14 - SOMETHING

153 27 87
                                    

"Mama ngelarang gue keluar malem lagi."

"Terus?"

Ghea menatap nyalang Keisya dengan wajah cengo. "NABRAK, SYA! TERUS NABRAKK!!" jerit Ghea dengan suara tertahan. Dia benar-benar geram dengan sahabatnya itu karena tidak menghargainya saat bercerita.

"Terus nabrak? Maksudnya gimana, sih, Ghe?" Keisya tetap berkutat dengan buku-buku di depannya hingga gagal fokus sama cerita Ghea.

Gadis itu sedang membaca sekilas buku paket kimia, kemudian kembali mencoret-coret bukunya dengan hitungan yang ada di kepala.

Bahkan Keisya sedari tadi hanya sekilas menoleh Ghea saat gadis itu mulai bercerita dan kembali memfokuskan dirinya dengan tugas.

Ghea tergeming kemudian menggelengkan kepala. "Gak jadi, Sya. Lo lanjut aja nugas."

Keisya mengangguk berkali-kali tanpa menoleh. "Tugas kimia lo udah?" tanya Keisya dengan tangan yang sedang menulis secepat kilat.

Ini sudah pagi hari. Bahkan waktu masuk tinggal sepuluh menit lagi, dan Keisya baru saja ingat jika ada tugas kimia.

"Lo nanya gue?" Ghea kembali pertanyaan membuat Keisya kembali mengangguk tanpa sadar.

"Jelas belum," jawab Ghea enteng.

Dia rela dihukum atau dikeluarkan dari kelas karena tidak mengerjakan tugas dibandingkan harus mengerjakan kimia. Kalau ada yang suka rela menyonteki Ghea, tentu gadis itu membuka tangannya lebar-lebar mempersilahkan.

"Lo ngerjain kimia sendiri, Sya?" Kali ini Ghea yang bertanya. Penasaran karena jarang sekali bahkan tidak pernah melihat Keisya bisa mengerjakan kimia sendirian.

"Gue? Ngerjain sendiri?" Keisya langsung menoleh ke arah Ghea.

"Menurut lo enggak? Gue ngerjain pakai tangan gue sendiri, Ghe, lo gak liat?" tanya Keisya sembari menutup bukunya kencang karena bangga telah menyelesaikannya.

"Lo mikir sendiri?" ulang Ghea.

"Ya, jelas.. enggak."

Ghea langsung tertawa nyaring. Tadi saja muka Keisya sok-sokan serius, bahkan tidak mendengarkannya saat bercerita. Ternyata dia memang salah besar! Keisya tetap sama sepertinya. Padahal Ghea mulai terharu karena Keisya mulai niat nugas.

"Kalo ada roboguru yang lebih pinter ngapain gue mikir sendiri? Gue bisa nanya jawaban ke dia. Itu artinya otak gue bukan pinter lagi, tapi cerdas!" ujar Keisya membuka kantong kresek pemberian Ghea. Oleh-oleh khas Kediri.

Keisya kemudian memberikan bukunya kepada Ghea. "Nih, nyontek, gih. Biar lo gak dihukum ntar lagi."

"Gak mau. Gue rela keluar kelas daripada harus liat soal-soal itu. Lagian ntar lagi masuk!"

"Yah, tau gitu gue gak ngerjain juga, Ghe. Gue nemenin lo keluar kelas juga. Lo gak ajak-ajak gue, sih!" cicit Keisya mendesah kecewa.

"Gue pengen sendirian aja, Sya."

Keisya mengangguk lemah. Dia tau jika Ghea bertengkar dengan Mamanya, ia pasti tidak akan menjadi Ghea seperti biasanya. mood nya pasti kacau!

"Ke mana Septihan? Gue gak liat dia di bangkunya," tanya Ghea heran.

"Dia di ruang pramuka, Ghe. Lo lupa? Selain ikut OSIS, dia juga ketua ekstrakurikuler pramuka. Jelas aja kalo dia dispen sekarang!"

Ghea mengangguk-anggukkan kepala.

"Lo gak lagi nyesel karna dia nolak lo, kan, Ghe?"

TANTAN ; with you [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang