"Ayo, lah, Sya, bantu gue! Gue gak mau ketemu cowok itu. Gue masih sayang sama Naka." Ghea memelas kepada Keisya agar membantunya untuk membatalkan pertemuannya dengan laki-laki asing itu.
Keisya yang kemarin sengaja mengirim pesan itu malah menambah derita di dalam hidup Ghea. Gadis itu malah nekat mengirim lokasi rumah Ghea kepada cowok itu lewat WhatsApp.
Memang teman laknat.
"Kan gue bilang gak sengaja kepencet," bisik Keisya enteng, sedari tadi Ghea selalu mengganggunya saat guru di depannya sedang menjelaskan membuat Keisya was was.
"Mana ada kepencet, anjir?!" pekik Ghea sedikit keras membuat Keisya sontak menginjak sepatu Ghea.
"Jangan berisik bego! Bu Rina itu galak!" bisik Keisya kuat. Padahal ini sudah berganti hari, tapi dari semalam Ghea selalu uring-uringan menganggu dirinya. Gadis itu tidak membiarkan Keisya bisa kasmaran dengan tenang.
"Kalian berdua mau keluar atau saya kasih dua soal kimia?" Suara berat dari Bu Rina akhirnya keluar membuat semua murid kelasnya menoleh serentak ke arah Ghea dan Keisya.
Kan, benar yang dibilang Keisya kok. Memang dasar Ghea ini, harus di tembel pakai solasi mulut dia. Cowok yang namanya Marocco Aldana, gue harap lo bisa betah sama sifat Ghea ini.
"Soal aja, Bu."
"Keluar, Bu!"
Keisya dan Ghea sontak menoleh, mereka saling bertatapan dengan kaget. Jawaban mereka serentak tapi berbeda menyebabkan gelak tawa beberapa siswa. Keisya memilih opsi soal, sedangkan Ghea memilih lebih baik keluar kelas.
"Oke, Ghea silahkan kamu keluar!" usir Bu Rina cepat. Wanita itu menghembuskan napas kesal saat Ghea dengan mudahnya menuruti perkataannya. Muridnya itu langsung bergerak keluar dari bangku. "Jangan harap kamu bisa ikut pelajaran kimia selama seminggu ini," ancamnya membuat Ghea menghentikan langkah.
Mereka pikir Ghea akan mengurungkan niatnya keluar kelas setelah Bu Rina mengancam gadis itu, tapi ternyata dugaan mereka salah. Keisya melototkan matanya saat Ghea malah tersenyum manis menampilkan deretan giginya.
"Beneran, Bu?" Ghea tersenyum haru menatap Bu Rina. "Tuhan, ternyata mengabulkan permintaan Ghea. Padahal Ghea cuma doa buat dijauhkan dari hal-hal yang buat Ghea stres."
"Ternyata emang bener seratus persen. Kimia emang buat stres, Bu Rin. Makasih, ya." Ghea melambaikan tangannya kepada teman-temannya dengan wajah sumringah.
"Ghea.." Bu Rina syok hingga ia tak bisa berkata-kata lagi. Dia sampai berpikir ia bisa punya dosa sebesar apa sampai ia bisa dapat murid seperti Ghea ini.
Dia tak tahu Ghea itu belum paham ancamannya, atau dia paham hanya berlagak bodoh. Bu Rina tak tahu, yang pasti sekarang Ghea sudah bersenandung kecil keluar dari kelas dengan berjoget ria.
Ghea tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada Tuhan karena salah satu hal yang membuatnya stres akan menghilang selama seminggu. Bahkan suaranya terdengar keras hingga kelas lain menoleh ke arah Ghea yang berjoget ria di koridor.
"Dia depresi karena putus sama Naka, Bu!" sahut Septihan syok berat. Dia sampai menganga melihat tingkah laku Ghea yang diluar nalar.
"Temen lo urat malunya putus atau gobloknya udah mendarah daging, Sya?" celetuk Elena terkekeh kecil ke arah Keisya yang wajahnya memerah menahan malu.
"Diem lo setan!" bisik Keisya menggeram. Bisa-bisanya dia masih betah dengan sahabat tololnya itu dari sejak berada dibangku dasar.
Kok bisa dia masih waras? Harusnya dia ikut gila bersama Ghea.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANTAN ; with you [ ON GOING ]
Teen Fiction"Kesabarannya setipis tisu ia malah bertemu laki-laki yang namanya Marocco Aldana." -Ghea Ameera. oOo "Mau beli ini gak, Ghe?! Baju dinas buat lo kalo nikah sama gue nanti," goda Al menaik turunkan alisnya. Ghea mendelik kaget. Al kira gadis itu a...