Motor Kean sampai di garasi rumah megah yang tidak lain adalah rumahnya sendiri. Mobil ayahnya sudah terparkir rapi di garasi, membuat Kean mengupat dirinya sendiri dalam hati. Entah mereka percaya atau tidak dengan alasan yang akan dia beri.
Kean berjalan santai dan membuka pintu rumah seperti biasa. Di ruang tamu sudah ada ayah dan ibunya yang sedang menonton tv bersama. Hanya kurang Alvino saja.
"Kenapa telat pulang?" Amira, wanita itu seperti biasa akan terus mengintrogasi anak-anaknya yang tidak mematuhi aturan sang ibu.
"Nyantai di markas," jawab Kean.
"Siapa aja yang ada di sana?" tanya Amira lagi. Kali ini terdengar sangat penasaran.
"Bagas sama Rafi. Teman-teman yang lain belum ada yang datang jam sore."
Agan yang dari tadi diam langsung terkekeh pelan melihat muka lempeng Kean. "Apa sih mah yang kamu takut? Kean sudah besar, jadi gak apa-apa kalau dia dekat perempuan atau pacaran sekalian."
"St, kamu diam!" seru Amira agar suaminya itu tidak ikut campur. "Kean, kamu masuk kamar dan mandi, setelah itu turun dan makan malam," perintah Amira. Tanpa membantah, Kean berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
Sampai di alam kamar, laki-laki itu melempar tasnya ke sofa lalu mengambil handuk untuk dibawa ke kamar mandi.
Kean tidak bisa apa-apa jika ibunya sudah memerintah. Laki-laki itu akan terus menurut walaupun kadang perintah ibunya kebanyakan membuat Kean rugi.
Di lantai bawah, setelah Amira selesai menyiapkan makanan dan menata peralatan makan serta lauk yang dimasak, Kean akhirnya turun setelah selesai mandi.
"Kean, panggil papah kamu," perintah Amira saat tidak sengaja melihat anaknya itu datang.
Bukannya menurut, tapi Kean malah memeluk leher Amira.
"Eh-eh, sop mamah hampir tumpah tahu!" seru Amira. Dia kaget karena Kean memeluk lehernya tiba-tiba.
"Mah, jangan mau nurut papah lagi. Kean gak mau punya ade," rengeknya.
Amira tertawa lalu berbalik untuk memeluk Kean yang tingginya sekarang sudah melampaui wanita itu. "Mamah juga gak mau hamil lagi kok."
"Ngapain kamu?" Agan datang dan menarik istrinya. Tentu hal itu membuat Kean cemberut dan menatap malas ayahnya yang tidak mau kalah dengan Kean yang selalu manja dengan ibunya. Walaupun Amira selalu tegas dengannya, tapi wanita itu kesayangan Kean.
"Sudah-sudah, ayok makan dulu." Amira melerai sebelum anak dan ayah ini akan debat mulut panjang.
Agan dan Kean menurut. Mereka berdua duduk di kursi masing-masing sambil menunggu Amira yang datang dengan semangkuk sop yang baru dia buat. Makan malam berlangsung seperti biasa dan hanya diisi dengan perbincangan masalah pekerjaan.
"Bang Al mana?" tanya Kean, karena kakaknya itu belum pulang dari jam yang sudah ibunya tentukan.
"Tadi sore dia izin buat pulang lambat. Ada tugas lagi di kampus katanya," jawab Agan.
Kean menatap Amira.
Tahu arti tatapan itu, Amira jawab, "mamah udah kasih izin."
Kean mengangguk.
"Bang Al udah ada pacar. Kamu gak minat cari pacar gitu?" tanya Agan tiba-tiba.
"Gak minat cewek," jawab Kean. Amira sekarang memang tidak menaruh peraturan besar untuk anak bungsunya selain pulang tepat waktu, karena Kean sudah SMA.
"Kamu gay?" Pertanyaan yang kompak dilontarkan ayah dan ibunya.
Alkeano mengumpat dalam hati. Ingin melawan, tapi mereka orang tua dan nanti dia bisa disumpah serapahi. "Kean pengen nikah secepatnya, supaya nanti bisa e*a-e*a sama istri."
prang
Sendok dan garpu yang Amira pegang jatuh ke lantai. Wanita itu sampai menganga dibuatnya.
Lain hal dengan Agan yang senyum-senyum sendiri. Anak bontotnya sudah dewasa ternyata.
💅💅💅
Menyala bontotku 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKEANO
Teen Fiction17 ⚠️ Dekat dengan perempuan dituduh melakukan aneh-aneh. Tidak bergaul dengan perempuan dibilang cowok gay. "Kean, kamu semalam ngapain aja sama perempuan sampai pulangnya telat dari jam 6 sore?" "Kerja kelompok banyak mah." "Paling besok-besok da...