“Kembali saja, jangan mengejar jika tidak terkejar.”
Semerbak wangi buku tercium oleh Biru saat pertama kali melangkahkan kaki memasuki toko tersebut, ia dibuat terpesona dengan jejeran buku yang tersusun rapi.
"Aku belum pernah sebelumnya melihat toko buku." Biru berkata jujur, reaksinya begitu kentara bahwa ia pertama kali melihat tempat tersebut.
"Kau belum melihat semuanya, ayo!" Kafi menarik tangan Biru. "Kau suka, kan?" tanyanya ditengah perjalanan.
"Suka, tapi darimana kau tau tempat ini?"
"Apa kau lupa? Dulu kan, aku juga pernah tinggal di desa ini."
Keduanya berhenti didepan rak buku. Ada berbagai jenis macam novel disana. Biru tergiur ingin membeli salah satunya.
"Apa kita bisa membeli buku disini?" raut wajahnya tak dapat membuat Kafi menahan kekehannya. "Tidak bisa ya?"
"Bisa, kau ingin yang mana?"
Kafi melihat raut antusias diwajah gadis itu. Biru menunjuk dua buku sekaligus dia akan membelinya dengan uangnya sendiri.
Tanpa mengatakan apa-apa Kafi pergi entah kemana Biru tak ambil pusing. Ia kembali melihat-lihat buku, siapa tahu nantinya ia akan kembali ketempat itu dan
membeli buku lagi.Ada banyak sekali novel yang ia ingin beli, namun uangnya hanya cukup untuk membeli dua saja. Dua buku sudah berada di genggamannya, Biru melihat sekelilingnya mencari keberadaan Kafi. Namun nihil, sepertinya Kafi pergi terlalu jauh.
"Sudah selesai melihat bukunya?" Kafi muncul dari arah belakang dengan tiba-tiba.
Biru terkejut dan hampir menjatuhkan buku-bukunya. "Sudah."
"Ayo!"
Keduanya berjalan menuju kasir untuk melakukan transaksi. Biru melihat, ada 3 jenis buku yang kafi bawa.
"Kau suka membaca?"
"Sedikit," jawab Kafi singkat.
Kafi mengambil alih dua buku ditangan Biru dan ia letakkan dimeja kasir.
Usai membayar. Keduanya keluar dari toko buku dengan paper bag berada digenggaman Kafi.
"Buku milikku semuanya 188, kan?" Biru mengeluarkan uang dari balik tas selempangnya.
"Tidak perlu, aku yang membayar dan semua ini untukmu," ujarnya sembari menyodorkan paper bag tadi kehadapan Biru.
Langkah Biru terhenti. "Biru tidak mau, kau yang membelinya, kenapa memberikannya padaku?"
"Anggap ucapan terima kasih, karena kau mau menjadi temanku."
"Hah? Memang bisa begitu?"
"Bisa-bisa saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melautkan Rasa
Ficción General-Ini tentang komunikasi dua sisi antara indahnya laut dan suramnya hati- Potongan cerita : Ia terus memandangi bunga tersebut yang semakin menjauh dari dirinya. Biru menyudahi aksi pelepasan bunganya. Ia memutar tubuhnya untuk kembali ke bibir panta...