Apa?😑
Jam berapa bacanya?
***
"Ini keuntungan kalau lo gay. Gue gak akan minta keturunan kok, cuma mau minta lo nikahin gue dan kita sama-sama bebas." Ria tersenyum, menatap Kean yang wajahnya masih terlihat shock karena Ria berani duduk di pangkuannya.
"Turun." Kean menoleh ke samping, dia tidak berani menyentuh perempuan sama seperti Belin tadi sore. Tangan Kean masih setia berada di samping tubuhnya, menunggu Ria turun dari sana.
Bukannya turun, tapi Ria malah terlihat betah duduk di sana. Jika dari dekat, ukiran wajah Kean terlihat lebih jelas di matanya. Memang tampan, tapi sayangnya tidak punya birahi terhadap perempuan. Ria tidak masalah, yang penting dia bisa menikah dan hidup bebas. Sebagai pelengkap, laki-laki ini seru juga di ajak main-main.
"Lo pernah ciuman? Buat kissmark? Atau lo benar-benar udah gay dari lahir?" tanya Ria.
Kean menutup mata agar tidak menggeram saat sesuatu di bawah sana mulai terasa tidak nyaman.
"Turun, gue gak mau kayak gini," perintah Kean lagi. Dia sama sekali tidak mau menatap Ria dan menjawab pertanyaan gadis itu.
Tangan Ria terulur ingin mengelus wajah Kean tapi sudah lebih dahulu ditahan. Kean memberanikan diri dan mencoba mendorong Ria, tapi gadis itu seperti besi yang tidak mau lepas dari magnet.
Wajah Ria memiring, penasaran dengan lembut dan manisnya bibir merah muda Kean. Laki-laki itu cukup menggoda ternyata.
Kean sadar, tapi Ria mendorong dadanya dan Kean langsung bersandar di sandaran sofa. Terperangkap karena Ria memegang kedua pipinya.
Tok...tok...tok
Mereka berdua sama-sama menoleh ke arah pintu yang diketuk. Kesempatan itu tidak Kean sia-siakan untuk mendorong Ria dan gadis itu jatuh di lantai.
"Mentang-mentang cowok gay, digoda aja malah kabur." Sedikit sebal sih karena bokongnya sakit menghantam lantai.
Kean sudah masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil asal pakaian dari dalam lemari.
"Kean, Ria. Kalian ngapain?" Suara Amira terdengar dari luar dan Ria membukakan pintu itu.
Ternyata itu Amira dan Nita.
"Kean nya di mana?" tanya Amira. Wanita itu celingak-celinguk, mencari keberadaan putranya di dalam kamar.
"Um, dia gak keluar-keluar dari kamar mandi. Kayaknya mandi deh," alibinya. Untuk diterima di keluarga ini, mungkin Ria harus bersikap lebih sopan dan tidak membuat namanya tercoreng selama membujuk Kean agar setuju.
Sebenarnya banyak laki-laki lain yang mungkin mau menikah dengannya, tapi dia tidak mau kalau laki-laki itu akan menuntutnya mempunyai keturunan secepatnya. Ria hanya ingin bebas, maka cowok gay adalah solusi yang tepat.
"Kita pulang yuk, udah malem banget," ucap Nita.
Ria diam sebentar. "Ria mau ngomong sama Kean dulu sih sebenarnya, gak papa ya kalau nunggu Kean keluar," tawar Ria.
Amira dan Nita saling pandang sebentar.
"Boleh," jawab Amira.
"Tapi jangan lama-lama, soalnya papah kamu besok harus ke kantor pagi-pagi," pesan Nita. Ria mengangguk patuh, kemudian kembali masuk ke dalam kamar setelah Amira dan Nita pergi meninggalkannya.
Kaki Ria melangkah mendekati kamar mandi yang ditutup.
"Kean, keluar!" seru Ria tidak berani terlalu nyaring, takut kamar Kean tidak kedap suara.
Tidak ada sahutan, membuat Ria tambah kesal.
"Kalau lo gak buka pintu, gue panggil mamah lo ke sini," ancam Ria.
Benar saja, suara kunci terdengar dan pintu terbuka sedikit sekali. Cepat-cepat Ria menyelusup kan jari telunjuknya di sela pintu agar Kean tidak berani menutupnya kembali.
"Pulang sana, jangan ganggu gue," usir Kean.
"Gue pasti pulang, tapi hal yang harus lo tahu kalau mulai hari ini kita resmi pacaran. Bye sayang!" seru Ria, kemudian pergi dari sana tanpa peduli dengan komentar Kean.
Tamat
Becanda
***
Cie udah jadian 💦
Jadian dari pihak sebelah.
Jangan lupa responnya guys, gue butuh respon supaya tahu kalau kalian mau lanjut apa enggak 🔨
Vote
Komen
Follow🐽
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKEANO
Teen Fiction17 ⚠️ Dekat dengan perempuan dituduh melakukan aneh-aneh. Tidak bergaul dengan perempuan dibilang cowok gay. "Kean, kamu semalam ngapain aja sama perempuan sampai pulangnya telat dari jam 6 sore?" "Kerja kelompok banyak mah." "Paling besok-besok da...