Diary sang musafir:
"Sungguh indah ketika aku menuliskan diksi perihal lentera malam di kota cahaya yang menyilaukan. Aku memang tak semenarik Layla hingga nafas terakhir pun Qais berikan kepadanya, tak pula semenarik Balqis hingga Raja Sulaiman mengindahkan tahta untuknya. Pun tak seteguh Ummu Fatimah yang mengorbankan seluruh kepemilikan hingga raganya untul Al-Musthofa, atau seteguh Khadijah yang menghadapi caci dan makian hanya demi mengorbankan segalanya untuk Muhammad. Aku hanya lah sebuah lentera kecil di malam hari yang berada di tengah kota cahaya yang begitu gemilang. 'Tapi dari banyaknya gemilang para sahabat dengan segala kepemilikan dan prestasinya, Fatimah justru memili Ali yang hanya memiliki baju Zirah tanpa harta sepeser pun,' lagi-lagi ucapan itu menamparku jauh. Izinkan raga yang paling biasa menyempurnakanmu dengan penjagaan yang sebaik-baik kekasih, Sang Penjaga Hati kita."
———
Kini aku sadar arti dari kata Zhafira yang mengatakan, "aku akan menjelajah ruang dan waktu hanya demi mengunjungi city of light. Walau pun hanya sekali dalam seumur hidup." Munafik jika aku tak mengakui ucapan itu, karena aku sendiri ada di antara City of Light itu sendiri.
"Paris sering disebut sebagai 'Kota Cahaya,' memiliki sejarah yang panjang dan kaya, penuh dengan peristiwa penting yang telah membentuknya menjadi salah satu kota paling ikonik di dunia." Jelas Zarel beberapa saat lalu.
Sekarang, di sini lah aku, berhadapan dengan gedung paling ikonik di Paris Research et Lettres Research University. Aku abadikan gedung itu dengan penuh antusiasme menggunakan DSLR-ku dan segera mengirimkannya kepada Zahfira nanti. Aku yakin dia akan sangat bersemangat jika mengetahui di mana aku saat ini. Observatoire de Paris, sebuah observatorium astronomi terbesar di kota Paris. Saat aku melihat gedung yang megah ini, sungguh sosok Zhafira selalu memenuhi benakku dengan ide briliannya yang selalu mencintai segala hal tentang alam semesta. Ketertarikan Zhafira dengan bidang astronomi membuatku kagum, apalagi kala 2 tahun yang lalu dia sempat mengikuti penelitihan Geologi di NASA yang berada di pusat Amerika.
"Observatoire de Paris didirikan pada tahun 1672 dan merupakan observatorium astronomi tertua di dunia yang masih aktif. Yang pernah aku baca, observatorium ini memiliki teleskop yang canggih dan telah menghasilkan banyak penemuan penting dalam astronomi," jelas Zarel masih menjelaskan sejarah di setiap detail Rue Mazarine hingga PSL University.
"Kamu menyukai astronomi, Dhaniya?" Tanyanya.
"Aku tau sedikit."
"Banyak teori luar biasa yang ada di bidangnya."
"Tepat sekali. Dan jujur itu membuatku pusing, tapi sahabatku menyukainya."
"Zhafira?" Tebak Zarel dengan antusias.
"Ya."
"Wow, dia sangat luar biasa."
"Jadi, kamu pernah melihat karya seninya tentang Masterpiece of sea?"
Aku menatap Zarel yang masih dengan energi yang sama sekali pun kami telah berjalan ratusan meter di sepanjang Rue Mazarine menuju 77 Av, Denfert Rochereau.
"Aku membelinya."
"Benarkah?"
"Iya Dhaniya, aku menyukai karya seninya dan membelinya sebesar €500 ribu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not Marionette
RomanceTantangan adalah hal yang selalu aku hindari dalam hidupku. Hal itu membuatku harus merasakan banyak penyesalan yang tak ingin aku ulang kembali. Mataku menatap bangunan kokoh ini dengan banyaknya sejarah masa lalu yang membuatku segan dan merasa hi...