Diary sang musafir:
"Aku sadar akan banyaknya hal konyol dan tak masuk akal yang aku lakukan. Aku mungkin berpikir bahwa aku sudah cukup kuat untuk menerima beban dari kedewasaan ini. Namun, aku salah, nyatanya aku masih menjadi anak-anak yang akan berlari kala masalah menghadangku. Mungkin segalanya butuh proses yang panjang, namun aku justru merasa takut dengan proses itu. Bagaimana jika aku kembali dijatuhkan? Bagaimana jika aku gagal? Bagaimana jika aku tertinggal? Apa yang harus aku lakukan? 'Kamu hanya tak ingin meninggalkan zona nyamanmu!' Suranya kembali membuatku dijatuhkan oleh banyak ekspetasi tinggi yang ingin aku gapai dengan cara yang mudah. Nyatanya aku tak sekuat dan seberani dia."
———
Pagi ini tampak begitu sejuk dan cerah di Edinburgh kala aku dan Shania memutuskan untuk mencari tempat yang nyaman untuk hanya sekedar menikmati kopi atau teh hangat di pagi hari. Sampai di sini lah aku saat memasuki sebuah kafe kecil bergaya khas bohemia dengan dinding-dinding yang dicat merah dengan indahnya yang berada di 30 Victoria St. di jantung kota Edinburgh. Aku menikmati coklat panasku bersama Shaniya yang memesan teh chamomile panas yang aromanya cukup menenangkan kami. Kami juga memesan beberapa butter bread yang harum dan baru keluar dari panggangan. Menurutku, ini sangat cocok dengan nuansa pagi di Edinburgh yang indah.
"Jadi, dimana Kale?" Tanya Shania.
"Dia harus pergi ke Edinburgh University segera setelah mengantarkan Aliyah ke stasiun."
"Di akhir pekan?"
"Ya," aku mengangguk, "dia dan Zayn harus menyiapkan untuk penelitian kami di sini."
Lantas Shania mengangguk mengerti sembari menyeruput teh panasnya dengan tenang.
"Jadi Dhaniya, kamu tau tempat apa ini?" Tanya Shaniya dengan semangat yang entah muncul dari mana.
"Edinburgh?"
"Iya aku tau ini Edinburgh, tapi tempat ini? Kamu pasti tau kan?"
"Uhm..." aku menatap sekilas sekitarku.
"Elephant House?" Tebakku kala membaca nama kafe ini di beberapa tempat di ruangan hangat ini.
"Tepat sekali," sahut Shania cepat.
"Lalu?"
"Ya Rabb, Dhaniya kamu kemana saja selama ini?!"
"Aku menghabiskan waktu di Boston, aku tak pernah ke Edinburgh, Shan. Jadi aku tak tau tempat apa ini," balasku.
"It's the birth place of Harry Potter," ujar Shania dengan logat Scottish nya yang dibuat-buat.
"Kamu tak pandai menggunakan aksen itu."
"Aku tau, aku juga tak pandai dengan aksen British. Tapi Dhaniya, kafe ini sangat terkenal dan di sini juga tempat dimana J.K. Rowling sering menghabiskan waktu untuk menulis karyanya yang berjudul "Harry Potter" sambil menikmati secangkir kopi. Dengan pemandangan Kastil Edinburgh yang megah, mudah untuk membayangkan bagaimana ia menemukan inspirasi untuk menciptakan dunia Hogwarts yang magis."
"Jadi, Hogwarts terinspirasi dari..."
"Edinburgh Castle."
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not Marionette
RomanceTantangan adalah hal yang selalu aku hindari dalam hidupku. Hal itu membuatku harus merasakan banyak penyesalan yang tak ingin aku ulang kembali. Mataku menatap bangunan kokoh ini dengan banyaknya sejarah masa lalu yang membuatku segan dan merasa hi...