Dia dan Kenangannya

28 3 0
                                    

Diary sang musafir:

"Tuhan, aku menulis segala hal ini agar dunia tau bahwa aku tak akan pernah mendapatkan seseorang sesempurna dia. Sahabat di kala aku sedang jatuh, bahkan sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkannya. Dan namanya akan selalu aku goreskan dalam setiap bait tulisanku dalam indahnya arti sebuah ikatan manusia dalam syair-Nya. Dia adalah orang paling tangguh yang mengajarkanku arti sebuah kehidupan."

———

Aku menatap foto lawas yang kini ada di tanganku, kertas yang mulai menguning dan kusut karena termakan waktu. Aku tatap indah senyuman gadis kecil itu dengan dua benteng luar biasa yang ada di sisinya. Masa kecilku mungkin tak seindah gadis pada umumnya, tapi kehadiran mereka adalah pelipur sekaligus pematik sumbu di hidupku.

"Apa-apaan kamu? Lihat! pensilku patah karena kamu!!!" Teriak gadis cantik bernama Farah yang duduk di bangku tepat di depanku.

"M-maaf Farah, aku tidak sengaja," jawabku terbata-bata.

"Aku nggak mau tau ya, pokoknya kamu harus mengganti pensilku."

"Tapi aku nggak ada uang."

"Aku nggak peduli, kamu harus menggantinya atau aku adukan kamu ke ibu guru."

"J-jangan Farah, a-aku akan menggantinya," jawabku pasrah karena ketakutan.

BRAAAKKK!!!!

"Jangan ganggu dia!!!" Tegur seorang anak laki-laki bernama Ilham yang tiba-tiba menggebrak meja dan membuat semua tatapan siswa di kelas menatap kami.

"Ada apa Ilham?" Tanya bu Ajeng yang berjalan menghampiri kami.

"Farah mengganggu Dhaniya bu, dia meminta Dhaniya mengganti pensilnya yang dia rusak sendiri dan menuduh Dhaniya melakukannya," jelas Thomas.

"Benar Farah?" Tanya bu Ajeng tegas.

"T-tidak bu."

"Kami saksinya!!!" Tegas Ilham.

"Mana buktinya?" Farah masih melakukan pembelaan.

"Kalau ibu tidak percaya, ibu bisa memeriksa kamera CCTV yang ada di kelas ini," balas Thomas tenang.

"B-baik ibu, aku mengaku kalau ucapan Ilham dan Thomas benar," sergah Farah gelagapan sebelum bu Ajeng mengiyakan ucapan Thomas.

Memori itu terus membuatku tersenyum kala mengingatnya. Bagaimana kabar mereka? Dimana mereka sekarang? Kami bahkan berpisah sebelum aku sempat mengatakan kata 'terima kasih.' Tapi dimana pun mereka, kenangan itu akan selalu kuingat baik dalam hidupku. Dan aku percaya bahwa Tuhan akan selalu melindungi mereka dimana pun mereka berada.

Aku selipkan kembali lembar foto lawas itu di buku harianku dan menyimpannya kembali ke dalam tasku. Lantas tatapanku beralih pada sebuah foto 1 tahun yang lalu dalam figora kecil yang terpajang di samping vas aster dan hydrangea yang Zhafira letakkan 2 minggu yang lalu sebelum kepergiannya. Bunga-bunga itu sudah layu dan kering. Namun indah foto itu kembali membuat perasaanku berkcamuk. Sebuah foto piknik kami 1 tahun yang lalu di Boston Common Park yang berada di Beacon Hill.

I am not MarionetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang