BAB 17 : rumah pohon

2 0 0
                                    

“Dunia akan baik-baik saja jika ibu dan bapak masih tersenyum.”

Jika satu kata saja mampu membuat pikiran uring-uringan lalu bagaimana jika beribu kata penolakan keluar dari bibir sang pemilik hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika satu kata saja mampu membuat pikiran uring-uringan lalu bagaimana jika beribu kata penolakan keluar dari bibir sang pemilik hati. Dunia orang lain akan tetap berjalan seperti semestinya tapi bagi Kafi dunianya serasa berhenti, semuanya terasa hampa nan suram.

Tidak ia sangka apa yang selama ini disembunyikannya bisa terbongkar hanya karena ulah wanita yang begitu dibencinya.

"Dasar wanita sialan!!"

Ia mengerang marah kala mengingat kembali kebodohan wanita yang sayangnya berstatus sebagai istrinya. Inginnya ia mencelupkan wanita itu ke dasar laut tapi ia juga tak bisa melakukan kekerasan pada wanita tersebut.

"Akhhh...sial!! Bodoh kau Diza!!"

Kewarasannya terenggut oleh lubang kegilaan Kafi melampiaskan amarahnya pada benda disekitar dan tak peduli jika dirinya terluka. Hanya cara seperti itu yang terlintas dibenaknya untuk menghilangkan kekesalan hatinya.

Hingga tiba pada titik ia ingin menghancurkan cermin dihadapannya.

"Apa dia jauh lebih berharga dari diriku yang berstatus sebagai istrimu?"

"Pertanyaan bodoh," gumamnya menghentikan aksi ingin memecahkan cermin. Ia memutar tubuhnya menghadap sang penanya. "Sepuluh dirimu tidak akan mampu menggeser satu Venaya Abiru di hatiku dan kau masih bertanya, apa dia jauh lebih berharga darimu?" Kafi terkekeh hambar. "Kau membuat kesalahan karena telah membeberkan fakta kotor ini."

Diza dibuat merinding dengan penuturan Kafi. "Fakta kotor apa maksudmu? Apa pernikahan kita ini adalah sebuah hal menjijikkan bagimu?"

"Lebih dari itu," singkatnya.

"Kafi, look at me! Aku jauh lebih cantik darinya tidak bisakah kau belajar untuk mencintaiku?"

"Jangan bandingkan bunga mawar dengan bunga titan arum. Biru itu bunga mawar dan kau bunga bangkainya tentu tidak akan sebanding."

"Tapi bunga bangkai itu bunga yang langka, artinya kau mengklaim ku sebagai wanita yang langka." Diza tersenyum kemenangan.

"Iya," semakin mengembang lah senyum Diza. "Sangat langka, karena aku baru menemukan wanita dengan sifat liar sepertimu menghalalkan segala cara untuk mendapat apa yang kau inginkan," ujarnya.

Senyum wanita cantik itu luntur seketika. "Tega sekali kau, Kafi—"

"Dan jangan lupakan apa yang menyebabkan bunga titan arum menjadi langka."

"Apa?" bodohnya dia malah penasaran.

"Baunya, bunga titan arum memiliki bau layaknya bangkai dan kau memiliki bau-bau kejahatan. Sama-sama bau, namun kau sangat mengerikan dari bunga bangkai."

Wajahnya memerah padam. Berani-beraninya ia disamakan dengan bunga bangkai yang baunya terkenal di dunia. Diza tidak terima ia melangkah menghampiri Kafi dan sedikit memberinya kecupan manja.

Melautkan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang