O5 - PACARAN?

271 126 95
                                    

"Ghe, lo makannya nggak bisa pelan? Lo makannya kayak kambing, njir!" Al lagi-lagi syok berat melihat cara makan Ghea yang terburu-buru bahkan gadis itu belum selesai mengunyah sudah memasukkan kembali makanannya.

Ghea mengunyah sangat cepat lalu menelannya dengan susah. "Bacot lo! Lo nyetirnya lelet sampai gue kelaperan!" umpat Ghea tanpa menoleh ke arah Al yang duduk di sampingnya.

Kalau di luaran sana banyak pasangan yang makan saling berhadapan, maka di kamus Ghea tidak. Gadis itu sekte orang yang makan harus bersebelahan.

Al sempat bertanya tadi, kenapa gadis itu tidak duduk di depannya? Dan kalian tahu Ghea jawab apa?

"Ngapain duduk depan lo? Lo mau wawancarain gue?"

Seperti itu jawaban Ghea yang membuat Al langsung menurut tak berdaya.

"Nanti kalo gue ngebut lo kaget lagi," protes Al seraya memotong steak dengan lihai.

Ghea tidak menjawab. Gadis itu sibuk menikmati banyak hidangan di depannya. Dia benar-benar menjadi wanita aneh. Sekarang bahkan steak Ghea sudah habis ditelan sejak tadi padahal Al masih baru mendapat 3 suapan. Dan saat ini Ghea mulai menghabiskan cake tiramisu di depannya.

"Lo gak kayak cewek lain, ya? Biasanya cewek remaja kayak lo kalo di ajak ke restoran mewah sebelum makan di foto dulu, lah, lo malah langsung gas aja!" Jujur Al sekarang merasa Ghea ini cewek spesies langka yang pernah ia temui.

Ghea menggeleng cepat. "Itu ada dua kemungkinan berarti,"

"Maksud lo?" tanya Al tak mengerti.

"Kemungkinan dia gak pernah pergi ke restoran mewah jadi dia abadikan momen pertama kalinya, yang kedua  dia dateng ke restoran mewah cuma buat kebutuhan story. Nurutin gengsi menurut gue," jawab Ghea dengan wajah serius. Dia bahkan sering menjumpai teman-temannya yang berada di kemungkinan kedua termasuk dirinya sendiri.

"Kalo lo kemungkinan yang mana?" Al bertanya lagi.

"Gak tau, gue kelaperan soalnya. Kalo laper gue bodo amat sama kemungkinan-kemungkinan!" 

"Lagian gue sering ke sini, jadi buat apa gue foto-foto lagi," imbuh Ghea.

Al mengangguk-angguk. Ia menggeser steak nya yang masih tersisa banyak ke samping pertanda bahwa dirinya tidak mampu menghabiskannya lagi.

"Kenapa gak lo habisin makanannya? Sayang banget anjir! Boros lo!" pekik Ghea tak sadar diri.

"Gue eneg! Lo mau ngabisin? Nih!" Al mendorong piring steak sisa miliknya ke arah Ghea tanpa ragu membuat gadis itu mendengus jijik.

"Lo pikir gue pengemis mungut sampah lo! Jijik banget gue makan bekas lo!"

"Jangan terlalu jijik sama gue, Ghe, kalo nanti nikah gimana? Masa lo jijik habisin sisa makan suami lo."

"Gue gak akan jijik kalo suaminya bukan lo!" balas Ghea nyelekit. Dia mengaduk-aduk minuman leci nya lalu meneguknya hingga habis tak tersisa.

"Gue kenyang," adu Ghea.

"Terus?" beo Al bingung.

"Tunggu apalagi? Tembak gue sekarang juga, lah!" ketus Ghea tanpa ragu.

"Gue gak ada dendam ke lo, Ghe, ngapain gue nembak lo?" jawab Al tak mengerti. Maklum, otak Al masih 2G.

"Tembak gue jadi pacar lo lah, ogeb! Bukan nembak pakai senjata, lo ini lemot banget bangke! Ngomong sama lo ngabisin energi gue aja!"

Ghea dari tadi sangat ketus menjawab pertanyaan Al bahkan tak ragu untuk membentaknya, tapi sedikitpun Al tidak pernah marah ataupun tersinggung akan perkataannya. Karena menurutnya Ghea itu memang tipe orang yang seperti ini.

TANTAN ; with you [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang