7. KARUNASANKARA🍃

141 105 34
                                    

Begini, Semesta. Saya belum suka. Jadi, tolong biasa saja.

🍃

🍃

🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃

🍃

           Pasti sangat menyebalkan ketika kita sangat menyukai sesuatu dan menunjukkan banyak sekali kata menghargai di sana, tapi malah mendengar cibiran dan umpatan dari orang yang tidak ingin hal itu ada.

Hujan adalah anugerah alam yang memang patut untuk disyukuri karunianya. Tapi, hujan juga sebuah masalah bagi setiap orang yang menyimpan rasa benci di setiap turunnya.

Dunia ini seimbang dan dunia ini sangat menarik dengan banyak macam perbedaan. Dikembalikan lagi pada para insan. Maukah berwarna bersama atau hanya ingin monokrom saja?

Alan.

Pria dengan manik karamel dan sorot mata yang teduh itu melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Di sana sudah ada orang tua sekaligus adik laki-lakinya, SMP kelas 8. Tidak bersekolah di Dirgantara melainkan sekolah rival, Prada.

Makan malam sudah siap, sangat harum memanggil para perut lapar keluarga ini.

Alan duduk di depan Mamanya, selaku kepala keluarga, si Papa duduk di tengah dan sang adik di sebelah orang yang telah melahirkan dia ke dunia ini.

"Gimana sekolah kalian?" tanya Selatan Geologika Karunasankara, Papanya Alan. Matanya memperhatikan kedua anak di hadapan secara bergantian. Mengambil air putih di dalam gelas dan meminumnya.

Selatan merupakan seorang kepala keluarga yang sangat dikenal tegas tapi tidak pernah memaksakan kehendak anak-anaknya. Seorang suami, ayah sekaligus pengusaha ternama. Pimpinan tertinggi dan CEO dari G. K. Company.

"Nothing special. Masih SMP tapi tugasnya udah kek pejabat negara," keluh Biantara Arsenio Pradeepa Karunasankara, si adik.

Manusia yang sedang berkumpul untuk menikmati makan malam ini tertawa, memang, Arsen adalah seorang anak dengan mulut ceplas-ceplos dan tidak mempertimbangkan dahulu jika ingin mengucapkan sesuatu. Apa yang ia rasakan sebenarnya, itu yang akan keluar dari mulutnya.

Hanindiya Raeyadewi Djojontaka, seorang ibu yang sangat menghangat jiwa ini memeluk anak bungsunya, masih sedikit tertawa dengan mata yang sudah menyipit.

Hanin, ibu yang dulunya adalah seorang jaksa hebat tapi memutuskan untuk berhenti dan meninggalkan pekerjaannya demi mengurus sang buah hati. Ia hanya takut anak-anaknya tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup.

"Itu salah lo sendiri, Sen. Tugas ditumpuk, pas mau deket harinya baru kelimpungan," sahut Alan sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Arsen hanya menggerak-gerakkan mulutnya, mengejek dan mencibir apa yang keluar dari alat bicara Alan, abangnya.

 OMBROPHOBIA BEING PLUVIOPHILE  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang