21

29 6 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Park Jimin memarkirkan mobilnya di depan rumah milik Neneknya. Perjalanan jauh cukup membuat dirinya merasa lelah. Terlebih lagi ia menyetir seorang diri. Dulu saat pergi bersama Rin Jun ia dan sang tunangan bergantian untuk menyetir. Sedangkan saat pergi bersama Seo Ra ia harus menyetir seorang diri karena gadis itu yang tidak bisa menyetir.

Seo Ra merasa begitu canggung selama perjalanan. Selama perjalanan ia mencoba untuk memejamkan matanya akan tetapi dirinya tidak bisa benar-benar tertidur. Berpergian jauh bersama dengan seorang Pria yang telah berstatus sebagai tunangan orang rasanya tidaklah menyenangkan. Meskipun tidak ada Rin Jun disini ia terus berusaha untuk menjaga perasaan Perempuan itu. Meskipun perhatian yang selalu Jimin berikan padanya seringkali membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Kita sudah sampai. Setelah ini kau bisa beristirahat." ucap Jimin pada Seo Ra.

Seo Ra tersenyum. Bahkan Jimin menyuruhnya untuk beristirahat. Padahal sudah jelas siapa yang terlihat kelelahan disini. Jimin yang sedari awal menyetir. Menahan rasa kantuk seorang diri. Padahal sebelumnya Rin Jun memberitahunya untuk mengajak Jimin mengobrol agar Pria itu tidak merasa kesepian saat menyetir. Namun saat sudah berada di dalam mobil bersama Jimin rasanya begitu canggung. Ia hanya akan bicara ketika Jimin mengajaknya mengobrol saja. Selebihnya ia lebih banyak terdiam.

"Aku bisa sendiri." ucap Seo Ra cepat ketika Jimin mengulurkan tangannya, hendak membuka sabuk pengaman yang terpasang pada tubuhnya.

Seo Ra dengan perlahan membuka sabuk pengamannya. Melihat Jimin yang sudah keluar dari mobil membuat dirinya segera membuka pintu mobil. Lalu melangkahkan kakinya mendekat kearah pintu rumah dan berdiri tepat di samping Jimin.

Manik Seo Ra menatap sekitarnya. Halaman rumah Nenek Jimin begitu luas. Terdapat rumput jepang yang memenuhi halaman tersebut. Disekitarnya pun terdapat banyak tanaman mawar merah.

Tangan Jimin terulur untuk menekan bel pintu rumah. Dan tak berselang lama pintu rumah itupun terbuka. Terlihat Neneknya yang kini tengah tersenyum kepadanya. Perempuan itu segera menarik sang cucu ke dalam pelukannya. Memeluknya dengan begitu erat. Seakan meluapkan rasa rindu yang selama ini ia rasakan.

Melihat Jimin yang dipeluk erat oleh Seo Ra membuat gadis itu merasa terharu. Sejak kecil ia hanya hidup bersama dengan Ibunya. Ia juga ingin sekali rasanya memiliki keluarga yang utuh. Bagaimana rasanya pelukan seorang Ayah. Bagaimana rasanya diperhatikan oleh Nenek dan Kakek. Namun itu semua tidak pernah Seo Ra rasakan sejak kecil. Sampai akhirnya ia tumbuh dewasa dengan rasa sakit yang semakin membabi buta.

Nenek Park melepaskan pelukannya. Maniknya beralih menatap pada Seo Ra yang kini tengah berdiri di samping Jimin. Gadis itu tengah tersenyum kepadanya. Nampak asing, tapi senyuman itu sangat manis. Mengingatkannya pada seseorang dari masa lalunya.

"Dia siapa? Kenapa tidak bersama dengan Rin Jun?" tanya Nenek Park pada sang cucu.

Jimin tahu jika pertanyaan seperti ini akan ia dapatkan dari sang Nenek, "Dia sedang sibuk dengan usahanya. Dan Rin Jun menyuruhku untuk pergi bersama dengan Seo Ra. Dia adalah teman baikku dan Rin Jun."

Seo Ra kembali tersenyum ketika Nenek Park kembali menatap kearahnya. Sungguh ia merasa begitu canggung. Apalagi saat Nenek Jimin menanyakan perihal kenapa Jimin tidak bersama dengan Rin Jun.

"Masuklah. Nenek sudah memasak banyak untuk kalian berdua."

Tidak ada lagi pertanyaan yang keluar dari belah bibir Nenek Park. Perempuan itu seolah mengerti. Tidak banyak protes karena Jimin datang kemari bersama dengan Perempuan lain ketimbang tunangannya.












🍁🍁🍁🍁









Sikap Nenek Jimin kepada Seo Ra sangatlah hangat. Hal itu membuat Seo Ra merasakan apa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Mendapat perhatian dari Neneknya. Baru saja ia berada di dalam rumah ini tapi ia sudah merasa begitu nyaman.

"Bagaimana? Apa masakan Nenek enak?"

Seo Ra mengangguk. Lalu mengacungkan jempolnya sembari tersenyum, "Enak sekali, Nek."

"Kalau begitu habiskan."

Seo Ra kembali menyendok makanan yang berada di piring lalu memasukkannya ke dalam mulut. Terlihat Jimin juga begitu lahap memakan masakan buatan sang Nenek.

"Maaf kalau aku sampai harus menambah nasi lagi. Karena ini memang sangat enak. Dan aku begitu merindukan masakan Nenek." ucap Jimin sembari mengambil nasi untuk ia taruh di atas piringnya.

"Habiskan semuanya."

"Kalau semuanya tidak bisa, Nek. Ini terlalu banyak." ucap Jimin sembari melihat banyaknya makanan yang telah tertata rapi di atas meja. Semua yang dimasak oleh Neneknya adalah makanan kesukaannya. Hanya saja itu tidak mungkin bisa menghabiskan makanan yang terlalu banyak ini. Mungkin ia akan memakannya lagi nanti saat makan malam.

"Tak apa. Nanti bisa Nenek panaskan lagi. Kita bisa makan malam dengan ini."

Seo Ra menatap pada wajah Nenek Jimin. Ia merasa terharu karena Jimin yang mendapatkan perhatian penuh dari Neneknya. Sedangkan sejak kecil Seo Ra tidak pernah mendapatkan hal demikian. Jujur saja ia juga ingin merasakan kehangatan sebuah keluarga yang utuh. Tapi itu tidak pernah ia dapatkan. Ingin menangis karena tiba-tiba saja dadanya merasa begitu sesak. Pada akhirnya Seo Ra beranjak dari duduknya. Ia membawa piring dan gelasnya yang telah kosong.

"Mau kemana?" tanya Jimin ketika melihat Seo Ra berdiri dari duduknya dengan membawa gelas dan piring yang telah kosong.

"Mencucinya."

Nenek Park segera beranjak dari duduknya. Lalu mengambil gelas dan piring kosong yang ada ditangan Seo Ra. Lalu meletakkannya kembali di atas meja makan.

"Kau ini. Biar Bibi Jung yang membersihkan semuanya." ucap Nenek Park pada Seo Ra.

"Duduklah, Seo. Kau tidak perlu repot. Sudah ada Bibi Jung yang nantinya akan membereskan semuanya. Lagipula Bibi Jung tidak sendirian."

Seo Ra mengangguk. Lalu kembali mendudukkan dirinya. Ia menatap pada Jimin yang terlihat sudah selesai makan. Wajah Pria itu sangat tampan. Untuk sesaat ia mengaguminya. Dan ketika menyadari satu hal ia langsung mengalihkan atensinya kearah lain. Betapa kurang ajarnya perasaannya kali ini. Tidak seharusnya ia seperti ini. Meskipun ia sendiri tidak menampik jika sebenarnya ia merasa nyaman karena perhatian yang Jimin berikan kepadanya. Akan tetapi ia harus menerima fakta jika Jimin telah bertunangan dengan Rin Jun.

"Setelah ini kalian beristirahatlah. Jimin akan tidur di kamar tamu." ucap Nenek Park sembari menatap pada Seo Ra, "Dan disini hanya kamar tamu saja yang kosong. Jadi terpaksa Seo Ra tidur bersama dengan Nenek."

Seo Ra hanya mengangguk pasrah. Lagipula Nenek Jimin begitu baik. Dan keduanya hanya berada disini selama dua hari. Dan setelah dua hari Jimin akan kembali ke Seoul. Setelahnya Seo Ra bisa kembali bekerja di kedai milik Rin Jun.

"Besok aku akan mengajakmu jalan-jalan bersama Nenek. Tapi aku akan beristirahat dulu." ucap Jimin yang membuat sebuah senyuman terpatri pada belah bibir Seo Ra.

TERLARANG (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang