City of Light

14 3 0
                                    

Diary sang musafir:

"Jauh dari keluarga dan orang-orang terdekatku membuatku paham apa arti keberanian yang dimaksudkan. 'Kamu mungkin bisa menjadi Aisyahnya tapi yang dia butuhkan saat ini adalah seorang Khadijah yang penuh keberanian merelakan segalanya,' aku mungkin bertanya-tanya akan maksud sahabatku kala itu, ucapan tegas di balik indah manik mata tajamnya. Tapi saat ini, aku telah memahami arti kata itu, memahami sepenuhnya arti keberanian sang Khadijah dalam membela banyak hal untuk Muhammadnya."

———

Langit sudah mulai gelap saat kami berjalan menuju hamparan indah Sungai Seine yang berlatarkan monumen paling ikonik bagi kota ini, monumen yang digadang menjadi jantung kota Paris, Eifel Tower. Aku pikir monumen ini akan terlihat indah di saat siang hari mengingat bagaimana kemegahannya menjadi arti dari nama kota ini sendiri. Namun aku salah, rupanya monumen ini jauh lebih indah berlatarkan langit malam kota ini.

"Inilah salah satu alasan Paris dinamakan sebagai The city of light," ucap Zarel yang berdiri di sebelahku.

"The city of light?" Aku menatap Zarel memastikan dan membuat laki-laki tampan itu tersenyum dengan indahnya.

"Julukan "The city of light" atau dalam bahasa Prancis "Ville Lumière" yang bagi Paris bukanlah sekadar sebutan belaka. Ada dua alasan utama mengapa kota ini begitu erat dikaitkan dengan cahaya."

"Aku mengetahui salah satunya," gumam Axel yang berdiri di belakang kami.

"Kamu tahu alasannya?" Tanyaku menoleh menatap sosok itu yang tersenyum dan mengangguk pelan.

"Zaman pencerahan," balasnya.

"Betul sekali Axel," Zarel menimpali.

"Apa maksudnya?"

Aku menatap dua laki-laki itu yang kini merekahkan senyuman yang sama kala menatapku.

"Pada abad ke-18, Paris menjadi pusat intelektual Eropa. Para filsuf, penulis, dan ilmuwan terkemuka berkumpul di kota ini untuk berbagi ide dan pemikiran. Zaman Pencerahan, yang dicirikan oleh semangat rasionalisme dan pencerahan, lahir dan berkembang pesat di Paris. Kota ini menjadi simbol penyebaran pengetahuan dan kemajuan. Arti cahaya sendiri sebagai metafora dimana cahaya dalam konteks ini melambangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemajuan intelektual yang menjadi ciri khas Zaman Pencerahan. Bukan begitu Zarel?"

Zarel tersenyum menanggapi ucapan Axel sembari mengangguk.

"Axel benar," balasnya.

"Jadi maksud dari kota cahaya sendiri karena cahaya dari ide-ide cemerlang para ilmuwan?"

"Tepat Dhaniya, ide-ide cemerlang yang melahirkan ilmu pengetahuan itu menjadi sebuah cahaya yang memberi warna kota ini."

"Lalu bagaimana dengan alasan kedua?"

Mata Axel kini menyipit menatap Zarel dengan rasa keingintahuan yang sama denganku. Semilir angin malam Paris yang berhembus diantara kami memberikan suasana dingin namun hangat kala kami berada di pusat kota Paris sembari menatap indah monumen kebanggaan itu.

"Alasan yang kedua cukup sederhana," Zarel tersenyum simpul.

"Penerangan jalan."

I am not MarionetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang