Di Pulau, sore itu pemuda dan pemudi pulau terlihat bergotong royong kembali membersihkan area tower. Kebetulan Pak RT ingin menggerakan warga untuk membantu, bukit tersebut terlihat jauh lebih ramai dari biasanya. Sedikit demi sedikit, area tower sudah terlihat seperti semula, tembok dan pagar sudah diperbaiki bersama. Para warga yang saat itu hadir pun, membawa makanan masing-masing untuk dimakan bersama di atas bukit.
Rendy dan Dinda berdiri didekat tower sambil melihat kekompakan warga.
"Ga nyangka ya, ternyata warga seantusias ini"
Ucap Rendy
"Karena kita bosen Ren, bertahun-tahun bertahan dalam ketertinggalan... makasi ya, kamu udah berhasil bikin perubahan" jawab Dinda
"Belum din, kita belum berhasil, prosesnya masing panjang"
"Kita?" Tanya Dinda.
"Ya, kita... bukan aku. Ini bukan sekedar skripsi, bukan sekedar jaringan, Ini tentang kita..." ucap Rendy
Dinda mencoba untuk mencerna kalimat tersebut. namun, Ia belum menemukan jawaban."Guyyysss kita udah sampee" teriak Yoga sambil berlari ke arah kerumunan sambil tersenyum lebar.
"Waaah Yoga, happy banget lu abis jalan-jalan" sapa Dinda. Namun, ekspresi wajah Yoga berubah ketika melihat Dinda.
"Din..." ucap Yoga lirih
"Lu kenapa Ga?" Tanya Dinda.
"Gapapa, nih kita bawa alatnya" ucap Yoga."Dinda, teman-temannya ajak makan dulu sini, sudah siap kita makan bersama" ajak Pa RT.
Mereka menyantap sajian bersama-sama sebelum memulai kembali menyelesaikan tugasnya.
Satu persatu, warga berpamitan. Tinggallah Dinda dan teman-temannya disana, Putra sudah siap dengan segala perlengkapan yang ada. Ia terlihat gagah dengan helm dan tali temali untuk keamananya, Yoga selalu mendampingi untuk membantu Putra. Nabil terlihat kagum melihat Putra yang lihai memperbaiki bagian demi bagian mesin. Naik perlahan menggunakan tali pengaman, sesekali Ia mengusap keringatnya, terlihat sangat gagah di mata Nabil dan juga teman-temannya.
"Keren banget sih Putra" ucap Nabil
"Iyaaa aaah gentle banget keliatannya" puji Novi.
"Keringetnyaaa" ucap DindaMendengar ucapan Dinda, Rendy terlihat marah
"Kamu pikir aku gabisa keringetan?""beda Ren, keringetannya orang yang lagi kerja tuh waaah gitu..." ucap Dinda
Rendy kesal dan tak menjawab
"Bro, masih lama ga?" Teriak Rendy
"Beres bro nih bentar" jawab Putra dari atas.
Perlahan Putra turun, dan menjelaskan sedikit tentang kinerja mesin kepada Yoga.
"Ga, nih tombol ini buat urgent kalau ada kendala, yang ini untuk mengaktifkan. Gue udah setting semuanya semudah mungkin"
Terang Putra.
"Siap bro.... Makasi ilmunya, mudah-mudahan gue bisa sedikit handle"
"Gue yakin lo bisa..."
Yoga menganggung dan tersenyum bangga pada Putra.Mereka kembali berbaur dengan yang lain, Nabil dengan inisiatif membantu Putra melepaskan pengaman yang ada ditubuhnya...
"Makasi Nab" ucap Putra sambil tersenyum, dibalas dengan senyuman manis Nabil."Jadi gimana Put? Bisa aktif?" Tanya Rendy
"Karena ga bawa laptop, jadi gue belum bisa pastiin, tapi gue yakin bisa sih" Jawab Putra.
"Makasi banyak ya Put, kamu bener-bener tulus banget bantu kita" ucap novi
"Dengan senang hati ko, santai" ucap Putra.
"Udah mau mau malem nih guys. Kita pulang yu... PR kita masih banyak nih besok. Semangat terus ya temen-temen" Ajak Dinda."Din, lu mampir ke Rumah Bu Dewi dulu ya, aku butuh kamu" pinta Rendy. Dinda hanya mengangguk menuruti permintaan temannya.
Dan menitip pesan kepada Yoga untuk memberikan pesan kepada Ibunya bahwa Ia akan bermalam dirumah Nabil. Ketika dulu masih kecil, memang Ia sering sekali menginap di rumah Nabil.
***
Bu Dewi dan Suaminya sudah menyiapkan makan malam di ruang tengah. Dinda, Nabil, Putra dan Rendy sudah bersiap untuk menyantap makan malam bersama.
"Kalian kayany cape banget ya seharian ngurusin tower" ucap Bu Dewi
"Lumayan bu, tapi aku seneng... bentar lagi pulau kita punya jaringan internet lagi setelah sekian lama" ucap Nabil sumringah
"Bagus dong, sampai mana progressnya?"Tanya Ayah Nabil.
"Emm tinggal saya atur sistemnya si om di laptop, besok, baru bisa dites jaringannya, dan analisa hambatannya" Jawab Putra
"Baik... Baik... kamu Ren, gimana skripsinya? Apakah Pa Tio membantu?""Pak Tio baik banget om, aku uda coba bikin sampai BaB 3 sih, tinggal nanti penelitian lanjutan kalau memang jaringannya sudah fix, aku juga sering minta bantuan beliau untuk cek harus ada yg di revisi atau engga" jawab Rendy
"Terus gimana? Ada revisi?"
"Ada, tapi ga banyak sih, makanya saya minta bantuan Dinda buat ngasih ide, soalnya judul kemarin juga idenya Dinda" ucap Rendy sambil melirik ke arah Dinda. Muka Dinda memerah malu.
"Nak Dinda ini emang pinter dari dulu ya" ucap Bu Dewi.
"Ibu bisa aja" jawab DindaMakan malam berlangsung sangat menyenangkan, Bu Dewi dan suaminya sudah pergi ke ruang belakang yang memang khusus untuk mereka beristirahat.
Di Ruang tamu, mereka berempat bercengkrama sambil menemani Rendy yang fokus di depan layar.
"Din sini deh" pinta Rendy agar Dinda duduk disampingnya.
"Iya gimana?"
"Nih, aku bingung bagian ini, kira-kira menurut kamu harus di isi apa ya?" Tanya Rendy j
"Oh ini, sini coba aku yang langsung ketik.." Rendy pun menggeser posisi duduknya sedikit, kini Ia dan Dinda duduk sangat dekat karena harus menatap layar yang sama. Sesekali mereka saling menatap berdiskusi. Rendy kagum akan kecerdasan Dinda, perempuan ini memiliki karakter yang berbeda dari yang pernah Ia temui sebelumnya.Dilain sudut, Putra dan Nabil sibuk bercanda dan tertawa bersama.
Terdengar suara tombol enter yang ditekan cukup kencang.
"YESS... tos dulu kitaaa" Rendy dan Dinda menyatukan kedua telapak tangan mereka dan saling menggenggam erat sambil berjingrak kecil.
"Akhirnyaaa" ucap Dinda lega."Beres lu?" Tanya Putra...
"Beres boss tinggal penelitian Bab selanjutnyaa" jawab Rendy
"Syukur deh kalo gitu. Sini laptopnya gue mau setting aplikasi buat jaringan" Putra mengubah posisi untuk menatap layar laptop.
"Emm besok tinggal apa nih di tower? Perlu bantuan banyak orang ga?" Tanya Nabil.
"Besok kita berempat dulu aja ya, kalau udah jelas berhasil, baru kita opening sama masyarakat. Gimana?" SaranPutra.
"Setuju, gue agak was-was juga sih" ucap Rendy."Gimana kalo besok kita kesananya pagi-pagi sambil liat sunrise?, belum pernah kan kalian liat sunrise di sana?" Ucap Dinda
"Waaah boleh-boleh, mumpung ada temennya, pasti kalo udah mulai kuliah aku bakal kangen banget sunrise disini.." sahut Nabil.
"Kita tidur duluan yu Nab, ngantuk nih" ajak Dinda.
"Kalian gapapa ditinggal?" tanya Nabil.
"Yaelah dikira kita anak kecil kali, yaudah sono tidur, besok bangun pagi" ucap Rendy."Selamat tidur, Dinda" lanjut Rendy sambil tersenyum. wajah Dinda berubah merah. Putra menatap Rendy penuh arti.
"Heummm" respon Nabil sambil mengejek, lalu Nabil dan Dinda bergegas menuju kamar tidur.Rendy masih menemani Putra yang fokus menyusun kode untuk aplikasi jaringan. Melihat layar yang penuh dengan angka dan karakter huruf, membuat Rendy merasa pusing dan mengantuk. Akhirnya Ia tertidur pulas...
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum mulai
General Fictionsesuatu seringkali usai lebih cepat, padahal kisah dan perjuangannya belum mulai.