15 - SEPTIHAN

122 18 102
                                    

"Lo temen Ghea, kan? Si Sasa?" Al langsung menodong seorang gadis di depannya dengan pertanyaan hingga membuat gadis tersebut mengerutkan kening.

"Nama gue bukan Sasa! Dan gue gak punya temen yang namanya Ghea!" desis gadis tersebut langsung meninggalkan Al yang merendam malu di tempatnya.

"Lo dimana, Ghe? Gue di depan sekolah lo udah dapet sejam," lirih Al mulai menyerah mencari Ghea. Bahkan ia bisa melihat sekolahan Ghea perlahan mulai sepi.

"AL!!"

Al langsung menolehkan kepala ke belakang saat namanya dipanggil dengan lantang. Laki-laki itu mengerutkan kening melihat wajah gadis di depannya yang sangat familier.

"Lo nyari Ghea, ya?" tanya Keisya kepada Al yang berdiri di depannya dengan wajah penuh keringat.

Al mengangguk singkat. "Lo Sasa?" tebak Al.

"Sejak kapan nama cewek gue Sasa?" sahut laki-laki di samping Keisya. Dia juga memakai seragam yang sama dengan gadis itu hingga membuat Al menebak dia pacarnya.

Keisya terkekeh pelan. "Nama gue Keisya, Al! Bukan Sasa."

Al terdiam, tidak menjawab. Entah karena ia malu atau malas menjawab.

"Ghea udah pulang dari tadi.." Keisya memberitahukan. "Sama Septihan," lanjut Keisya membuat Al langsung mengangguk singkat.

"Thanks infonya. Ghea mungkin lupa bilang ke gue."

oOo

"Panggilan gue ditolak?" cicit Al terkekeh kecil di dalam mobilnya. Laki-laki itu kembali meletakkan ponsel di dashboard, mulai menetralkan emosinya sendiri karena Ghea.

"Gak masalah kok, Ghe. Gue masih gak ada hak buat cemburu, tapi kenapa sakit, Ghe?" lirih Al menjalankan mobilnya pergi dari pekarangan sekolah besar Ghea.

oOo

"Lo sering ke sini, Sep?" tanya Ghea meletakkan kembali ponselnya di meja. Gadis itu baru saja menolak panggilan dari Al dengan mudahnya.

Saat ini, Ghea diajak oleh Septihan pergi ke Amarganga, nama cafe besar yang sangat populer di kota Jakarta. Cafe yang tidak pernah sepi pengunjung, apalagi saat hari sabtu.. jangan harap bisa menemukan tempat duduk kosong meski cafe ini cukup luas. Selain karena makanannya enak, tentu saja pemilik cafe ini pintar dalam menciptakan desain tempat khusus untuk berfoto-foto.

Septihan mengangguk singkat. Laki-laki itu baru saja kembali setelah memesankan makanan dan cemilan untuk mereka berdua.

Keduanya belum berganti baju, seragam sekolah masih melekat di tubuh mereka. Tapi keduanya pintar menyembunyikan identitas sekolah dengan memakai jaket.

"Suka nggak?" tanya Septihan sembari menatap Ghea. Gadis itu sebenarnya tidak nyaman duduk berdua berhadap-hadapan. Tapi karena Septihan yang mengajaknya, Ghea mengiyakan saja.

"Sedikit," jawab Ghea jujur.

"Kenapa, Ghe? Lo gak nyaman di sini atau lo gak nyaman sama gue?" tanya Septihan sedikit terkejut. Dia kira Ghea menyukainya.

"Tempatnya rame banget, Sep. Gue gak nyaman dikit, gue biasanya kalo ngafe cari yang sepi," ujar Ghea.

Septihan mengangguk paham. "Maaf, Ghe. Gue gak tau karna ini pertama kalinya gue keluar sama lo," jawab Septihan yang diangguki Ghea.

TANTAN ; with you [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang