Diary sang musafir:
"Ketika kamu bertanya tentang senja, aku akan menjawab bahwa senja itu indah namun juga menjadi awal dari adanya kegelapan. Bak makna sebuah kehidupan. Kehidupan ini bagaikan petualangan yang penuh dengan tantangan dan kebahagiaan. Lantas apa hubungannya dengan senja? Mungkin seseorang akan berpikir senja itu indah dengan segala pesonanya, namun keindahan itu hanya singkat dan digantikan oleh kegelapan yang menantangmu untuk bertahan. Namun sahabatku bilang, tak selamanya sesuatu yang kita anggap buruk akan tetap buruk. Nyatanya tantangan itu akan membawa kita ke sebuah langit gelap gulita yang bertaburkan bintang yang indah. Lantas, kenapa kita harus takut? Segala hal ternyata tak semenakutkan itu."
———
Aku berjalan di sepanjang koridor Edinburgh University setelah beberapa saat berpisah dari Yusuf yang harus menemui salah satu Profesor untuk konsultasi program S3 nya. Lantas aku menatap Shania dari pintu bergaya gothic ini kala sahabatku itu sedang menghadiri program psikologi yang dia ikuti. Sesekali aku memberinya kode untuk keluar dan memakan camilan yang aku beli beberapa saat lalu, namun anak itu memintaku untuk menunggu beberapa saat hingga program itu berakhir.
Aku menghela napasku pelan dan memutuskan untuk langsung pergi ke laboratorium sains dan membantu Zayn dan Kalea di sana. Namun kala aku melangkahkan kakiku menuju ke ujung koridor dan menaiki tangga, seseorang tengah menuruni tangga dan tersenyum kepadaku.
"Yahya?" Panggilku pelan.
"Hai Dhaniya," sapanya.
"Bagaimana bisa kamu di sini?"
Terlihat helaan napas lelah Yahya kala aku melontarkan pertanyaan tersebut, namun senyumannya masih tetap merekah indah di antara wajah tampannya.
"Karena Aliyah harus kembali ke Obsevatoire de Paris untuk mengurus sebuah masalah, dia memintaku untuk datang kemari dan menggantikannya," jelas Yahya apa adanya.
"Lalu? Pameran seni kamu?"
"Tenang saja, Axel mengurusnya. Lagi pula dia jauh lebih memahami seni dari pada aku."
Aku terkekeh pelan mendengar ucapan Yahya kala mengingat bagaimana tangan ajaib Axel yang mengubah struk Hollybelly menjadi sebuah karya seni.
"Mau ke laboratorium?" Tanya Yahya pelan.
"Ya," balasku.
"Lebih baik jangan sekarang."
Aku mengerutkan dahiku menatap wajah indahnya yang tampak tenang.
"Zayn dan Kale sedang beradu argumen panas, lebih baik kamu temani aku ke perpustakaan untuk mencari teori atas penelitian kita."
Aku mengangguk pelan mendengar ucapan itu. Mengingat bagaimana Zayn dengan aura dinginnya yang mengintimidasi tengah berargumen dengan sang pemilik kecerdasan di atas rata-rata seperti Kalea. Sepertinya akan menjadi pertempuran sengit dan panas yang mampu membuat suasana laboratorium semakin pengap. Lantas aku memutuskan untuk berjalan mengikuti Yahya menuju Edinburgh University Library dan memasuki ruangannya. Sebuah ruangan megah yang membuatku teringat kembali dengan Mazarine Library dengan segala persamaan pesonanya.
"Ingat Mazarine Library?" Tebak Yahya.
"Ya, perpustakaan tua bak dark academy yang selalu menjadi tempat favoritku di Rue Mazarine," jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not Marionette
RomanceTantangan adalah hal yang selalu aku hindari dalam hidupku. Hal itu membuatku harus merasakan banyak penyesalan yang tak ingin aku ulang kembali. Mataku menatap bangunan kokoh ini dengan banyaknya sejarah masa lalu yang membuatku segan dan merasa hi...