Semilir angin menentramkan suasana sore di bukit yang indah. Hari itu bukit terlihat sepi, sehingga seorang gadis tertidur pulas di bawah pohon rindang yang melindunginya dari panas. Ia tertidur diatas rumput dengan tangan kiri sebagai bantalannya. Kakinya menekuk nyaman. Hanya ada suara angin dan samar samar suara ombak dari pantai.
Rendy yang masih bingung akan skripsinya, berjalan sendiri menuju bukit yang sama untuk mencari inspirasi. Langkahnya terhenti di sebuah pohon yang pernah Ia duduki. Benar saja, ada Dinda di sana yang tertidur pulas. Sudah dua hari mereka tidak bertemu.
Rendy memilih duduk perlahan di samping Dinda. Sambil menunggu gadis itu terbangun, Ia hanya memandangi wajah cantik Dinda sesekali.Bergumam dalam hatinya...
Cantik juga...Daun terjatuh dari pohon menyentuh hidung Dinda yang sedang tidur, membuatnya merasa gatal dan terbangun.
"Hoamm... "mengusap-ngusap hidung dan meregangkan tubuhnya. Matanya membulat melihat ada orang lain di sampingnya. Rendy yang melihatnya menatap tajam sambil tersenyum.
"Udah tidurnya?"
"Hih, ngapain si di sini? Semenjak ada kamu tempat ini ga sakral lagi..."
"Ooh ini tempat khusus buat kamu ya? Yaudah saya pindah deh ke atas" Rendy beranjak
"Gitu aja baper" ucap Dinda
"Ini jadinya gimana nih, saya pindah atau engga?"
"Santai aja sih... duduk!"
Rendy kembali duduk ditempat yang sama.Keheningan menyelimuti mereka yang terlihat canggung.
"Katanya kemarin sepulang dari laut, kamu sakit?" Tanya Rendy dengan tatapan lurus ke arah laut.
"Cuma demam biasa doang ko... biasa..."
"Sering ya pergi ke laut malam?"
"Dulu pas masih ada Ayah, sering sekali, hampir setiap minggu Ayah ajak saya berlayar"
"M-maaf... saya gatau... semoga Ayah kamu sekarang tenang ya di surga"
Mendengar jawabannya , Dinda memukul lengan Rendy secara reflex.
"Aaww.. aw... sakit..."
"Kamu pikir ayah saya udah meninggal? Sok tau banget sih" Jawab Dinda kesal.
"Terus?"*Flashback on*
"Ayah, hari ini aku sama kaka ikut ayah berlayar ya, besok kan kita libur sekolah yah"
Ucap anak gadis kelas 3 SD tersebut kepada ayahnya.
"Salma sayang, Ayah tidak pergi berlayar hari ini, Ayah memiliki pekerjaan yang baru, yg lebih bagus. Nanti Ayah pulang bawa uang yang banyak untuk kalian sekolah ya"
Ucap Ayahnya yang sudah siap-siap pergi dengan membawa tas besar.
Ibu terlihat meneteskan air mata karena tau suaminya akan pergi ke kota dalam jangka waktu yang lama.
"Ayah jangan pergi" ucap Rio kaka Salma sambil memeluk Ayah.
"Rio, Ayah titip ibu sama Salma ya, kamu kuat... semua ini ayah lakukan untuk kalian...Ayah sayang sama kalian"
Mereka semua menangis di depan perahu yang akan membawa ayahnya pergi.
Perahu semakin jauh, semakin kecil, sampai tidak terlihat oleh mata mereka yang sembab...Salma terus menangis, Ia begitu dekat dengan sosok Ayah. Orang yang selalu melindunginya, pria yang selalu siap mengorbankan apapun untuk kebahagiaannya.
Bertahun tahun, setiap hari Ia dan kakanya pergi ke Pantai untuk menunggu Ayahnya pulang. Namun,
1 tahun...
5 tahun...
Sampai akhirnya 10 tahun Ayah tidak juga kembali dan tidak ada kabar sama sekali...Flashback off
Tidak terasa air mata menetes dimata Dinda setelah Ia menceritakan semuanya.
Matanya menatap kosong ke arah pantai.
Menghela dan mengatur nafas sebisa mungkin.
Rendy yang melihat hal itu bingung harus bagaimana, akhirnya Ia mengusap bahu wanita di sampingnya tersebut sambil menatap dalam kesedihannya."Makanya, aku berusaha untuk tidak mendengar orang lain memanggilku salma. Karna hanya Ayah yang memanggilku nama itu, setiap kali aku dengar nama itu disebut, rasanya sakit sekali, karna berharap itu adalah suara Ayah"
"Saya paham, terima kasih sudah bercerita kepada saya yang bukan siapa-siapa ini... kamu hebat bisa menyembunyikan rasa sakit kamu di depan banyak orang... maaf jika saya juga menjadi bagian dari rasa sakit itu"
Ucap Rendy yang masih menaruh tangannya di bahu Dinda."Justru harusnya aku yang berterima kasih Ren, siapa aku yang tiba-tiba cerita gini ya, ga penting banget kan... haha" jawab Dinda yang tertawa menahan tangis.
"Huh udah ah, malu sama pohon, aah aku kuat haha" lanjutnya sambil menghapus airmata.
"Iya, jelek kalau nangis..." jawab Rendy
"Padahal kamu manis sekali sal"(gumamnya dalam hati.
"Ngomong-ngomong kamu ngapain kesini?"
"Oh ngapain lagi kalau bukan nyari inspirasi skripsi"
"Yaampun masih belum nemu? Coba deh kamu ke rumah pak Tio, dibawah bukit ini"
"Udah, kemarin, makasi ya"
"Terus?"
"Ya aku.... mmm maksudku saya"
"Gapapa sebut aja aku... kita temen kan?"
"Hehe siap... jadi kemarin beliau suruh aku cari masalahnya dulu"
"Oh gitu... yok ribut yok... pengen ribut nih" jawab Dinda sambil menggulung lengan bajunya.
"Ga gitu konsepnya Dek"
Mereka tertawa dan bercanda-canda... sebenarnya Dinda sedikit salah tingkah tingkah dipanggil dengan sebutan "Dek" karena terdengar manis di telinganya.
Ia menutupi rasa itu dengan mengeluarkan bercandaan ciri khasnya."Eh ngomongin soal masalah, di pulau ini tuh bbuuaaaaanyak banget masalah yang bisa kamu temuin" ucap Dinda dengan semangat.
"Diantara yang buaaannyyak itu, apa yg paling urgent?" Jawab Rendy meniru ucapan Dinda.
"Internet... kamu bayangin nih, anak-anak disini belum kenal internet, gara-gara ya jaringannya jelek banget banget banget bahkan kita udah lupa tuh rasanya nonton film gitu-gitu""Tapi kan, jurusanku bukan IT, tapi manajemen bisnis"
"Hemmm jadi gini, pemerintah itu dulu pernah tuh pasang tower untuk jaringan Internet disini, tuh kamu liat di atas bukit sana, keliatan kan? (Tunjuk salma ke arah tower, Rendy hanya mengangguk dan menyimak) nah itu tuh cuma berjalan beberapa bulan aja, selebihnya mati nyala mati nyala. Karena apa? Ga ada manajemen yang mengatur dari mulai biaya operasional, teknis, SDM dll, akhirnya mangkrak"
Rendy yang sedari tadi menyimak Dinda dengan tidak hentinya melihat ekspresi wajah Dinda yang sangat meyakinkan, merasa Ia membenarkan apa yang diucapkan Pak Tio bahwa gadis ini memang pintar.
"Ren... ko kamu bengong? Nyimak ga?" Tanya Dinda yang memecah lamunannya
"I-iya iya aku nyimak. Aku rasa aku nemuin jawabannya... benar kata Pak Tio, kamu cerdas"
"Apa? Pa Tio ngomongin aku?"
"Hehe engga... makasi ya..."
Melihat tatapan Rendy yang sangat dalam dengan mata yang tajam membuat Dinda merasa jantungnya berdegub lebih cepat.
"I-iya dengan senang hati" (Dinda tersenyum)
"Nanti malem, kita ke pantai ya, ada temanku dari Kota, aku mau kenalin ke kamu"Dinda hanya mengangguk tanda setuju...
Akhirnya mereka pulang dengan berjalan santai bersama.***
![](https://img.wattpad.com/cover/372816837-288-k655893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belum mulai
General Fictionsesuatu seringkali usai lebih cepat, padahal kisah dan perjuangannya belum mulai.