“Sssttt...semua pertemuan itu bukanlah kesengajaan.”
Biru membuka akun sosial medianya dan matanya langsung tertuju pada postingan seseorang, dimana postingan tersebut berisi foto yang diberikan caption matahari pagi sehat lho untuk bayi.
Biru tidak langsung percaya begitu saja ia kemudian menekan icon komentar untuk melihat tanggapan orang-orang. Jika memang matahari pagi itu sehat Biru akan membawa si bayi untuk berjemur dihalaman rumah.
Salah satu komentar yang ia baca begitu meyakinkan, Biru berinisiatif untuk menjemur si bayi mumpung masih pagi.
Ia meletakkan handphonenya begitu saja dan mengambil si bayi untuk ia bawa ke halaman rumah, tak lupa penutup mata ia kenakan pada si bayi.
Karena sangat bersemangat untuk melakukannya, Biru tidak melihat postingan selanjutnya saat jarinya tak sengaja menyentuh layar yang masih aktif. Di postingan tersebut tertera nama Alunna dengan isi postingannya sedang mencari bayinya yang hilang.
"Cuaca hari ini bagus ya, bayi?" dan tentunya si bayi tidak merespon.
Setelah melihat-lihat cuaca yang memang sangat mendukung untuk berjemur, Biru kemudian melangkah mencari tempat nyaman dan pilihannya jatuh pada duduk lesehan di atas rumput.
Dipandanginya wajah si bayi yang matanya tertutup oleh kain-kain kecil.
"Enak, tidak?" meski bayi tidak menjawab, Biru terus menanyai bukan karena alasan penting, ia hanya bingung harus melakukan apa selain memandangi orang berlalu lalang. Tak jarang orang yang mengenalinya menatap heran ke arah Biru, mungkin mereka berpikir anak siapa yang tengah Biru pangku itu.
Beberapa menit telah berlalu. Biru menghentikan aksi menjemur bayinya, namun saat berdiri dari posisi lesehannya ada sebuah mobil yang singgah tepat didepan rumahnya.
Biru mengira itu adalah Kafi karena mobil itu miliknya Kafi tapi saat seseorang keluar dari pintu kemudi, Biru sama sekali tidak mengenal pria tua dan wanita sepantaran pria tadi yang juga baru saja keluar dari pintu sebelahnya.
Dua manusia paruh baya tersebut menghampiri Biru.
"Apa benar ini rumahnya Venaya?" tanya si wanita.
"Iya benar, saya Venaya, ada apa ya, Bu?" ujarnya sopan. "Ee, mari masuk Pak, Bu! Kita bicara di dalam saja."
Sepasang suami-istri itu mengikuti Biru masuk ke dalam rumah, sebelum akhirnya dipersilahkan oleh Biru untuk duduk.
"Jadi begini, kami adalah orang tua Kafi, pria yang sering datang ke sini untuk menemuimu."
Biru diam menunggu kalimat selanjutnya.
"Langsung saja, saya minta untuk Nak Venaya untuk tidak lagi berhubungan dengan anak saya, karena Kafi itu sudah memiliki istri. Akan sangat tidak enak rasanya jika perempuan baik-baik seperti Nak Venaya mendekati pria beristri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melautkan Rasa
General Fiction-Ini tentang komunikasi dua sisi antara indahnya laut dan suramnya hati- Potongan cerita : Ia terus memandangi bunga tersebut yang semakin menjauh dari dirinya. Biru menyudahi aksi pelepasan bunganya. Ia memutar tubuhnya untuk kembali ke bibir panta...