ALKEANO 06

210 5 0
                                    

"Lo mau kemana?" Bagas berlari kecil, menyusul Kean yang sudah naik ke atas motornya.

"Mau ikut? Gue mau ikut balapan di arena balap pinggiran kota," tawar Kean.

Bagas menggeleng. "Udah sore, emang lo gak dimarahin kalau pergi jauh-jauh habis itu telat pulang?"

"Biarin aja gue dimarahin hari ini, soalnya gue lagi males pulang ke rumah," jawab Kean.

"Tumben, emang lo bisa tidur kalau mamah lo marah?"

Kean terdiam, memang benar sih apa yang Bagas bilang tapi dia ingin menghindari pertemuannya dengan perempuan yang ingin ibunya calonkan. "Gak papa, gue emang lagi malas pulang cepat aja. Nanti kalau mamah marah, gue bisa mandiri," jelas Kean. Kata mandiri maksudnya tidur dan buat susu favoritnya sendiri.

Aneh juga, tumben sekali Kean bersikap seperti ini.

"Ya udah lo pergi aja, kalau gitu gue pulang dulu."

Kean mengangguk, kemudian memasang helm lalu menancap gas motornya pergi dari pekarangan sekolah. Tidak peduli dengan ibunya yang pasti marah-marah, karena penting untuk Kean selamat dari perjodohan yang hanya karena kecelakaan kalimat Kean semalam.

***

Sudah pukul 18.20, tentunya Amira mulai mengomel sendiri mengingat bungsunya itu belum pulang sesuai dengan aturannya. Memang Kean sudah sedikit bebas, tapi pulang tepat pukul 18.00 adalah aturan utama yang masih belum boleh Kean langgar.

"Kean gak ada jawab mah." Agan juga sibuk sendiri menelfon Kean tapi anaknya itu tidak membalas sama sekali.

Kabar itu pastinya membuat Amira tambah kesal, apalagi tamu mereka akan datang 40 menit lagi. Walaupun terdengar masih lama, tapi tidak enak karena pihak perempuan yang malah datang ke rumah laki-laki. Teman Amira bilang kalau mereka mamang sekalian pergi ke butik milik ibunya yang tidak jauh dari rumah mereka, jadi pertemuan dilakukan di rumah Amira saja karena lebih dekat.

"Coba telfon teman-temannya pah, siapa tahu mereka lagi sama Kean." Agan mengangguk, menelfon satu-persatu beberapa teman Kean yang dia simpan nomornya.

Habis 1 menit menelfon Rafi, dia beralih ke nomor Bagas.

"Halo om,"

"Bagas, kamu lagi sama Kean?"

"Enggak, soalnya tadi Kean bilang kalau dia mau balapan, jadi dia pergi sendiri karena saya lagi sibuk gak bisa temani dia."

"Balapan? Di mana?"

"Arena balapan baru yang ada di pinggiran kota."

"Oke, makasih Bagas."

Agan menutup panggilan dan menghela nafas gusar. Anaknya itu memang sama seperti dirinya dulu.

"Kenapa pah? Kean udah ketemu?"

Laki-laki itu tiba-tiba tersenyum tipis. "Kean sama kayak aku, kabur waktu mau ketemu perempuan. Mana sama-sama lagi balapan," jawabnya, masih tersenyum mengingat hal yang sama juga pernah terjadi padanya dulu.

"Ck, nanti aja dulu nostalgia nya. Cepat kamu jemput Kean sebelum tamunya datang, karena Kean gak akan mau pulang kalau kamu gak turun tangan," ceramah sang istri.

Agan mengangguk, mengambil kunci motor karena menggunakan motor akan lebih cepat sampainya karena tidak terlalu terjebak oleh kemacetan. Motor lama Agan memang ada, tapi karena sudah lama rusak jadi Agan meminjam motor Vino saja. Kebetulan Vino pergi ke kampus dengan mobil, jadi dia bisa pinjam.

Motor anak-anaknya ini terlalu vibes dengan motor balap, karena sering di bengkel mandiri. Hobi balapan Agan ternyata turun kepada anak-anaknya, itu juga karena Agan menyerahkan nama kumpulan geng motor yang dulu dia bangun bersama teman-teman lamanya kepada Vino.

"Anak bujang pasti kalah kalau balapan sama bapaknya," kekeh Agan yang semakin melajukan gas motor, membelah jalan kota yang tidak terlalu ramai pengendara. Mungkin akan sedikit terlambat, tapi yang pasti Kean akan pulang bersamanya.

***

Anak bujangku ternyata udah besar. Tapi hobinya masih manja-manja sama mamah.

Kalau aku happy, double up 💦

Gimana? Nama ceweknya masih sensor haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Nama ceweknya masih sensor haha

ALKEANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang