Royco : sleep well Ghe, maaf klo hari ini gue ngeselin
Royco : semangat sekolahnya besok biar cpt nikah sm gue wkwkw
Ghea spontan semakin banyak meminum air karena perutnya tiba-tiba terasa menggelitik membaca pesan dari Al. Baru saja Ghea menyentuh rumahnya, Al tiba-tiba sudah mengiriminya pesan lagi.
Ghea mencibir membaca pesan Al berulang, bahkan gadis itu tidak berniat menjawab pesannya karena ia langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Dari mana, Ghe?" Suara berat nan keras milik laki-laki terdengar keras memecah keheningan rumah Ghea membuat gadis itu terlonjak kaget.
Ghea mengurungkan niatnya menaiki tangga, gadis itu berbalik badan menoleh pria yang baru saja bertanya padanya.
Ayah tiri Ghea.
"Dari mana larut malem gini baru pulang, Ghe?" Dia bertanya lagi membuat Ghea memutar bola matanya malas.
"Dari kencan!" ketus Ghea menjawab. "Tumben tanya, kenapa? Uang dari Mama habis?" timpalnya kurang ajar.
Edgar selaku Ayah tiri Ghea itu berjalan mendekati anak tirinya seraya menggelengkan kepala. Tangannya terulur memberikan selembar uang merah kepada Ghea.
"Belikan saya rokok, Ghe."
"Beli sendiri, Ghea mau tidur. Capek!"
"Kalo di suruh Ayah itu nurut, Ghe. Kamu ini bandel banget!" Clarissa–mama Ghea menyahut dari arah belakang sembari membawa secangkir gelas kosong dengan wajah bantalnya. Sepertinya Mamanya itu baru bangun dari tidurnya, pikir Ghea.
Suara melengking dari Clarissa terdengar memekakkan telinga Ghea membuat mereka berdua langsung menoleh ke asal suara.
"Kamu dari mana pulang sampai jam 10 malem, Ghe? Gak pamit lagi. Jaga diri, lah, Ghe, kamu itu perempuan," lontar Clarissa yang saat ini sedang mengisi ulang air di gelas.
Ghea semakin menghela berat. Dia sangat malas berinteraksi dengan orangtuanya, apalagi berbicara dengan Edgar.
"Emang Ghea ngapain, Ma? Ghea cuma kebablasan mainnya sampai malem," sahut Ghea malas.
"Main? Kamu main pakai pakaian kayak gitu? Mau jadi apa kamu, Ghea!?" Clarissa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan jalan pikiran anak bungsunya.
"Kenapa pakaian Ghea? Orang kata temen-temen Ghea kayak gembel, berarti baju Ghea jelek," cibir Ghea menyebut Al sebagai teman-teman.
Ghea itu lumayan di kekang oleh Clarissa sejak ia berada di sekolah dasar. Makanya jangan heran kalau sekarang Ghea jadi anak yang bandel dan mudah berbohong karena sejak kecil hidup Ghea sudah di paksa untuk berbohong akan situasi.
"Itu juga, kamu beli apa aja sampai barangnya sebanyak itu, Ghe? Hemat dong, Ghe! Mama capek kerja cari uang, kamu malah hambur-hamburin uang terus!" semprot Clarissa lagi.
"Tapi kalo Edgar yang habisin uangnya, Mama nggak protes?" Ghea menggeram dalam hati.
"Udah, Clarissa. Gak usah terlalu keras sama Ghea, dia udah remaja, biarin dia main sama temen-temennya," sahut Edgar seraya mendekati Clarissa. Mencium dua pipi Clarissa terang-terangan di depan Ghea.
Basi lo, Edgar.
"Ghea masuk dulu!" Ghea menghentakkan kakinya menaiki anak tangga dengan sangat cepat. Hatinya memanas melihat Clarissa bermesraan dengan Edgar langsung di depan mata.
"Gheaa! Mama belum selesai bicara!" Clarissa berteriak keras, sedangkan Ghea langsung menutup pintu kamarnya dengan kencang.
Ghea menggigit bibirnya kuat seraya mengepalkan tangannya. Matanya terpejam erat seraya menyenderkan tubuhnya di pintu kamar. Gadis itu merasa hari ini sangat menghabiskan energinya. Apalagi emosinya kian memuncak melihat wajah Edgar barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANTAN ; with you [ ON GOING ]
Teen Fiction"Kesabarannya setipis tisu ia malah bertemu laki-laki yang namanya Marocco Aldana." -Ghea Ameera. oOo "Mau beli ini gak, Ghe?! Baju dinas buat lo kalo nikah sama gue nanti," goda Al menaik turunkan alisnya. Ghea mendelik kaget. Al kira gadis itu a...