Sakit

75 4 0
                                    

Hari itu tiba,
Rendy membawa Dinda ke Rumah sakit di kota dengan ditemani perawat setempat, karena perjalanan cukup jauh dan khawatir ada sesuatu di jalan.
Dinda hanya bisa terbaring di salah satu kursi kapal yang memanjang. Tak berdaya dan nyaris tak sadarkan diri. Matanya terus terpejam, namun bibirnya terlihat gemetar. Rendy duduk di dekat kepala Dinda untuk memastikan apabila ada sesuatu terjadi.
"Dinda, kamu mau minum? Kamu harus minum yang banyak" ucap Perawat yang duduk di sampingnya.
Dinda hanya memberi isyarat anggukan kepala.
"Ka tolong bantu angkat ya" pinta perawat
"Oh iya" jawab Rendy sembari mengangkat kepala Dinda sedikit agar tidak tersedak saat minum. Tubuh gadis itu cukup panas.
"Pusing bu.." ucap Dinda lemas
"Sepertinya bantalnya kurang tinggi, saya minta tolong ya Ka Rendy, Karena kita tidak bawa bantal jadi sementara tidur dipangkuan ka Rendy dulu. Apa tidak keberatan? Ini darurat" ucap Perawat
"Tidak apa-apa bu" ucap Rendy sambil menggeser tubuhnya dan membenarkan posisi tidur Dinda di atas pangkuannya.

Wajah Dinda terlihat sangat pucat, namun tetap cantik. Rendy sangat tidak tega melihatnya. Ia menggenggam tangan Dinda sesekali mengusapnya.
Hatinya bergumam
"Dinda... kuat ya... aku rindu canda tawamu yang menyebalkan"

Tidak sadar Rendy tertidur diperjalanan,
Tangannya tak pernah lepas menggenggam tangan Dinda yang panas.
Kapalpun sudah dekat dengan dermaga, Dinda mendengar suasana cukup riuh, sehingga membangunkannya dari tidur. Saat membuka mata, Ia melihat ada wajah pria di depan pandangannya. Wajah yang teduh itu masih tertidur sambil menggenggam tangannya. Ia berusaha untuk duduk karena merasa lebih baik. Pergerakannya membangunkan Rendy dari tidurnya.
"Eh... mau kemana?" Tanya Rendy
"Aku mau duduk, pegel" jawab Dinda
"Sini aku bantu" Rendy menbantu Dinda untuk duduk dan menyandarkan kepalanya.
"Nak, minum dulu, terus makan ini ya sebelum minum obat"
"Makasi ya bu"

Sampai di Dermaga, semua penumpang turun dari Kapal.
Mereka bertiga masih terdiam menunggu pintu masuk sepi.
"Kamu bisa jalan?" Tanya Rendy
"Bisa ko, pelan-pelan tapi ya" jawab Dinda

Perlahan mereka berjalan keluar, Dinda dibantu untuk berjalan dari sisi kiri dan kanan. Akhirnya sudah ada ambulan yang menunggu, ambulan tersebut sudah dipanggil dari pihak puskesmas sebelumnya.
Dinda merebahkan tubuhnya, nafasnya tersenggal karena berjalan cukup jauh. Ia pun menangis tidak tahan dengan rasa sesaknya.
Perawat lekas memasang oksigen. Rendy terlihat sangat bingung dan khawatir.
Dinda kesulitan mengatur nafas, tangannya menggenggam erat tangan Rendy seolah Ia meminta kekuatan.

Sampai di rumah sakit, Dokter menindak dengan cepat pasiennya yang sudah terlihat sangat drop.
Kiniterlihat kantung darah yang mengalir ke tubuh Dinda.
"Dokter, gimana keadaannya?" Tanya Rendy
"Kamu dari pihak keluarganya?" Tanya dokter kembali. Rendy hanya mengangguk
"Baik, kita ngobrol di ruangan saya ya". Rendy berjalan ke ruang dokter yang hanya berjarak sekitar 2 meter.
"Kalau boleh tau, apakah Dinda sebelumnya ada masalah?" Tanya Dokter
Rendy mencoba meraba-raba hari sebelumnya.
"Emm, tidak ada dok, tapi mungkin dia kepikiran Ayahnya. Dia ingin sekali bertemu Ayahnya... memangnga kenapa dok?"

"Baik, jadi kondisinya saat ini cukup parah. Dari gejala yang saya amati, ini disebabkan oleh beberapa faktor, faktor terbesar yang sangat mempengaruhi dia adalah stress berat. Mungkin saja ada hal yang membuat pikirannya sangat terganggu. Sehingga dia tidak memiliki gairah untuk makan, berkegiatan dan lainnya, makanya kenapa anemia begitu cepat dialaminya" Dokter menjelaskan secara rinci kondisinya terkini.

"Lalu berapa hari untuk bisa cepat pulih Dok?"

"Tidak tentu, tergantung nanti respon tubuhnya seperti apa setelah di transfusi darah, tapi biasanya pasien seperti ini dirawat sekitar seminggu, sisanya harus tetap bedrest dan perawatan intensif di rumah"

"Baik Dok, mungkin nanti saya minta catatan apa saja hal yang harus kami lakukan, dan makanan apa saja yang sebaiknya di konsumsi dan hindari ya Dok"

"Ya, tenang nanti saya berikan resepnya. Nanti sore pasien baru bisa pindah ke Ruang Rawat"

Belum mulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang