O8 - GHEA! U OKAY?!

227 102 167
                                    

"Ini apa, Ghe?" tanya Bu Amira sebagai guru BK di sekolah Ghea. Guru itu sangat hafal betul dengan murid satunya ini karena sering kali masuk ke ruangannya. Tangannya yang sedang memegang ponsel, menunjukkan layar ponselnya ke arah Ghea. Memutar kembali video viral Ghea yang menjambak rambut Chaena hingga gadis itu terjedot meja.

Ghea menghela napas berat, tangannya bersidekap dada. Sedangkan salah satu kakinya menyilang di hadapan Bu Amira. "Sudah tau itu video saya, pake nanya!" sahut Ghea apa adanya.

"Saya tau, Ghea.. yang saya maksud, kenapa kamu berbuat seperti ini kepada temanmu sendiri?" koreksi Bu Amira. Mencoba sabar menghadapi Ghea yang selalu bertingkah tidak sopan.

"Oh, bilang yang jelas dong, Bu," jawab Ghea terkekeh kecil karena ternyata ia salah paham. "Saya sengaja jambak dia, orang dia ngerebut pacar saya, Bu," timpal Ghea enteng.

"Astaga, Ghe.. cuma masalah itu saja kamu sampai menyakiti teman kamu sendiri?!" pekik Bu Amira memijat pelipisnya sendiri.

"Si Cina bukan teman saya." Ghea menggeleng berkali-kali.

"Terus juga, kamu apakan Naka sampai dia masuk puskesmas sekarang, Ghe? Kenapa kamu selalu buat onar jadi perempuan? Bokya kamu ini diem, jadi cah ayu. Malah bertingkah terus!" omel Bu Amira mengambil buku absensi angkatan kelas sebelas di tangannya.

"Saya tidak bertingkah, Bu. Mereka yang lebih dulu sakitin hati saya, jelas Ghea gak mau kalah!" cibir Ghea membela diri.

"Lagian Ghea cuma nendang pelan, gitu aja sampai masuk puskesmas. Berarti, kan, Naka yang lemah, Bu. Gak usah salahkan saya!" imbuh Ghea lagi.

"Sudah, Ghe. Mau bicara apapun lagi kamu tetap salah! Tidak seharusnya kamu berbuat hal yang tidak senonoh seperti itu, Ghea. Itu bukan sikap pelajar yang baik!" omel Bu Amira. Ghea kali ini hanya diam membisu, malas membela diri lagi.

"Nama kamu siapa, Ghe?"

"Kalo belum tau kenapa bisa nyebut nama saya, Bu?" tanya Ghea malas.

"Jawab aja!"

"Ghea Ameera!" sahut Ghea. "Spill jumlah poin saya, Bu!" timpalnya dengan wajah sumringah, seolah tidak sabar mendengar poin akibat ulahnya sendiri selama ini.

Bu Amira memicingkan matanya, jari telunjuknya menggeser nama Ghea yang hampir deretan absensi itu penuh dengan coretan tinta. Memang anak spesial dia!

"45, Ghe. Ketambahan 25 poin karena ulah baru kamu sekarang, jadinya 70! Kalau sampai penuh 100 poin, kamu tau sendiri akibatnya, kan, Ghe? Pihak sekolah tidak bisa lagi mentolerir sikap kamu."

"Gampang itu, mah, nanti kenaikan kelas 12 kan kena diskon poin, Bu. Berkurang 20 poin setiap tahunnya, gak bakal dikeluarkan, Ghea, mah!" sahut Ghea enteng. Gadis itu bahkan masih sanggup memperlihatkan senyumannya.

Bu Amira baru kali ini menemui siswi yang bangga akan poinnya. Dia benar-benar hilang akal karena sikap spesial Ghea. "Kamu emang anak aneh, Ghe. Semoga kamu cepet tobat!" pekiknya kaget.

Ghea menghembuskan napasnya panjang. "Saya haus, Bu. Ini udah selesai, kan? Ghea juga udah dapat poin, sekarang Ghea bisa keluar?" tanya gadis itu berdiri dari duduknya.

"Tunggu, Ghe." Bu Amira beranjak mengambil sebuah surat beramplop coklat yang ada di meja, setelah itu ia memberikannya kepada Ghea. "Kamu kena peringatan dua, Ghe. Panggilan orang tua kalau poin sudah lebih dari 60!" ungkap Bu Amira membuat perut Ghea tiba-tiba mules.

"Ini serius orang tua Ghea dipanggil?" Ghea bertanya sekali lagi. Bu Amira mengangguk singkat.

"Jangan di panggil, Bu. Ghea yatim! Gimana cara Ghea manggilnya kalau Papa ada di atas sana?!" pekik Ghea syok.

TANTAN ; with you [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang