13 - KOMITMEN

109 38 89
                                    

Tangan kanan Ghea menyodorkan segelas minuman rasa matcha ke arah Al, sedangkan tangan kirinya menggenggam minumannya sendiri. Ghea sengaja menyamakan rasa minumannya karena ia tidak tahu rasa kesukaan Al apa.

Al lagi-lagi membawa Ghea ke Taman Jakarta. Mengajak gadis itu duduk di atas rumput dengan karpet sebagai alas. Tidak hanya mereka berdua, tapi banyak pasangan halal ataupun seperti mereka ini yang berada di atas rumput yang sama.

Jika mereka saling melempar cerita, bergurau ataupun sedang melakukan hal romantis. Lain halnya dengan dua sejoli ini.

Ghea sedari tadi hanya bungkam, dan fokus dengan minumannya. Entah ia sedang menikmati suasanya atau memang merasa canggung dengan kondisinya. Sedangkan Al sendiri, laki-laki itu tidak tahu harus berbicara apalagi karena saat berada di mobil tadi, ia dan Ghea sempat beradu mulut.

"Kali ini gue gak bisa ngikut apa yang lo mau, Ghe. Gue gak bisa komitmen, gue gak percaya itu."

"Masih bahas itu lagi? Lo dari tadi ngomong nolak doang tanpa ngasih gue alasan yang jelas, Al. Setidaknya lo kasih gue alasan kenapa lo gak mau komitmen!" balas Ghea tak ingin kalah. Padahal ia tahu Al berbicara dengan nada lembut, tapi tetap saja kesabaran Ghea diuji.

"Kalo gitu kasih gue alasan juga kenapa lo bersikeras mau komitmen? Kenapa lo dari kemarin nodong gue buat pacarin lo kalo ujungnya lo ngeyel minta komitmen, Ghe?" tanya Al dengan nada rendah, tapi tatapan matanya tajam melihat Ghea.

Bahkan minuman yang Ghea belikan untuknya belum ia sentuh sama sekali. Al benar-benar ingin pembahasan yang serius kali ini.

Dia tidak sedang bercanda jika menyangkut keseriusan hubungannya di kedepannya. Meskipun awal mula mereka berdua bertemu tidak ada keseriusan sama sekali.

"Gue trauma sama hubungan gue kemarin, Al! Gue gak pengen nantinya lo sama kayak Naka! Sama-sama nyelingkuhin gue! Diselingkuhin itu sakit, anjir! Gue susah percaya lagi sama orang lain!" desis Ghea dengan suara tertahan.

Al menghela napas panjang. "Kalo emang lo gak bisa percaya sama orang lain lagi, kenapa lo mau terima gue waktu itu, Ghe?"

"Udah gue bilang, bukan gue yang main aplikasi itu. Tapi temen gue, lo ngerti gak, sih, Al?!"

"Gue trauma, Al! Gue kesulitan buat percaya sama cowok lagi," timpal Ghea kembali. Deru napasnya tak beraturan, ingatannya tentang Naka yang ketahuan berselingkuh kembali berputar di kepalanya membuat dada Ghea sesak hingga matanya sedikit berkaca-kaca.

Al langsung menarik kepala Ghea ke dalam dekapannya. Laki-laki itu menepuk-nepuk pelan punggung Ghea untuk menenangkannya.

"Maaf."

"Gue kasih waktu, ya, Ghe? Terserah nantinya lo mau jawab apa tentang hubungan kita, yang pasti gue berharap jawaban lo gak tertuju ke arah perpisahan."

"Gue nyaman sama lo, Ghe. Lo punya gue, cuma punya gue." final Al dengan nada rendah. Tangannya tak henti-hentinya mengusap surai rambut Ghea berkali-kali.

"Apa wajah gue keliatan kayak orang tukang selingkuh, Ghe?" tanya Al.

Ghea menggeleng pelan. Gadis itu menangis di dalam pelukan yang Al berikan tanpa mengeluarkan suara.

"Gue gak pernah bisa selingkuh, Ghe. Bahkan dari dulu gue selalu diselingkuhin dengan orang yang berbeda. Tapi kali ini, gue yakin sama lo Ghe. Gue gak akan janji ke lo kalo gue gak akan selingkuh, tapi gue usaha Ghe. Gue usaha untuk diri gue sendiri buat nggak ngekhianatin orang yang gue sayang."

TANTAN ; with you [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang