursi teras.
"Hemm Iya, gimana ya"
"Skripsi lu?
"Iya, gue bingung harus apa. Mana dulu yang gue harus lakuin... mana besok gue juga ga ada ide buat ngapain di bukit."
"Katanya minta bantuan gue, ga percaya lu sama gue?"
"Hehe iya juga sih, coba lu jelasin apa yang hharus gue lakuin, sesuai sama judul yang kemaren gue kasih" tanya Rendy
"Nih, gue saranin mending lu besok pagi minta izin dulu sama pa RT di sini, ya kali tiba-tiba kita ngotak ngatik tu tower tanpa bilang sama yg punya wilayah"
"Oke. Terus?"
"Abis itu lu ke rumah pa Toni. Untuk minta referensi buku yang sesuai. Nah sorenya, kita kumpul di tower untuk bersih-bersih dan juga nanti gue check apa aja yang rusak dari jaringannya"
"Hemm (Rendy tersenyum lebar) ga salah tuhan nyiptain bule pinter kaya lu"
"Yee malah ngeledek"
"Hahaa engga lah. Untung banget si Nabil ngajak lu kesini"
"Gue yg pengen kesini, bukan diajak... eh btw, lu kaya udah lama kenal si Dinda..."
"Oh, engga lama sih... cuma tiap kali kita ketemu, pasti selalu ada kejadian yang beda aja... jadi banyak cerita"
"Cantik ya dia... seru juga orangnya humble"
Plakkkk .
Rendy memukul punggung putra.
"Awas lu suka sama dia" ancam Rendy.
"Lah emang kenapa?"
"Ga boleh"
"Suka suka gue"
"Ngajak berantem lu ya"
"W-wait... bentar bentar bentar... curiga gue... kenapa lu segitunya ngelarang gue suka?... ada something ya lu sama dia?"
"Y-ya ga gitu... maksud gue kalo lu suka sama Dinda, susah lu pacaran ongkosnya mahal, susah buat ketemu gila jauh banget bos rumahnya"
"Kalau gue suka sama nabil?"
"Hemm ya, itu mah terserah lu, lu yg ngejalanin"
"Tuh kan, aneh lu.... Kesamber ubur-ubur kayanya lu... terus si Rere apa kabar noh di sana?"
Tiba-tiba Putra menyebut nama pacar dari Rendy. Ya, Rendy memiliki kekasih di kota. Rere sudah wisuda terlebih dahulu dan bekerja di perusahaan multinasional.
Rendy hanya terdiam.
"Oh iya, ko gua bisa lupa ya. Hehe... (tertawa terpaksa)"
"Hah tuh kan gara-gara si Dinda nih.... Asal lu tau ya, Sebelum gue ke sini,gue ketemu dia... dia cuma titip salam sama lu... suruh jaga hati... dia nungguin lo pulang sampe lu nemuin jawaban dari skripsi lu" ucap Putra sambil sedikit-sedikit meminum kopi.
Rendy menghela nafas dalam-dalam.
"Iya, semoga gue bisa jaga hati sesuai permintaannya... walaupun sebenernya gua capek juga"
"Capek?"
"Lu pikir gue telat skripsian gara-gara apa? Salah jurusan? Itu bukan alasan utama"
"Emang Rere kenapa?" Sambung putra yang paham arah pembicaraan Rendy.
"Gimana ya jelasinnya, Harusnya kalau dia mau liat gue sukses atas pencapaian gue, dia support, kasih motivasi, kasih tekanan yang bikin gue lebih maju... bukan terus menerus meng-Iya-kan ego gue. Dan nurutin semua kemauannya dia. Selama ini gue tuh berada di posisi aman dan nyaman memang kalau sama dia. Tapi kayanya bukan itu yang gue butuhin... terlalu banyak waktu gue kebuang buat hal yang ga penting, dan dia nemenin gue disaat-saat ga penting tersebut""Keluarlah dari zona nyaman..." Putra bersenandung "itu yang lu mau kan? Pulang dari sini, lu harus berterima kasih sama bokap, kalo bukan karna dia yang bikin lu ga nyaman, waktu lu selamanya ga akan pernah jadi berharga" lanjutnya.
"Iya... gue setuju, dan gue juga mau bilang makasi sih sama Rere.. gimana pun dia sering nemenin gue... kangen juga sama sikap manjanya" ucap Rendy.
"Hadeuh Ren... Ren... " jawab Putra menggelengkan kepalanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum mulai
General Fictionsesuatu seringkali usai lebih cepat, padahal kisah dan perjuangannya belum mulai.